Sanksi Baru AS, Larang Impor Uranium dari Rusia

Upaya meningkatkan kembali produksi uranium AS

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi kepada Rusia pada Rabu (1/5/2024). Langkah terbaru ini menargetkan pangkalan industri militer, program senjata kimia serta orang-orang yang membantu Rusia memperoleh senjata.

Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan, tindakan tersebut akan semakin mengganggu dan melemahkan upaya perang Rusia di Ukraina. Selain itu, hal tersebut diharapkan mengganggu jaringan pendukung yang membantu jadi pemasok.

Senat AS juga memberikan persetujuan akhir terhadap undang-undang yang melarang impor uranium Rusia. Pembangkit listrik tenaga nuklir AS menggunakan sekitar 12 persen uranium yang dibeli dari Rusia.

1. Melemahkan industri militer Rusia

Sanksi Baru AS, Larang Impor Uranium dari RusiaIlustrasi barisan tank Rusia (Twitter.com/Минобороны России)

AS menjatuhkan hampir 300 sanksi baru kepada Rusia yang masih melancarkan perang ke Ukraina hingga tahun ketiga ini. Tujuan sanksi tersebut adalah upaya untuk melemahkan kemampuan militer Moskow.

Dilansir dari laman resminya, sanksi tersebut termasuk terhadap puluhan aktor yang memungkinkan Rusia memperoleh teknologi dan peralatan yang sangat dibutuhkan dari luar negeri. 

"Departemen Keuangan secara konsisten memperingatkan bahwa perusahaan-perusahaan akan menghadapi konsekuensi yang signifikan jika memberikan dukungan material untuk perang Rusia, dan AS hari ini menerapkannya pada hampir 300 target," kata Yellen.

Di sisi lain, AS terus memberi dukungan kepada Ukraina. Yellen mengklaim, dukungannya terhadap Kiev dan serangan terhadap Rusia akan memberikan Ukraina keunggulan di medan perang.

Baca Juga: Estonia Tuduh Rusia Dalang di Balik Insiden Matinya GPS

2. Mengurangi dana mesin perang Rusia dan menghidupkan kembali produksi uranium AS

AS juga setuju untuk melarang impor uranium dari Rusia. Ini diperkirakan akan berdampak pada pendapatan Moskow sebesar 1 miliar dolar AS atau Rp16,2 triliun.

Dilansir Associated Press, AS awalnya melarang impor minyak dari Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina pada 2022. Namun saat itu meski ada seruan untuk melarang impor uranium, hal tersebut tidak dilakukan.

Senator John Barrasso, anggota Partai Republik di Komite Energi dan Sumber Daya Alam, menyebut larangan impor uranium sebagai kemenangan hebat.

"Itu akan membantu mengurangi dana mesin perang Rusia, menghidupkan kembali produksi uranium AS dan meningkatkan investasi dalam pasokan rantai bahan bakar nuklir AS," katanya.

Undang-undang yang baru itu juga memberi tambahan dana sebesar 2,7 miliar dolar AS atau Rp43,7 triliun untuk meningkatkan produksi uranium dalam negeri.

3. Mengganggu upaya jaringan Rusia yang menggunakan negara ketiga

Sanksi Baru AS, Larang Impor Uranium dari RusiaBendera China (Pixabay.com/glaborde7)

Departemen Luar Negeri AS juga memberi sanksi kepada lebih dari 280 individu dan entitas yang mendukung Rusia. Mereka yang terkena sanksi termasuk terlibat dalam pengembangan kapasitas produksi dan ekspor energi, logam, pertambangan dan mereka yang membantu Moskow mengelak dari sanksi.

Dilansir dari laman resminya, Departemen Luar Negeri berupaya mengganggu jaringan yang digunakan Kremlin untuk mendapat teknologi dan peralatan dari negara ketiga. Ini termasuk entitas yang ada di China, Malaysia, Kirgistan, dan Turki.

Ada banyak peralatan teknologi yang memiliki kegunaan ganda, yang bisa untuk militer atau sipil.

"Kami sangat prihatin dengan skala dan luasnya ekspor semacam itu dari China," kata departemen tersebut.

Baca Juga: Rusia Beri Status Warga Negara ke Buronan Kyrgyzstan yang Ikut Perang

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya