Saudi: Turunkan Volume Pengeras Suara di Masjid

Keputusan dibuat berdasarkan keluhan masyarakat

Riyadh, IDN Times - Suara speaker dari masjid menimbulkan banyak polemik di beberapa wilayah, bahkan di beberapa negara. Di Indonesia, perdebatan mengenai volume pengeras suara tersebut sampai saat ini masih berlangsung dan kerap ramai di media sosial.

Terlalu kerasnya volume speaker masjid kadang dianggap mengganggu oleh beberapa pihak. Di Arab Saudi, volume pengeras suara masjid juga mendapatkan kritik. Akhirnya, pihak berwenang Saudi memerintahkan untuk menurunkan volume pengeras suara masjid tersebut.

1. Aturan menurunkan volume pengeras suara masjid

Perintah untuk menurunkan volume pengeras suara masjid di Arab Saudi dikirimkan dalam sebuah surat edaran pada hari Senin (31/5) oleh Kementrian Urusan Islam kerajaan Arab Saudi. Melansir dari kantor berita Reuters, dalam surat edaran tersebut disebutkan bahwa volume pengeras suara masjid tidak diperkenankan lebih tinggi dari sepertiga volume maksimalnya.

Meski begitu, menurut Saudi Gazette, untuk hari Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha, pengeras suara eksternal tetap diperkenankan untuk menyuarakan khotbah dan pembacaan doa. Itu dilakukan agar suara imam yang memimpin salat tetap dapat didengar oleh jamaah di luar masjid.

Abdullatif al-Sheikh yang menjabat Menteri Urusan Islam, dalam sebuah rilis video dari lembaga penyiaran negara, Al Ekhbariyah, menyatakan bahwa perubahan tersebut dilakukan berdasarkan atas beberapa keluhan dari masyarakat. 

Perintah itu termasuk dalam bagian reformasi besar-besaran yang dilakukan oleh Putra Mahkota Muhammad bin Salman, yang secara de facto penguasa Arab Saudi.

Putra Mahkota telah melonggarkan beberapa batasan sosial yang ketat, mendorong era keterbukaan baru, mencabut larangan bioskop, mengizinkan perempuan mengemudi, juga mengizinkan campuran gender pada acara olahraga dan konser musik. Meski begitu, Muhammad bin Salman juga dikenal keras dengan tidak mengizinkan perbedaan pendapat dalam politik. 

2. Penyebab yang membuat putusan memelankan volume pengeras masjid

Saudi: Turunkan Volume Pengeras Suara di MasjidIlustrasi masjid (unsplash.com/@dhruj)

Dalam beberapa laporan, Kementrian Urusan Islam menurut Al Arabiya, mendapatkan keluhan dari masyarakat seperti orang tua yang terjaga karena kerasnya volume pengeras masjid. Keluhan juga datang dari orang tua yang memiliki anak-anak kecil, di mana anak-anak mereka kesulitan untuk tidur.

Keputusan yang memerintahkan untuk memelankan volume pengeras suara masjid juga menimbulkan pro-kontra di Saudi. Banyak pengguna media sosial yang mengatakan menyambut baik keputusan itu. Mereka mengatakan suasana lebih tenang karena beberapa masjid di daerahnya mematuhi perintah.

Namun sebaliknya, di negara yang memiliki puluhan ribu masjid itu, banyak juga masyarakatnya yang mengatakan bahwa mereka merindukan suara-suara doa yang sering dibunyikan lewat pengeras suara masjid. Umumnya mereka ini adalah masyarakat ultra-konservatif.

Baca Juga: Masjid Jami Al-Anwar, Masjid Tertua dan Saksi Penyebaran Islam di Lampung

3. Arab Saudi yang moderat di bawah kekuasaan Muhammad bin Salman

Saudi: Turunkan Volume Pengeras Suara di MasjidIlustrasi masjid (Pexels.com/Konevi)

Sejauh ini, keputusan untuk menurunkan volume pengeras suara masjid selalu menimbulkan polemik. Di Arab Saudi sekalipun, yang dipahami sebagai tanah lahirnya agama Islam, hal itu juga mendapatkan tanggapan balik, khususnya dari kalangan ultra-konservatif.

Menurut Reuters, seorang penduduk Saudi yang bernama Mohammad al-Yahya, menulis di media sosialnya, menanggapi perintah dari kerajaan. Ia mengatakan "selama pembacaan al-Qur'an melalui pengeras suara telah dibungkam dengan alasan bahwa itu mengganggu beberapa orang, kami berharap perhatian diberikan kepada segmen besar yang terganggu oleh musik keras di restoran dan pasar," ujarnya.

Namun, Menteri Urusan Islam telah mengatakan bahwa para pengkritik kebijakan menurunkan volume pengeras suara masjid disebut sebagai "pembenci" kerajaan. "Musuh kerajaan ingin membangkitkan opini publik, meragukan keputusan negara dan membongkar kohesi nasional melalui pesan mereka," kata Abdullatif al-Sheikh.

Pangeran Muhammad bin Salman yang diperkirakan akan melanjutkan kepemimpinan di Saudi menjanjikan negara tersebut menjadi lebih moderat. Namun ada pendapat yang menyatakan bahwa strategi itu hanya untuk mematahkan citra kerasnya.

Melansir dari laman Al Jazeera, dalam tiga tahun terakhir, kerajaan Saudi telah menangkap puluhan aktivis wanita, ulama, jurnalis, serta anggota keluarga kerajaan. Bahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul pada tahun 2018 lalu, diduga kuat dilakukan atas perintah pangeran.

Jamal Kashoggi adalah jurnalis media Washington Post, dan editor media Al Watan yang progresif di Arab Saudi. Ia sering menulis kritik yang ditujukan kepada Pangeran Muhammad bin Salman. Khasoggi diduga dibunuh oleh tim pembunuh di konsulat Arab Saudi di Istanbul dan tubuhnya dimutilasi sehingga tidak pernah ditemukan. 

Baca Juga: Sering Diserang Israel, 6 Fakta Seputar Masjid Al-Aqsa di Palestina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya