Serangan Bom di Kamp Pengungsi di Kongo, AS Salahkan Rwanda

12 korban tewas dan terluka termasuk perempuan dan anak-anak

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) menuduh Rwanda terlibat dalam serangan bom di kamp pengungsi di Republik Demokratik Kongo. Serangan bom terjadi di pinggiran kota Goma, provinsi Kivu Utara pada Jumat (3/5/2024).

Ndjike Kaiko, juru bicara militer Kongo, menyalahkan serangan tersebut pada kelompok pemberontak yang dikenal sebagai M23. Kelompok pemberontak ini diduga memiliki hubungan dengan Rwanda.

Dalam pernyataannya, PBB mengatakan ada dua kamp pengungsi yang dihantam bom yakni di Lac Vert dan Mungunga. Setidaknya 12 orang tewas, termasuk di antaranya anak-anak.

Baca Juga: AS Kecam Serangan ke Kamp Pengungsi di Kongo

1. Banyak korban terdiri dari perempuan dan anak-anak

PBB menyebut serangan bom sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional yang mencolok. Ada juga kemungkinan merupakan kejahatan perang.

Dilansir Associated Press, juru bicara PBB Jean Jonas Yaovi Tossa mengatakan, selain mereka yang tewas, lebih dari 20 orang terluka.

Kelompok bantuan Save The Children mengatakan, mereka berada di salah satu kamp ketika serangan menghantam pasar yang sibuk di depan kendaraannya. Disebutkan bahwa puluhan orang terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

"Tenda tidak memberikan banyak perlindungan dari penembakan. Perlindungan warga sipil, terutama anak-anak dan keluarga yang tinggal di kamp pengungsian, harus diprioritaskan," kata Greg Ramm, direktur negara kelompok bantuan tersebut di Kongo.

2. AS mengutuk keras serangan bom ke kamp pengungsi

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan, sangat prihatin dengan ekspansi pasukan pertahanan Rwanda dan M23 di Kongo timur. Dia menyerukan kedua belah pihak untuk menghormati hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional.

"AS mengutuk keras serangan dari Pasukan Pertahanan Rwanda dan posisi M23 di kamp Mugunga bagi para pengungsi internal di Republik Demokratik Kongo bagian timur," katanya, dikutip Le Monde.

Dia menyayangkan perluasan aktivitas pasukan Rwanda dan M23 yang sebagian besar merupakan kelompok etnis Tutsi di Kongo timur sejak 2021. Miller meminta pertanggungjawaban semua aktor atas pelanggaran hak asasi manusia dalam konflik tersebut.

Baca Juga: AS Tangkap Pria Asal Rwanda yang Bohong atas Peran dalam Genosida

3. Rwanda sebut tuduhan AS tidak masuk akal

Pada Sabtu, Rwanda membantah tuduhan AS dan menyebutnya sebagai tidak masuk akal. Juru bicara pemerintah Rwanda Yolande Makolo mengatakan, pasukan Rwanda adalah tentara profesional yang tidak akan menyerang pengungsi.

Dilansir Al Jazeera, Makolo menyalahkan penyerangan tersebut pada milisi bersenjata yang didukung militer Kongo.

Juru bicara pemerintah Kongo Patrick Muyaya menyalahkan M23. Kelompok itu dalam dua tahun terakhir telah mengambil alih sebagian wilayah Kivu Utara yang beribu kota Goma. Namun, M23 juga membantah terlibat serangan dan justru menyalahkan pasukan Kongo.

Baca Juga: Prancis Desak Rwanda Setop Dukung Pemberontak M23 di RD Kongo

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya