Sri Lanka Nyatakan Darurat Pangan

Cadangan devisa tidak cukup untuk bayar impor 

Jakarta, IDN Times - Persediaan bahan pokok di Sri Lanka telah mulai menipis. Selain itu, negara tersebut juga mengalami krisis valuta asing. Akhirnya pemerintah Sri Lanka umumkan darurat kekurangan pangan.

Dengan pengumuman itu, otoritas yang bertanggung jawab memiliki wewenang untuk menyita stok makanan dan menahan siapa pun yang menimbun bahan makanan. Pandemik virus Corona semakin memperparah kondisi.

1. Cadangan devisa tidak cukup untuk bayar impor dalam tiga bulan

Sri Lanka sedang berjuang menghadapi krisis ekonomi. Cadangan devisa negara telah turun drastis sekitar satu tahun terakhir ini untuk menghadapi krisis tersebut.

Melansir The Independent, dalam 18 bulan terakhir, cadangan devisa turun dua pertiga dan pada bulan Juli lalu hanya ada sekitar 2,8 miliar dolar AS atau sektiar Rp39,8 trilun.

Cadangan devisa tersebut hampir tidak cukup untuk membayar impor selama tiga bulan. Udaya Gammapila, Menteri Energi mengatakan Sri Lanka tidak memiliki cukup uang untuk membayar impor BBM.

Karena cadangan devisa yang terus menyusut, negara itu terhambat untuk membayar utang dan memaksanya untuk mengurangi impor bahan kimia pertanian, mobil, bahkan rempah-rempah.

2. Pengumuman aturan darurat pangan

Baca Juga: 5 Kuil di Kolombo Sri Lanka, Keindahannya Bikin Terpana!

Melansir laman Reuters, Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, pada hari Selasa (31/8) memerintahkan peraturan darurat pangan untuk melawan penimbunan gula, beras dan makanan pokok lainnya.

Dia telah menunjuk seorang perwira tinggi Angkatan Darat sebagai Komisaris Jenderal layanan Esensial untuk mengatur dan mengkoordinasikan pasokan beras, gula, dan barang-barang konsumsi lain.

Peraturan darurat pangan yang dibuat bakal memberi wewenang pejabat untuk menyita stok pangan yang dimiliki pedagang dan menangkap orang yang menimbun bahan pangan pokok. Dengan begitu, pemerintah dapat memberikan kepada masyarakat dengan harga yang ditetapkan dan terkendali.

Dalam pernyataan persnya, Gotabaya mengatakan "petugas yang berwenang akan dapat mengambil langkah-langkah untuk menyediakan bahan makanan penting dengan harga murah kepada masyarakat dengan membeli stok bahan makanan penting termasuk padi, beras dan gula."

3. Wabah virus Corona memperparah kondisi

Dengan terus menyusutnya cadangan devisa, bank-bank swasta sendiri juga telah kehabisan devisanya dalam berjuang untuk membiayai impor.

Wabah virus Corona yang menghantam negara itu, juga berperan penting semakin memperdalam jurang krisis ekonomi.

Melansir Al Jazeera, gula, beras, bawang merah dan kentang, telah mengalami lonjakan harga signifikan. Sementara masyarakat antre di luar toko untuk mendapatkan susu bubuk, minyak tanah dan gas untuk memasak.

Padahal, Sri Lanka telah menerapkan jam malam selama 16 hari karena peningkatan kasus COVID-19.

Menurut Worldometers, negara itu telah mencatatkan total sebanyak 440.302 kasus infeksi virus. Mereka yang meninggal telah mencapai 9.185 orang. Kini, sekitar 200 nyawa terancam setiap harinya akibat dari lonjakan kasus infeksi yang terus terjadi.

Pandemik Corona pada tahun 2020 telah membuat ekonomi negara itu menyusut 3,6 persen. Impor kendaraan, minyak nabati dan kunyit, salah satu bumbu penting makanan lokal telah dilarang untuk menghemat devisa. Bank Sentral Sri Lanka telah menaikkan suku bunga dalam upaya untuk menopang mata uang lokal.

Baca Juga: Ampuni Terpidana Mati, Sri Lanka Dikecam Keras PBB

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya