Sungai Terpanjang Italia Alami Kekeringan Terburuk dalam 70 Tahun

30 persen hasil pertanian Italia terancam hancur

Jakarta, IDN Times - Sunga Po yang membentang sejauh 652 kilometer merupakan sungai terpanjang di Italia. Pada 2022, Sungai Po mengalami kekeringan parah sehingga mengancam pertanian dan peternakan sekitarnya, yang bergantung pada aliran sungai.

Dalam pantauan satelit Copernicus Sentinel-2 antara Juni 2020 dan Juni 2022, Sungai Po telah menyusut secara signifikan. Ketinggian air mencapai titik terendah dalam 70 tahun terakhir.

Sekitar 30 persen hasil pertanian Italia mengandalkan aliran sungai tersebut. Dengan kekeringan yang melanda, maka nasib negara berkembang yang bergantung pada ekspor makanan Italia juga terancam.

Nasib keju parmesan Parmigiano Reggiano, yang legendaris dari Italia, juga terancam akibat kekeringan tersebut.

1. Kekeringan terburuk dalam 70 tahun terakhir

Sungai Terpanjang Italia Alami Kekeringan Terburuk dalam 70 Tahunilustrasi (Unsplash.com/Oleksand Sushko)

Sungai Po adalah sungai besar berkelok-kelok yang membelah Italia. Sungai itu berhulu di Pegunungan Alpen. Dulu, pencairan salju dari hulu Pegunungan Alpen dan hujan deras di musim semi sering menyebabkan banjir.

Meski begitu, menurut CNN, Sungai Po memicu pertumbuhan kota-kota dan industri di tepiannya. Aliran sungai dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air, transportasi, dan irigasi. 

Di beberapa bagian sungai, pabrik pengolahan mengubah air sungai yang berlumpur menjadi air minum.

Pada 1951, ketinggian air pernah hampir menyentuh atap pengukur permukaan sungai. Tapi pada 2022, musim dingin yang kering, pencairan salju yang langka dan hujan musim semi yang terjadi secara sporadis menyebabkan kekeringan terburuk di Italia utara dalam 70 tahun terakhir.

Baca Juga: Rusia Mulai Kurangi Aliran Gas ke Eropa, PM Italia Marah!

2. Sebanyak 30 persen panen nasional Italia terancam

Sungai Terpanjang Italia Alami Kekeringan Terburuk dalam 70 Tahunilustrasi (Unsplash.com/Richard Bell)

Menurut wawancara NPR, Meuccio Berselli, yang mengepalai Otoritas Daerah Aliran Sungai Po, mengatakan dirinya tidak pernah mengalami kekeringan buruk seumur hidupnya di sungai tersebut. Aliran sungai saat ini hanya seperenam dari tingkat normal.

Lembah Sungai Po telah menyediakan air ke jantung pertanian Italia utara. Kekeringan yang meluas mengancam 30 persen dari hasil pertanian nasional negara tersebut. Dugaan penyebabnya adalah perubahan iklim.

Tonio Casciani, seorang petani buah zaitun dan anggur, tak lagi mendapat aliran irigasi secara deras, tapi hanya tetesan yang diatur dengan stabil dan lambat.

Keluarga Casciani telah membudidayakan zaitun dan anggur selama beberapa generasi. Dia memiliki harapan tidak akan menjadi yang terakhir dalam bisnis keluarga yang telah dijalankan secara turun-temurun.

3. Keju permesan legendaris Italia terancam

Massimiliano Fazzini, kepala Departemen Risiko Iklim dari Masyarakat Geologi Lingkungan Italia, menjelaskan mulai 1 Desember tahun lalu, beberapa cekungan Sungai Po mengalami defisit air sekitar 45 hingga 70 persen.

Peternakan sapi perah di sepanjang sungai dekat kota Mantova yang menghasilkan keju permesan Parmigiano Reggiano legendaris Italia, juga terancam.

Simone Minelli, peternak sapi perah di daerah tersebut, menjelaskan 300 sapinya butuh air minum ribuan liter dari aliran Sungai Po. Selain itu, aliran air juga digunakan untuk menghidupi sumber pakan sapi dari ladang kedelai.

Tapi karena kekeringan, peternakan sapinya Minelli yang menghasilkan susu untuk membuat keju permesan yang legendaris jadi terancam.

"Jika Anda tidak memiliki cukup makanan untuk memberi makan ternak Anda, Anda harus menguranginya," kata Minelli, merujuk pada jumlah sapi miliknya.

Baca Juga: WFP PBB: 20 Juta Orang Kelaparan di Tanduk Afrika akibat Kekeringan

4. Masalah struktural dalam 20 tahun terakhir

https://www.youtube.com/embed/T8nJesnhuNc

Kekeringan di Italia utara bukan hal baru. Tapi pada 2022, itu merupakan kekeringan terburuk. Pembangkit listrik tenaga air di Monticelli d'Ongina, menurut Euro News, bahkan harus ditutup karena kekurangan aliran air.

Sumber listrik digantikan gas yang lebih mahal, yang justru meningkatkan emisi karbondioksida.

"Kekurangan air adalah masalah struktural yang telah tertunda selama 20 tahun terakhir, dan tidak pernah ditangani dengan baik," kata Barbara Di Rollo, seorang ahli irigasi ladang pertanian.

Para ahli dan petani berharap pemerintah Italia mengucurkan lebih banyak investasi untuk mencegah bencana lebih lanjut. Salah satu investasi itu adalah membangun waduk untuk mengatur irigasi sesuai kebutuhan.

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya