Tolak Bayar Gas Rusia Pakai Rubel, Pasokan 2 Negara UE Ini Disetop

Rusia dinilai lakukan pelanggaran kontrak secara sepihak

Jakarta, IDN Times - Raksasa perusahaan energi Gazprom, yang dikelola oleh Rusia, memotong pasokan gasnya ke Polandia dan Bulgaria. Keputusan itu dilakukan pada Rabu (27/4/2022) karena dua negara Uni Eropa (UE) tersebut menolak membayar dengan mata uang rubel Rusia.

Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari telah berdampak pada berbagai sektor, dari mulai diplomatik sampai ke perdagangan. Rusia, yang mendapatkan hantaman sanksi bertubi-tubi, membalasnya dengan mengharuskan negara importir gas membayar dalam bentuk rubel.

Rusia yang kaya akan sumber daya energi fosil memiliki pasar besar ke blok UE. Sebagian besar dari negara UE mengimpor energi, khususnya gas alam dari Rusia. Keputusan Rusia kali ini telah membuat blok UE membentuk kelompok koordinasi khusus untuk membatasi dampak dari langkah tersebut.

1. Rusia potong pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria

Tolak Bayar Gas Rusia Pakai Rubel, Pasokan 2 Negara UE Ini Disetopilustrasi (Pixabay.com/Alexey_Hulsov)

Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki bulan ketiga. Perang masih terus berkecamuk di arena pertempuran utama. Di luar arena perang, Rusia melakukan manuver dengan memotong penuh pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria.

Dikutip dari Associated Press, masalah utama yang dijadikan sebagai alasan adalah Polandia dan Bulgaria tidak mau membayar impor gas dengan mata uang rubel.

Manuver Rusia meningkatkan eskalasi dramatis dalam konflik yang menimbulkan keretakan hubungan negara tersebut dengan UE. Kemungkin hal itu akan memicu pertarungan yang lebih luas dengan Barat.

Dilansir The Moscow Times, ketua majelis parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin, menilai keputusan pemotongan aliran gas itu adalah hal tepat dan anggota parlemen Rusia mendukungnya.

Juru bicara parlemen Rusia mengatakan, "biarkan mereka menjelaskan kepada warganya bagaimana mereka akan keluar dari situasi ini dan kepentingan siapa yang mereka arahkan ketika membuat keputusan seperti itu."

Harga gas di Eropa telah melonjak karena berita tersebut. Para pemimpin Eropa mengecam keputusan Rusia dan menyebutnya sebagai langkah pemerasan.

Baca Juga: Sekjen PBB Minta Rusia Bantu Evakuasi Warga Ukraina dari Mariupol 

2. Pelanggaran kontrak secara sepihak

Sejak Moskow mengumumkan pembayaran gas dengan mata uang rubel, mereka mengancam akan memutus pasokan gasnya jika hal itu tidak disepakati. Tuntutan tersebut dinilai sebagai tanggapan Rusia terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada mereka.

Keputusan pemotongan pasokan gas kali ini adalah yang pertama kalinya dilakukan Rusia sejak kemelut perang Ukraina berlangsung. Gazprom sebelumnya telah memberitahu Polandia dan Bulgaria bahwa pembayaran gas mulai 1 April harus dengan rubel.

Baik Polandia atau Bulgaria menanggapi putusan Gazprom telah melanggar kontrak. Dilansir Al Jazeera, perusahaan gas Polandia mengancam akan mengambil tindakan hukum.

Perdana Menteri Bulgaria, Kiril Petkov, juga menyebut tindakan Gazprom merupakan pelanggaran berat terhadap kontrak saat ini. Petkov sedang meninjau semua kontraknya dengan Gazprom dan menyatakan, "pemerasan sepihak tidak dapat diterima."

Bulgaria bergantung hampir 90 persen kebutuhan gasnya dari impor Rusia. Saat ini persediaan gas masih cukup untuk kebutuhan selama satu bulan. Pasokan alternatif juga sudah mulai tersedia.

Polandia menerima gas Rusia melalui pipa Yamal-Eropa dari ladang gas besar Rusia di Kutub Utara. Pipa itu terus tersambung ke barat untuk memasok Jerman dan negara-negara Eropa lainnya, sementara Bulgaria dipasok melalui pipa di utara Turki.

3. Mata uang rubel Rusia menguat

Tolak Bayar Gas Rusia Pakai Rubel, Pasokan 2 Negara UE Ini Disetopilustrasi pekerja perusahaan Gazprom (Twitter.com/Gazprom)

Beberapa analis perdagangan energi Eropa menyebut langkah Rusia adalah menggunakan persenjataan pasokan energi untuk memberi pukulan ekonomi pada blok UE.

Fatih Birol, direktur eksekutif Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris mengatakan, "langkah Gazprom untuk sepenuhnya mematikan pasokan gas ke Polandia adalah tanda lain dari politisasi Rusia atas perjanjian yang ada dan hanya akan mempercepat upaya Eropa untuk menjauh dari pasokan energi Rusia."

Simone Tagiapetra, analis dari Bruegel di Brussel, menyebut penghentian gas itu menandai titik balik sejarah hubungan energi bilateral Rusia dan Eropa.

Keputusan pemotongan pasokan gas Rusia itu berdampak positif di dalam negeri. Mata uang rubel yang telah jatuh berantakan karena sanksi ekonomi, mulai menguat, menurut Reuters. Selain itu, indeks harga saham Rusia juga mengalami kenaikan.

Tapi, ancaman inflasi masih membayangi Rusia dan mata uang rubel terancam guncangan dari pengaruh eksternal.

Baca Juga: Patung Persahabatan Rusia-Ukraina Dirobohkan, Gak Relevan Lagi!

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya