UNICEF: Ribuan Anak Haiti Terancam Meninggal Kelaparan

UNICEF serukan agar ketertiban Haiti dipulihkan

Jakarta, IDN Times - UNICEF memperingatkan ada ribuan anak di Haiti yang berisiko meninggal dunia. Ini karena minimnya layanan kesehatan dan kekurangan gizi akibat serangan geng bersenjata selama berminggu-minggu.

Direktur UNICEF Catherine Russel, pada Selasa (26/3/2024), menyebutkan bahwa ketidakstabilan dan kekerasan di Haiti punya efek domino yang jauh lebih besar. 

Haiti jatuh ke dalam kekacauan politik dan berdampak pada kekacauan sosial. Pada bulan lalu, geng bersenjata melancarkan serangan terkoordinasi di ibu kota, menghancurkan infrastruktur dan menyebabkan korban jiwa di kalangan sipil.

1. Ada pasokan bantuan tapi belum dapat dikirim karena kekerasan berlanjut

Ketidakstabilan di Haiti telah menjerumuskan negara itu ke ambang krisis kemanusiaan. Dilansir VOA News, lebih dari 125 ribu anak-anak dalam waktu dekat terancam kekurangan gizi akut yang parah.

"Sementara persediaan penyelamat jiwa siap dikirimkan jika kekerasan berhenti dan jalan serta rumah sakit dibuka," katanya.

Menurut Integrated Food Security Phase Classification, hampir 5 juta penduduk Haiti berada dalam kerawanan pangan akut tingkat tinggi sejak kekerasan geng meningkat. Itu mencakup sekitar setengah populasi negara tersebut.

Baca Juga: Prancis Janji Evakuasi Warga Paling Terancam di Haiti

2. UNICEF serukan agar ketertiban dipulihkan

Kerawanan pangan dan krisis kesehatan diperburuk akibat terbatasnya akses kepada mereka yang membutuhkan. Ini karena kurangnya keamanan telah membatasi pengiriman bantuan.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyetujui bantuan 10 juta dolar AS (Rp158.2 miliar) untuk pasukan keamanan Haiti agar dapat melindungi warga sipi dan infrastruktur penting. Bantuan dapat dibelikan untuk senjata, amunisi, rompi anti peluru dan helm pelindung.

Dilansir RTE, UNICEF menyerukan agar hukum dan ketertiban dipulihkan di jalanan Haiti sehingga sekolah, rumah sakit dan layanan kemanusiaan dapat dibuka dan beroperasi dengan aman.

Russell mengatakan, Haiti sangat membutuhkan keamanan dasar agar layanan dapat berfungsi dan pekerja kemanusiaan dapat menjangkau anak-anak dan keluarga yang membutuhkan.

3. Anak-anak berjuang untuk hidup dan tetap sekolah

Sejak kekerasan geng meningkat pada April 2022, hampir 1.700 sekolah di Port-au-Prince telah ditutup. Lebih dari 500 ribu anak kehilangan akses terhadap pendidikan.

"Tidak ada anak yang bisa bersekolah saat peluru beterbangan di udara, itu berbahaya dan tidak seharusnya demikian," kata Bruno Maes, perwakilan UNICEF di Haiti, dikutip dari NBC News.

Kelvin Vensy, remaja berusia 13 tahun, berjualan lilin di perbatasan Haiti dan Dominika. Dia mencari nafkah untuk diberikan kepada orang tuanya demi bertahan hidup. Dia juga berupaya tetap sekolah.

"Saya usahakan masuk sekolah Senin sampai Kamis," katanya.

Baca Juga: Perang Geng Menjerumuskan Haiti ke Tingkat Pangan Terburuk

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya