Yunani: Pengungsi Bertahan Tanpa Makanan Usai Kamp Terbakar

Beban bertambah ditengah pandemi COVID-19
Athena, IDN Times – Ribuan pengungsi yang berada di Lesbos, Yunani, kocar-kacir melarikan diri setelah api membakar kamp persinggahan mereka pada Selasa, 8 September 2020. Hingga Rabu pagi, dikabarkan api masih membara dan para pengungsi sudah dievakuasi. Rabu malam kebakaran terjadi lagi dalam skala kecil dan menghabiskan yang tersisa.
 
Dikutip dari Aljazeera, pengungsi yang berada di kamp persinggahan kota Moria, di pulau Lesbos tersebut berjumlah sekitar 13.000 orang (11/9/2020). Kamp persinggahan pengungsi di Moria terkenal dengan kondisi kehidupannya yang buruk. Para pengungsi kini terlantar tanpa makanan dan tanpa air. Mereka juga tidur di lingkungan terbuka.
 
Athena menyatakan status darurat untuk Lesbos. Polisi dikerahkan ke pulau tersebut untuk menahan para pengungsi menuju kota utama, Mytilene. Langkah tersebut diambil karena sebelumnya, pengungsi di kamp persinggahan Moria diketahui positif terdampak COVID-19. Untuk mencegah persebaran COVID-19, akhirnya para pengungsi dicegah bergerak lebih jauh dan tertahan di tempat terbuka. Banyak diantaranya tidur tanpa tenda dan tanpa alas yang layak.
 
“Kami tidak punya tempat untuk tidur. Kami tidak punya apa-apa untuk dimakan,” kata Julia Bukasa, pencari suaka asal Kongo yang dihalangi oleh polisi agar tidak menuju kota utama,  seperti dilansir dari Reuters (9/9). Dia pergi dengan dua anaknya dan bayi yang baru berusia 8 bulan.

1. Tindakan penanganan dan penyelidikan kebakaran

Yunani: Pengungsi Bertahan Tanpa Makanan Usai Kamp TerbakarIlustrasi kamp pengungsi di Moria melebihi kapasitas sehingga terlalu sesak (Pixabay.com/12019)
Kebakaran yang melanda kamp pengungsi telah menghanguskan semuanya. Api menyebar dengan cepat di dalam kamp pengungsian dan di luar kamp pengungsian. 
 
Walikota Mytilene, kota utama pulau Lesbos mengatakan, “Situasi ini sangat sulit karena sebagian yang ada di luar termasuk pengungsi yang positif COVID-19,” jelasnya dilansir dari Deutsche Welle (9/9).
 
Walikota mengatakan akan berusaha meminta bantuan kapal untuk menempatkan sementara para pengungsi. Tawaran solusi sementara itu karena untuk mencegah penularan COVID-19. Sedangkan Menteri Imigrasi Yunani, Notis Mitarachi, menjelaskan sekitar 2.000 pengungsi akan ditempatkan sementara di kapal feri dan dua kapal angkatan laut Yunani. Sisanya belum jelas akan ditempatkan dimana.
 
Dilansir dari laman berita Reuters bahwa Moria telah dikarantina sejak minggu kemarin. Para pencari suaka juga sudah dilakukan tes dan sebanyak 35 orang positif terkena COVID-19. Otoritas kesehatan setempat mengatakan puluhan pengungsi yang terjangkit COVID-19 selamat karena ditempatkan secara terpisah dari kamp.
 
Penyebab kebakaran di Moria belum diketahui secara pasti. Otoritas setempat masih melakukan penyelidikan untuk memastikan ada atau tidaknya unsur kesengajaan pada peristiwa tersebut.

Baca Juga: Tegang di Laut Mediterania, Prancis dan Yunani Gelar Latihan Militer

2. Situasi memprihatinkan para pengungsi

Yunani: Pengungsi Bertahan Tanpa Makanan Usai Kamp TerbakarBanyak pengungsi berasal dari negeri konflik seperti Afganistan, Suriah dan Irak (Pixabay.com/WikiImages)
Amelia Cooper dari Lesbos Legal Center, lembaga yang membantu pengungsi pencari suaka, mengkritik Uni Eropa (UE). Dilansir dari laman berita NPR, ia menyatakan bahwa “Kamp pengungsian Moria dibangun dan dirancang sebagai bagian dari perbatasan UE. Hal itu sengaja dibangun untuk mencegah pengungsi di masa depan agar tidak menyeberang dan dengan sengaja menempatkan mereka dalam kondisi yang tak manusiawi dan tak layak (10/9/2020).” 
 
Kamp pengungsian Moria dibangun untuk kapasitas 3.000 orang. Saat ini, jumlah pengungsi lebih dari 10.000. Kamp tersebut dibatasi dengan kawat berduri, sampah dibiarkan, toilet meluap dan terjadi kekurangan kran air, sabun dan ibu-ibu memandikan bayi mereka dengan air dingin.
 
Faris al-Jawad dari Doctor Without Border dilansir dari laman NPR mengatakan, “Sangat menyedihkan dan menjengkelkan melihat orang-orang yang sangat membutuhkan, sangat-sangat membutuhkan, dan merupakan penerima perlindungan internasional, diperlakukan seperti ini (10/9).” 
 
Moria adalah rumah yang sesak bagi para pencari suaka. Kamp pengungsian yang terletak di pulau Lesbos, pulau terbesar ketiga Yunani itu terletak dekat dengan Turki. Para pengungsi datang sejak 2015 dan 2016 setelah melarikan diri dari, Afghanistan, Irak dan Suriah. Moria akhirnya juga menjadi tempat tinggal bagi para pencari suaka dari negara lainnya seperti Palestina atau Kongo. 

3. Respon UE

Yunani: Pengungsi Bertahan Tanpa Makanan Usai Kamp TerbakarIlustrasi UE telah menyepakati pemindahan 400 Anak-anak dan remaja ke daratan Yunani (Pixabay.com/ArmyAmber)
Mengutip dari laman Aljazeera, Boris Pistorius, tokoh berpengaruh Partai Sosialis Demokrat Jerman (SPD) mengatakan bahwa kamp Moria harus segera ditutup. Menurutnya, membiarkan kamp tersebut penuh sesak adalah simbol kegagalan kebijakan suaka Eropa, (11/9).
 
Sedangkan menteri luar negeri Jerman menggambarkan kebakaran yang terjadi di kamp pengungsi terbesar di Eropa itu adalah “bencana kemanusiaan.” Negara-negara anggora UE harus siap menerima beberapa pengungsi dari kamp Moria.
 
Komisaris dalam negeri UE, Ylva Johansson memberi penjelasan bahwa Brussels telah menyetujui untuk memberi dana pemindahan segera 400 anak dan remaja ke daratan Yunani sampai mereka nanti ditempatkan di negara anggota UE. Selain itu, karena Lesbos sudah ditetapkan sebagai darurat, maka militer akan segera datang dan membantu menyelesaikan permasalahan.

Baca Juga: Ketegangan Meningkat, Turki dan Yunani Gelar Latihan Militer

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya