Bendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)
Dilansir Associated Press, dalam penilaian ancaman tahunan yang dirilis pada bulan Februari, dinas keamanan dalam negeri Norwegia mengatakan China akan menjadi ancaman intelijen yang signifikan pada tahun 2024.
"Hal ini terutama disebabkan oleh memburuknya hubungan antara China dan Barat, keinginan China untuk lebih mengendalikan rantai pasokan, dan posisi di Arktik," kata penilaian tersebut. PST juga mengatakan bahwa ancaman intelijen dari negara Asia itu signifikan.
Hubungan antara Oslo dan Beijing sempat tegang di masa lalu. Hal itu terjadi setelah Beijing membekukan Oslo karena pemberian Hadiah Nobel Perdamaian kepada seorang pembangkang dari negara itu yang dipenjara tujuh tahun sebelumnya. Meskipun pemerintah tidak memiliki suara atas pilihan panel Nobel. Perselisihan tersebut membuat Beijing menangguhkan kesepakatan perdagangan bilateral dan membatasi impor salmon dari negara Eropa itu.
Pada tahun 2017, mantan Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg berkunjung ke China sebagai bagian dari pemulihan hubungan penuh antara kedua negara.
Norwegia telah mengungkap dugaan aktivitas intelijen asing lainnya di negaranya dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, negara itu menangkap Jose Assis Giammaria, seorang akademisi yang bekerja sebagai dosen di Universitas Arktik Norwegia, yang datang sebagai warga negara Brasil dan diduga menjadi mata-mata untuk salah satu badan intelijen Rusia. Nama asli Giammaria adalah Mikhail Mikushin.