ilustrasi Jengis Khan yang diabadikan di lembar mata uang (Pixabay.com/jackmac34)
Hungaria yang bersatu membentuk kerajaan di sekitar tahun 1000 masehi di bawah Dinasti Arpad Meski. Mereka telah menerima Kekristenan. Tapi posisi Hungaria yang berada di perbatasan memiliki hal yang unik.
Kristen tidak menjadi agama penguasa mutlak, karena pada dasarnya masyarakat di bawah kekuasaan Kerajaan Hungaria memiliki identitas beragam. Mereka juga memiliki hubungan tidak hanya dengan Katolik Roma, tapi juga Bizantium, Yahudi, dan masyarakat pagan.
Dalam penjelasan Rachel Steigerwald di Stony Brook, komunitas kecil Muslim juga telah ada di bawah kerajaan ini sekitar abad ke-11. Bahkan disebutkan ada yang memegang jabatan publik di sektor militer.
Hungaria juga kedatangan suku pengembara Qipchaq atau yang dikenal Cuman. Mereka adalah suku yang diburu oleh pasukan Mongol dan melarikan diri sampai ke Hungaria.
Kekuatan Mongol dari Asia Tengah yang memperluas diri, terus menuju ke barat ke Eropa Tengah. Mereka juga terus berlanjut mengejar orang-orang Qipchaq.
Pada 1240, Hungaria akhirnya menerima ancaman dari Mongol yang diperintah Batu Khan, cucu Jengis Khan. Dilansir Medievalist, Raja Bela IV saat itu menerima surat ancaman dari Batu Khan karena telah melindungi suku Qipchaq tersebut.
Pertempuran pertama terjadi di Sungai Sajo dengan sebutan Pertempuran Mohi. Sekitar 50 ribu pasukan Hungaria berantakan dibantai Mongol. Raja Bela melarikan diri ke Austria. Di bawah kekuasaan Mongol, banyak rakyat yang dibantai dan kota-kota dibakar.
Tapi secara mengejutkan, kekuatan Mongol ini telah menarik diri ke arah Rusia ketika Jerman dan Austria telah mempersiapkan diri dari serangan. Dua teori yang menjelaskan kemungkinan penarikan diri Mongol adalah kematian Ogedei Khan dan padang rumput Hungaria yang tak cukup memberi makan kuda-kuda pasukan Mongol.