Puluhan Ribu Orang di Serbia Protes Proyek Tambang Litium

- Puluhan ribu orang di Serbia melakukan aksi unjuk rasa menentang penambangan litium oleh Rio Tinto.
- Protes berlangsung di seluruh Serbia, dengan warga menolak rencana tambang karena dampak merusaknya terhadap lingkungan.
- Presiden Serbia mengklaim adanya rencana kudeta yang disiapkan oleh kekuatan Barat yang tidak disebutkan namanya.
Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu orang di Serbia mengadakan aksi unjuk rasa untuk menentang penambangan litium pada Sabtu (10/8/2024). Rencana proyek tambang ini berada di wilayah Jadar dan akan dijalankan oleh perusahaan tambang Rio Tinto.
Pemerintah mengatakan tambang litium ini akan meningkatkan perekonomian Serbia, tapi warga menolak karena dampaknya yang merusak. Warga telah melakukan demonstrasi selama berminggu-minggu di puluhan kota di seluruh Serbia untuk menentang proyek ini.
1. Izin tambang sempat dihentikan
Para pengunjuk rasa berkumpul di ibu kota Belgrade dan memadati jalan menuju alun-alun Terazije, melambaikan bendera Serbia dan meminta Rio Tinto untuk meninggalkan negara tersebut.
Zlatko Kokanovic, seorang pemimpin protes dan petani dari wilayah Jadar, mendesak para pengunjuk rasa untuk memblokir dua stasiun kereta api utama di Belgrade.
"Kami tidak akan menyerah. Tambang tidak dapat dibangun di lahan pertanian. Ini tidak ada hubungannya dengan politik," kata Mica Miliovanovic, seorang pekerja berusia 63 tahun, dikutip dari Reuters.
Izin tambang itu sempat dihentikan oleh pemerintah sebelumnya pada dua tahun lalu karena kekhawatiran terhadap lingkungan, tapi izin dipulihkan kembali pada bulan lalu.
Keputusan tersebut memicu protes nasional di berbagai kota di Serbia. Para pengunjuk rasa memberi pemerintah tenggat waktu untuk melarang eksplorasi dan eksploitasi litium yang berakhir pada hari Sabtu.
2. Unjuk rasa dikaitkan dengan kudeta

Dilansir Associated Press, Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan telah menerima infonrmasi bahwa “kerusuhan massal dan kudeta” sedang dipersiapkan di Serbia oleh kekuatan Barat yang tidak disebutkan namanya yang ingin menggulingkannya dari kekuasaan. Informasi itu dia terima dari dinas intelijen Rusia.
Pejabat pemerintah dan media yang dikendalikan negara telah meluncurkan kampanye besar-besaran terkait unjuk rasa tersebut, dengan membandingkannya dengan pemberontakan Maidan di ibu kota Ukraina, Kiev, yang menyebabkan tergulingnya mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych, yang pro-Rusia pada tahun 2013.
"Kami punya alasan untuk berhati-hati," kata Wakil Perdana Menteri Aleksandar Vulin pada hari Sabtu.
“Aksi unjuk rasa kami hari ini bersifat ekologis dan tidak memiliki ambisi politik, tetapi pemerintah menuduh kami berusaha melakukan kudeta,” kata aktor Svetlana Bojkovic yang ikut dalam unjuk rasa.
3. Proyek tambang litium akan membantu Uni Eropa

Pada 19 Juli, Vucic, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Maros Sefcovic, komisaris energi Uni Eropa (UE) menandatangani kesepakatan yang akan memberikan produsen dari negara-negara anggota UE akses ke bahan mentah yang ditambang di Serbia, yang akan mencakup litium.
Litium merupakan komponen utama dalam baterai untuk kendaraan listrik dan perangkat seluler. Proyek itu akan membawa Serbia lebih dekat ke blok tersebut dan mengurangi ketergantungan UE pada impor dari Amerika dan Asia.
Jika terlaksana, proyek litium di Jadar akan senilai 2,4 miliar dolar AS (Rp38,2 triliun), yang dapat memenuhi 90 persen kebutuhan litium Eropa saat ini dan menjadikan Rio Tinto salah satu produsen litium terkemuka dunia.
Pemerintah mengatakan tambang tersebut merupakan peluang untuk pembangunan ekonomi. Pemerintah dan Rio Tinto juga telah berjanji untuk menerapkan standar lingkungan tertinggi dalam proses penambangan.
Para kritikus mengatakan tambang itu akan menimbulkan polusi yang tidak dapat diperbaiki di lembah Jadar, bersama dengan cadangan air bawah tanah dan lahan pertaniannya yang penting.