Puluhan Ribu Warga Irak-Lebanon Demo Tolak Serangan Israel ke Iran

Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu orang di Iran, Irak, dan Lebanon menggelar unjuk rasa pada Jumat (20/6/2025) sebagai respons terhadap serangan udara yang dilancarkan Israel ke Iran.
Demonstrasi yang sebagian besar terjadi usai salat Jumat ini dimobilisasi oleh para tokoh dan kelompok berpengaruh di masing-masing negara. Pengunjuk rasa mengecam operasi militer Israel serta Amerika Serikat sebagai pendukungnya.
1. Protes di Irak digerakkan oleh ulama berpengaruh
Di Irak, protes digerakkan oleh seruan dari ulama Syiah berpengaruh, Muqtada al-Sadr, yang berhasil memobilisasi warga di berbagai provinsi. Aksi ini tersebar di berbagai kota, termasuk ibu kota Baghdad serta Najaf dan Kufa.
Dalam seruannya, al-Sadr menyebut aksi ini sebagai kewajiban moral dan agama untuk melawan agresi Zionis dan Amerika Serikat (AS). Ia juga menuduh Israel dan AS sebagai biang keladi di balik semua perang di seluruh dunia.
"Protes ini adalah wujud kutukan atas pembantaian dan penyerangan terhadap negara-negara Arab dan Islam, termasuk agresi terhadap tetangga kita Iran, serta Palestina, Lebanon, Suriah, dan Yaman," tulis Sadr, dikutip dari New Arab.
Pemimpin agama terkemuka di Irak, Ayatullah Agung Ali al-Sistani, memperingatkan untuk tidak menyerang tokoh politik dan keagamaan Iran. Menurutnya, serangan semacam ini dapat menjerumuskan seluruh kawasan ke dalam kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
2. Protes juga terjadi di Iran dan Lebanon
Kerumunan massa juga melakukan unjuk rasa di berbagai kota Iran, termasuk Teheran, Tabriz, dan Shiraz. Dalam aksi tersebut, para pengunjuk rasa menyerukan dukungan kepada pemerintah dengan membawa potret Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei.
Protes serupa terjadi di Lebanon, di mana unjuk rasa terkonsentrasi di pinggiran selatan Beirut, yang dikenal sebagai basis Hizbullah. Massa tampak mengibarkan bendera Hizbullah, Iran, dan Lebanon sebagai simbol solidaritas.
"Kami di sini untuk menunjukkan kepada AS dan Israel bahwa kami tangguh dan tidak akan terkalahkan, bahkan jika mereka menghancurkan rumah kami di atas kepala kami," ujar Fadel Saad, seorang pelajar berusia 18 tahun, dikutip dari France24.
Namun, sejumlah laporan mengindikasikan bahwa Hizbullah saat ini tidak berniat terlibat dalam konflik Iran-Israel. Kelompok tersebut dinilai masih dalam tahap pemulihan setelah konflik sebelumnya dengan Israel, dilansir NYT.
3. Irak peringatkan bahaya kontaminasi nuklir
Selain protes di jalanan, Irak juga menyampaikan kekhawatiran terkait serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran. Menurut Penasihat Keamanan Nasional Irak, Qassem al-Araji, serangan ke fasilitas nuklir dapat mengakibatkan kontaminasi radioaktif berbahaya yang berdampak luas.
"Perang ini tidak hanya menjadi ancaman bagi negara-negara tetangga, tetapi juga berisiko menimbulkan bencana lingkungan dan kesehatan global," kata Araji.
Al-Araji mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk mengambil langkah-langkah pencegahan terkait ancaman bencana kemanusiaan.
Sementara itu, militan proksi Iran di Irak dirumorkan sedang mempersiapkan serangan balasan ke militer AS di negara tersebut. AS juga dilaporkan telah mengevakuasi pasukannya dari Pangkalan Udara Ain al-Asad, Provinsi Anbar.