Elon Musk Peringatkan Jepang soal Populasinya yang Terus Menurun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - CEO Tesla Inc, Elon Musk memperingatkan Jepang bahwa negara tersebut akan lenyap jika tidak membalikkan penurunan angka kelahirannya, dilansir Kyodo News.
Pernyataan tersebut diungkapkannya saat menanggapi unggahan artikel kantor berita Kyodo News yang berjudul 'Populasi Jepang turun dengan rekor 644 ribu menjadi 125,5 juta pada 2021'.
Baca Juga: Investor Tesla Cemburu soal Twitter, Ini Kata Elon Musk
1. Keresahan Elon Musk pada risiko terbesar peradaban manusia
Dalam artikel yang diunggah pada April tersebut, mengangkat berita soal populasi Jepang yang mengalami penurunan terbesar dalam catatan pada tahun lalu. Disebutkan bahwa menurut Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, penurunan tersebut merupakan yang ke-11 tahun berturut-turut dan terbesar sejak 1950.
Musk pun merespon dalam sebuah unggahan di akun Twitter-nya, "Dengan risiko yang sudah jelas, kecuali ada sesuatu yang berubah yang menyebabkan angka kelahiran melebihi angka kematian, Jepang pada akhirnya akan lenyap. Ini akan menjadi kerugian besar bagi dunia," kata Musk pada Minggu (8/5/2022).
Kekhawatiran Musk soal populasi global yang mulai runtuh bukanlah yang pertama kali karena sebelumnya dia telah menyebutkan keresahannya tersebut beberapa kali di masa lalu.
Baca Juga: 10 Fakta Elon Musk, Orang Terkaya di Dunia yang Baru Membeli Twitter
2. Unggahan Musk soal penurunan angka kelahiran Jepang, menuai respon dari pengguna medsos
Editor’s picks
Dilansir The Guardian, Beberapa pengguna media sosial (medsos) mengatakan bahwa Negeri Sakura tersebut bukanlah satu-satunya negara ekonomi maju yang mengalami penurunan populasi jangka panjang.
Selain itu, beberapa diantara pengguna medsos menggunakan unggahan Musk guna mengkritik upaya pemerintah Jepang karena tidak berbuat cukup dalam meningkatkan angka kelahiran di ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.
"Apa gunanya men-tweet ini?" tulis Tobias Harris, seorang akademisi senior di Center for American Progress. "Kecemasan seputar masa depan demografis Jepang bukanlah bahwa Jepang pada akhirnya akan lenyap, melainkan dislokasi sosial yang mendalam yang terjadi sebagai akibat dari penurunan ke tingkat populasi yang lebih rendah," Harris menambahkan.
Menurut para ahli, rendahnya tingkat kelahiran di Jepang disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk beban biaya keuangan memiliki anak dan biaya hidup yang tinggi. Serta, kurangnya penyediaan pengasuhan anak dan jam kerja yang terkenal panjang.
Adapun himbauan untuk mengatasi masalah rendahnya angka kelahiran, termasuk mempermudah perempuan untuk kembali bekerja setelah memiliki anak.
Baca Juga: Jepang Segera Terima Turis Asing Mulai Juni, Ini Syaratnya
3. Jepang dan populasinya
Populasi Jepang merupakan salah satu yang tertua di dunia, di mana rekor tertinggi hampir 29 persen berusia 65 tahun ke atas, sedangkan mereka yang berusia 14 tahun ke bawah mencatat rekor terendah yakni 11,8 persen, menurut data pemerintah Jepang.
Jepang juga harus menghadapi penurunan pekerja asing di tengah kontrol perbatasan yang ketat imbas pandemi COVID-19, walaupun sebenarnya negara ini telah memiliki rencana untuk menerima hingga setengah juta pekerja asing pada tahun 2025 guna mengatasi kekurangan tenaga kerja yang serius.
Gagalnya rencana pemerintah tersebut karena pandemi, mendorong komunitas bisnis menyerukan pelonggaran aturan ketat Jepang soal imigrasi.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.