Korsel Pertimbangkan Beri Insentif Rp1,1 M untuk Bayi yang Lahir
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) berencana memberikan insentif uang tunai 100 juta won (sekitar Rp1,1 miliar) kepada setiap bayi yang lahir. Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya ancaman krisis demografi yang akan terjadi di negara itu, dilansir The Straits Times pada Selasa (23/4/2024).
Korsel memiliki ide untuk memberikan uang insentif dalam jumlah besar yang diberikan satu kali saja, setelah perusahaan konstruksi asal Korsel, Booyoung Group, mengatakan pada Februari bahwa pihaknya akan memberikan 100 juta won per kelahiran kepada karyawannya.
Pada 2023, data menunjukkan bahwa angka kelahiran nasional mencapai rekor terendah, yakni 0,72 kelahiran per perempuan. Angka tersebut diproyeksikan akan terus menurun menjadi 0,6 pada tahun ini.
1. Survei dilakukan dari 17-26 April 2024
Komisi Anti-Korupsi dan Hak-hak Sipil yang dikelola Korsel memulai survei pada 17 April untuk mengukur opini publik mengenai gagasan tersebut.
"Melalui survei ini, kami berencana untuk mengevaluasi kembali kebijakan promosi kelahiran di negara ini, guna menentukan apakah subsidi keuangan langsung dapat menjadi solusi yang efektif," kata komisi tersebut.
Survei online yang berlangsung hingga 26 April tersebut melontarkan empat pertanyaan. Ini termasuk apakah insentif finansial akan memotivasi responden untuk memiliki anak dan apakah mereka yakin pengeluaran sekitar 22 triliun won (Rp258,8 triliun) per tahun untuk program ini dapat diterima.
Angka tersebut mewakili sekitar setengah anggaran nasional yang dialokasikan untuk inisiatif tingkat kelahiran rendah, yaitu 48 triliun won (Rp564,5 triliun) per tahun.
Baca Juga: Prabowo Menang Pilpres, Dapat Ucapan Selamat dari Presiden Korsel
2. Mengatasi rendahnya angka kelahiran di Korsel merupakan prioritas Presiden Yoon
Editor’s picks
Penurunan angka kelahiran yang terus berlanjut memicu kritik bahwa kebijakan pemerintah yang ada saat ini tidak efektif.
Meski begitu, Presiden Yoon Suk Yeol telah berkomitmen untuk menjadikan penurunan angka kelahiran sebagai prioritas nasional. Pada Desember tahun lalu, Yoon berjanji akan melakukan langkah luar biasa guna mengatasi masalah tersebut.
Partai-partai politik besar di Korsel telah menunjukkan kebijakan-kebijakan untuk membendung penurunan populasi menjelang pemilihan parlemen, dengan harapan hal itu dapat mengurangi kekhawatiran bahwa negara tersebut sedang menghadapi kepunahan nasional.
Ini termasuk lebih banyak perumahan umum dan pinjaman yang lebih mudah, cuti wajib bagi para ayah, serta subsidi yang diperpanjang untuk program pembekuan sel telur bagi perempuan Korsel.
Saat ini, orang tua di Negeri Ginseng yang memiliki anak menerima bantuan berkisar 35 juta won (Rp411,7 juta) - 50 juta won (Rp588,2 juta) melalui berbagai program insentif dan dukungan sejak lahir hingga anak mencapai usia 7 tahun.
3. Faktor budaya turut andil dalam rendahnya keinginan memiliki anak di Korsel
Para ahli mengatakan, faktor budaya juga bertanggung jawab atas keinginan perempuan memiliki anak. Hal ini termasuk kesulitan yang dialami para ibu yang bekerja untuk menyeimbangkan pekerjaan mereka dengan ekspektasi, bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Korsel bukan satu-satunya negara di Asia yang berjuang melawan populasi yang menua dengan cepat dan kurangnya anak. Sebab, hal yang sama dialami oleh tetangganya, yakni Jepang pada 2023 mencatat penurunan jumlah bayi yang lahir selama delapan tahun berturut-turut, The Guardian melaporkan.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.