Seoul Tawarkan Subsidi Pembekuan Sel Telur bagi Perempuan Korsel

Upaya menghadapi krisis bayi di Korea Selatan

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) menggelontorkan miliaran dolar demi mendorong lebih banyak kelahiran. Salah satu upaya terbaru adalah melibatkan pemerintah kota (pemkot) Seoul dengan menawarkan program subsidi biaya pembekuan sel telur (kriopreservasi oosit).

"Membantu wanita Korsel untuk membekukan sel telur mereka, dianggap oleh pemkot Seoul sebagai solusi paling praktis guna berinvestasi dalam kemungkinan melahirkan di masa depan," kata pemkot Seoul.

"Seiring dengan meningkatnya usia pernikahan dan kehamilan, serta semakin menonjolnya partisipasi perempuan dalam masyarakat, terdapat peningkatan minat di kalangan wanita yang belum menikah yang ingin hamil dan melahirkan di masa depan," sambungnya, dikutip dari The Straits Times pada Jumat (16/2/2023).

Langkah tersebut merupakan upaya Negeri Ginseng dalam membalikkan angka kelahiran yang mencapai titik terendah.

1. Teknologi untuk membekukan sel telur telah ada di Korsel sejak 1990-an

Korsel merupakan salah satu negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia. Data menunjukkan bahwa hanya 0,7 kelahiran per perempuan pada akhir 2023. Angka tersebut jauh di bawah tingkat penggantian, yang berarti populasinya menua dan menyusut dengan cepat.

Meskipun perempuan lajang dapat membekukan sel telurnya, namun pada kenyataannya skema ini hanya akan membantu perempuan yang akan menikah. Sebab, klinik yang menawarkan inseminasi intrauterin dan fertilisasi in-vitro biasanya mensyaratkan akta nikah, sehingga prosedur ini hampir tidak mungkin dilakukan oleh para lajang atau pasangan sesama jenis.

Kriopreservasi oosit secara teoritis memungkinkan perempuan untuk mempertahankan kesuburan mereka. Meski begitu, hal ini dianggap lebih mungkin berhasil jika perempuan menjalani prosedur tersebut sebelum kualitas sel telur mulai menurun drastis, biasanya sejak usia 38 tahun ke atas.

Di Negeri Ginseng, teknologi untuk membekukan telur telah tersedia sejak akhir tahun 1990-an. Namun, kesadaran dan permintaan terhadap prosedur tersebut masih sangat minim.

Cha Kwang-yul, yang menjalankan CHA Medical Group, mengembangkan salah satu metode pengawetan pembekuan telur vitrifikasi pertama di dunia pada 1998. Di klinik tersebut juga telah menjalankan bank telur sejak 1999. Menurutnya, saat itu hanya perempuan pengidap kanker yang mungkin kehilangan kesuburan karena perawatan medis, yang tertarik dengan prosedur tersebut.

Namun dalam beberapa tahun, jumlah prosedur pembekuan sel telur yang dilakukan di CHA Medical Center telah meningkat secara drastis hanya dalam beberapa tahun. Tercatat, dari 72 pada 2015, menjadi lebih dari 1.000 pada 2022.

Baca Juga: Dokter di Korsel Protes Rencana Penambahan Jumlah Mahasiswa Kedokteran

2. Manfaat dari subsidi untuk pembekuan sel telur dirasakan oleh berbagai usia

Seoul Tawarkan Subsidi Pembekuan Sel Telur bagi Perempuan KorselIlustrasi kelahiran bayi. (unsplash/Christian Bowen)

Dilansir Korea Herald, Seoul telah memberikan hingga 2 juta won (sekitar Rp23,5 juta) pada 2023 untuk 300 perempuan berusia antara 20-49 tahun yang telah tinggal di Seoul selama lebih dari 6 bulan.

Subsidi untuk membekukan sel telur tersebut juga akan berlanjut pada 2024, dengan memberikan jumlah subsidi kepada 650 perempuan di Seoul.

Dilaporkan, bahwa dari September-Desember, ada 219 perempuan yang menerima manfaat dari subsidi itu. Dari total tersebut, 18 perempuan berusia 20an, 152 perempuan berusia 30an, dan 49 perempuan berusia 40an.

Perempuan yang berusia 20an kurang dari 10 persen yang memenuhi syarat untuk menerima subsidi pemkot. Hal ini dikarenakan hanya perempuan dengan kadar Hormon Anti-Mullerian (AMH) kurang dari 1,5 nanogram per 1 mililiter pada kelompok usia tersebut yang memenuhi syarat untuk mendaftar. Sementara, perempuan berusia 30an dan 40an dapat melakukan tes ini terlepas dari tingkat AMH mereka.

Akan tetapi, mulai tahun ini, pemkot Seoul menyatakan bahwa wanita berusia 20an dengan kadar AMH kurang dari 3,5 nanogram per 1 mililiter akan menerima subsidi tersebut. Bahkan, jika mereka telah menjalani kriopreservasi sel telur setelah September 2023, mereka dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan dukungan retroaktif setelah pemkot menentukan bahwa mereka memenuhi standar yang ditentukan.

Jika sebelumnya perempuan berkewarganegaraan asing yang memiliki suami warga negara Korea dapat mengajukan permohonan untuk program dukungan subsidi tersebut, namun tahun ini program tersebut tidak lagi tersedia bagi mereka.

3. Pakar menilai subsidi untuk pembekuan sel telur bagi perempuan Korsel tidak efektif

Seoul Tawarkan Subsidi Pembekuan Sel Telur bagi Perempuan KorselIlustrasi bendera Korea Selatan. (unsplash.com/Daniel Bernard)

Meski pemerintah pusat dan Seoul telah mencanangkan program subsidi pembekuan sel telur, namun para ahli memperingatkan bahwa inisiatif tersebut tidak mungkin dapat membalikkan penurunan demografi yang tajam.

Mereka menuturkan, pemerintah tidak menyadari adanya perubahan sosial yang besar dalam memperbaiki krisis demografi Korsel yang berfokus pada mendorong masyarakat untuk menikah dan memiliki bayi.

Hyeyoung Woo, seorang profesor sosiologi di Portland State University, yang meneliti keluarga di Korsel, mengatakan akan lebih efektif apabila pemerintah fokus pada mendorong pernikahan dan lebih banyak anak kedua dalam pernikahan melalui tunjangan perumahan, pajak, perawatan anak, dan cuti orang tua.

Generasi muda Korsel menggunakan istilah generasi 'N-po' yang merujuk pada keputusan untuk meninggalkan pandangan untuk menikah, menjadi orang tua, dan kepemilikan rumah. Ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan persaingan yang ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang langka.

Baca Juga: Korsel Akan Ekspor Sistem Pencegat Rudal Cheongung-II ke Arab Saudi

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya