Amerika Serikat menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 silam, setelah gedung WTC New York ditabrak oleh pesawat American Airlines yang dibajak. Pelaku penyerangan itu disebut jaringan al-Qaida yang kemudian diklaim sebagai kelompok teroris. AS lantas mengumandangkan perang melawan terorisme, dan memburu pemimpin al-Qaida yang bernama Osama bin Laden.
Penyerangan ke Afghanistan dilakukan oleh AS karena pemerintahan Taliban yang berkuasa saat itu dituduh menyembunyikan pemimpin al-Qaida dan mereka juga dianggap bekerja sama dengan kelompok teoris. Oleh sebab itu, ketika pasukan AS datang ke Afghanistan, Taliban segera digulingkan dari pemerintahan hanya dalam waktu beberapa minggu saja.
Namun, perang tak cukup sampai di situ. Selama bertahun-tahun Osama bin Laden diburu, baru pada tahun 2011 ketika AS dipimpin oleh Obama, bin Laden baru bisa dibunuh oleh pasukan AS. Dan peperangan di Afghanistan terus berlangsung selama puluhan tahun.
Saat ini, ketika AS menganggap bahwa al-Qaida tak lagi jadi ancaman terorisme internasional, mereka berencana untuk pergi dari Afghanistan. Semua pasukan sekutu NATO yang membantu AS di Afghanistan juga sudah bergegas meninggalkan negara itu.
Tapi kepergian pasukan asing dari Afghanistan telah menimbulkan kekhawatiran baru. Itu karena, perang di Afghanistan telah menimbulkan masalah lain, yakni ketidakstabilan politik dan keamanan.
Melansir laman Reuters, beberapa analis politik memperingatkan meningkatnya risiko kembalinya perang saudara karena lebih banyak kelompok di Afghanistan yang mengangkat senjata.
Jenderal AS, Austin S. Miller meramalkan bahwa akan terjadi perang saudara di Afghanistan ketika pasukan asing mulai meninggalkan negara tersebut. "Perang saudara tentunya merupakan jalan yang dapat divisualisasikan jika ini terus berlanjut pada lintasan seperti sekarang ini, yang harus menjadi perhatian dunia," katanya seperti dikutip dari Time.