reruntuhan di Kota Gaza. (unsplash.com/mhmedbardawil)
Kritik terbuka terhadap Hamas meningkat di Gaza sejak perang dimulai, baik di jalanan maupun media sosial. Meski demikian, masih banyak pendukung setia kelompok tersebut. Mereka membela Hamas dan menuduh para peserta demonstrasi sebagai pengkhianat.
"Maaf, tapi apa sebenarnya yang dipertaruhkan Hamas? Mereka mempertaruhkan darah kami, darah yang dilihat seluruh dunia hanya sebagai angka. Bahkan Hamas menghitung kita sebagai angka. Minggir dan biarkan kami merawat luka kami," tulis Mohammed Al-Najjar dari Gaza di Facebook.
Protes ini terjadi sehari setelah kelompok Jihad Islam meluncurkan roket ke Israel. Tindakan tersebut membuat Israel memerintahkan evakuasi di sebagian besar wilayah Beit Lahia yang kemudian memicu kemarahan publik. Israel juga secara rutin menyerukan warga Gaza untuk melawan Hamas.
"Kami ingin melanjutkan protes sampai pertumpahan darah berhenti dan Hamas meninggalkan panggung politik Palestina," kata Ahmad al-Masri, pekerja konstruksi berusia 35 tahun yang ikut dalam protes tersebut, dilansir New York Times.
Hamas masih memiliki ribuan pejuang bersenjata meskipun Israel terus berupaya menghancurkan kelompok tersebut. Selama gencatan senjata dua bulan yang dimulai Januari, Hamas berusaha memperbaiki kendalinya atas Gaza. Beberapa warga khawatir bila Hamas tetap berkuasa, perang berikutnya hanya tinggal menunggu waktu.
"Tanpa kepergian Hamas, perang berikutnya hanya masalah waktu. Kami sudah cukup dengan perang, kehancuran, dan pembunuhan," ujar Helal Warshagha, aktivis berusia 27 tahun dari Beit Lahia.