Serangan Israel di Gaza Tewaskan 50 Ribu Warga Palestina Sejak 2023

Jakarta, IDN Times - Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza telah melampaui angka 50 ribu jiwa. Kementerian Kesehatan Gaza pada Minggu (23/3/2025) melaporkan setidaknya 50.021 warga Palestina tewas dan 113.274 lainnya luka-luka sejak Israel melancarkan serangannya pada Oktober 2023.
Angka korban meningkat tajam setelah Israel memutuskan mengakhiri gencatan senjata yang berlangsung sejak Januari lalu. Serangan udara Israel pada Selasa (18/3/2025) pekan lalu menewaskan lebih dari 400 orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, angka korban yang dilaporkan oleh pejabat kesehatan Gaza dapat dipercaya, meskipun militer Israel menyangkalnya.
"Angka 50 ribu hanyalah perkiraan kasar. Jumlah ini hanya mencakup mereka yang telah terdaftar di fasilitas kesehatan. Masih banyak orang yang dikuburkan tanpa terdaftar atau hilang di bawah puing-puing," kata jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud.
1. Serangan Israel tewaskan 17 ribu anak-anak
Dari total korban tewas yang dilaporkan, 17 ribu di antaranya adalah anak-anak. Kantor media Gaza melaporkan lebih dari 11 ribu orang hilang dan diduga telah meninggal yang belum termasuk dalam hitungan resmi.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet pada Juli tahun lalu mengungkap temuan lebih mengkhawatirkan. Disebutkan bahwa jumlah korban tewas sebenarnya bisa mencapai lebih dari 186 ribu orang, jauh melebihi angka resmi.
Hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta jiwa telah mengungsi dari rumah mereka. Sistem perawatan kesehatan Gaza mengalami kerusakan parah dengan rumah sakit sering terdampak pertempuran. Krisis kemanusiaan dan kelaparan juga melanda beberapa wilayah Gaza setelah Israel memblokir bantuan masuk awal bulan ini, dilansir CNN.
Omar Rahman, peneliti di Middle East Council on Global Affairs, membantah klaim Israel bahwa serangan mereka hanya menargetkan Hamas. Menurutnya, bukti di lapangan justru menunjukkan Israel sengaja menargetkan warga sipil dan infrastruktur umum.
2. Israel kembali gempur Gaza
Israel melancarkan kembali serangan terhadap Gaza minggu lalu, mengakhiri gencatan senjata yang berlangsung sejak 19 Januari. Serangan udara ini telah menewaskan lebih dari 600 orang dalam beberapa hari pertama operasi militer.
Dilansir CBS, serangan Israel pada Minggu (23/4/2025) di Jalur Gaza selatan menewaskan sedikitnya 26 warga Palestina. Korban jiwa termasuk seorang pemimpin politik Hamas dan beberapa perempuan serta anak-anak.
Hamas mengumumkan Salah al-Bardawil, anggota biro politiknya dan parlemen Palestina, tewas dalam serangan di tendanya di Muwasi bersama istrinya.
Israel juga melancarkan serangan terhadap unit bedah di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis pada Minggu malam. Serangan ini menyebabkan kebakaran besar di rumah sakit tersebut. Militer Israel mengonfirmasi serangan dan mengklaim telah menargetkan anggota Hamas di rumah sakit.
Militer Israel juga memerintahkan penduduk kota Rafah di Gaza selatan untuk mengungsi. Pasukan Israel telah mengepung lingkungan Tal as-Sultan dan melakukan operasi militer di area tersebut.
3. Prospek perdamaian semakin suram
Israel menolak memasuki fase kedua kesepakatan gencatan senjata yang ditandatanganinya dengan Hamas pada Januari. Fase kedua seharusnya dimulai pada 1 Maret dan mengharuskan Israel menarik pasukannya sepenuhnya dari Gaza untuk mengakhiri perang secara permanen.
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji meningkatkan operasi militer. Dia ingin menekan Hamas agar segera membebaskan 59 sandera Israel, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Kabinet Israel menyetujui pembentukan badan baru pada Sabtu (22/3/2025) malam. Badan ini bertugas mengelola keberangkatan sukarela warga Palestina sesuai proposal Presiden AS Donald Trump. Kelompok HAM mengkritik rencana tersebut sebagai bentuk pengusiran yang melanggar hukum internasional.
Sementara itu, Hamas mengatakan masih berkomunikasi dengan mediator, termasuk membahas proposal utusan Trump, Steve Witkoff. Hamas menginginkan adanya kesepakatan pertukaran tahanan, penghentian perang, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, melansir NBC.