Jepang Bakal Buang Air Radioaktif Pembangkit Nuklir Fukushima ke Laut

Langkah ini dinilai sebagai pilihan terbaik

Jakarta, IDN Times – Pemerintah Jepang memutuskan untuk membuang air radioaktif yang diolah dari pembangkit nuklir Fukushima yang rusak ke Samudra Pasifik. Dikutip dari CNBC, Selasa (13/4/2021), proses pelepasan air secara bertahap akan dimulai dalam dua tahun dan menurut perkiraan awal, akan memakan waktu sekitar 30 tahun.

Keputusan tersebut merupakan rencana lama. Namun karena ditentang banyak pihak, termasuk nelayan dan penduduk setempat, serta sejumlah masalah keamanan, rencana ini ditunda selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Selidiki Lelehan Bahan Bakar Nuklir Fukushima, Toshiba Luncurkan Robot

1. Mengalirkan air dari pembangkit nuklir ke laut dinilai sebagai pilihan terbaik

Jepang Bakal Buang Air Radioaktif Pembangkit Nuklir Fukushima ke LautReaktor nuklir Fukushima sumber: usc.edu

Rencana pembuangan radioaktif ini diputuskan pada pertemuan menteri kabinet, di mana mereka menganggap mengalirkan air dari pembangkit nuklir itu ke laut sebagai pilihan terbaik.

Air yang terkumpul telah disimpan di tangki di pabrik Fukushima Daiichi sejak 2011, ketika gempa bumi besar dan tsunami merusak reaktornya dan air pendinginnya terkontaminasi dan mulai bocor. Air itu keluar dari tangki penahanan utama yang rusak ke ruang bawah tanah gedung reaktor.

Sebagian air dilaporkan telah dipompa ke dalam reaktor untuk terus mendinginkan bahan bakar yang meleleh. Air juga dipompa keluar dan diolah, sebagian didaur ulang sebagai air pendingin, dan sisanya disimpan di 1.020 tangki yang sekarang menampung 1,25 juta ton air radioaktif.

Operator pabrik, Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) mengatakan, kapasitas penyimpanan airnya yang sebesar 1,37 juta ton akan penuh akhir tahun depan. Selain itu, area yang sekarang diisi dengan tangki penyimpanan harus dibongkar untuk membangun fasilitas baru yang akan dibutuhkan untuk menghilangkan puing-puing bahan bakar yang meleleh dari dalam reaktor.

2. Didukung Perdana Menteri

Jepang Bakal Buang Air Radioaktif Pembangkit Nuklir Fukushima ke LautKedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga beserta Ibu Mariko Suga di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Selasa, 20 Oktober 2020. PM Yoshihide Suga dan Ibu Mariko Suga disambut oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung di tangga pesawat (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan, pembuangan air radioaktif ke laut adalah pilihan paling realistis. Ia juga mengatakan bahwa membuang air tersebut adalah hal yang tidak dapat dihindari untuk dapat menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima.

Proses penonaktifan itu diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun.

Di sisi lain, Menteri Ekonomi dan Industri Hiroshi Kajiyama mengatakan, tangki yang menempati ruang besar di kompleks pabrik bisa membahayakan apabila rusak dan bocor jika terjadi gempa bumi atau tsunami kuat lainnya.

Baca Juga: Air yang Terkontaminasi Reaktor Fukushima Bisa Merusak DNA Manusia

3. Dampak pembuangan tidak diketahui

Jepang Bakal Buang Air Radioaktif Pembangkit Nuklir Fukushima ke LautPeristiwa kebakaran di reaktor nuklir Fukushima, pasca gempa dan tsunami Jepang 2011. Slumber: suffolk.edu

TEPCO dan pejabat pemerintah mengatakan, kandungan tritium yang tidak berbahaya dalam jumlah kecil, tidak dapat dikeluarkan dari air, tetapi semua radionuklida terpilih lainnya dapat dikurangi ke tingkat yang diizinkan untuk pembuangan.

Beberapa ilmuwan mengatakan, dampak jangka panjang pada kehidupan laut dari paparan dosis rendah hingga volume air yang dibuang yang besar itu tidak diketahui.

Di bawah rencana dasar yang diadopsi oleh para menteri, TEPCO akan mulai mengalirkan air dalam waktu sekitar dua tahun setelah membangun fasilitas di bawah persyaratan keselamatan badan pengawas. Perusahaan mengatakan, pembuangan air radioaktif tidak dapat ditunda lebih lanjut dan itu perlu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan di sekitar pabrik sehingga warga dapat hidup dengan aman.

Meski telah bulat dengan keputusannya, Jepang mengatakan akan mematuhi aturan internasional untuk pembuangan air radioaktif, dan mendapatkan dukungan dari Badan Energi Atom Internasional dan lembaga lainnya. Mereka juga akan memastikan untuk mengungkapkan data dan transparan untuk mendapatkan pemahaman tentang komunitas internasional.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya