Lonjakan COVID-19 di Eropa Jadi Peringatan buat AS

Eropa kembali menjadi episentrum pandemik

Jakarta, IDN Times - Eropa kembali menjadi episentrum pandemik COVID-19. Para ahli menyebut kondisi tersebut merupakan peringatan bagi Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya bahwa virus corona terus-menerus menyebar.

Sejumlah negara di Eropa telah mengalami lonjakan kasus COVID-19. Pada bulan Oktober, kasus COVID-19 Eropa meningkat lebih dari 50 persen. 

Tren yang mengkhawatirkan itu terus berlanjut bulan ini, saat musim dingin mulai berlangsung.

Baca Juga: AS Sebut Rusia Ambil Keuntungan dari Krisis Energi Eropa

1. Eropa kembali jadi episentrum

Lonjakan COVID-19 di Eropa Jadi Peringatan buat ASIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) wilayah Eropa, Hans Kluge, pada 4 November pernah memperingatkan bahwa kawasan Eropa akan kembali menjadi pusat pandemik.

Pada Jumat (12/11/2021), WHO mengatakan hampir dua juta kasus dilaporkan di seluruh Eropa pada minggu sebelumnya. Hal tersebut merupakan kasus yang paling banyak terjadi di kawasan itu dalam satu minggu sejak pandemik dimulai.

2. Beberapa negara di Eropa melaporkan kasus rekor

Lonjakan COVID-19 di Eropa Jadi Peringatan buat ASIlustrasi corona. IDN Times/Mardya Shakti

Dalam beberapa pekan terakhir, Jerman melaporkan rekor jumlah harian infeksi baru dengan lebih dari 50 ribu kasus, menurut data Universitas Johns Hopkins.

Belanda juga melaporkan lebih dari 16 ribu kasus, jumlah tertinggi di negara itu sejak pandemik dimulai. Lonjakan kasus ini mendorong pemerintah untuk memulai penguncian sebagian wilayah (partial lockdown) pada Sabtu. Menurut NBC News, penguncian ini akan berlangsung setidaknya tiga minggu.

Ketika kasus melonjak menjelang akhir bulan lalu lalu, Belgia juga menerapkan kembali beberapa pembatasan COVID-19, termasuk persyaratan untuk memakai masker di tempat umum. Negara itu juga mewajibkan pengunjung bar, restoran dan klub kebugaran untuk menunjukkan sertifikat COVID-19 yang membuktikan mereka telah divaksinasi lengkap, telah menjalani tes negatif baru-baru ini atau baru saja pulih dari penyakit tersebut.

Baca Juga: COVID-19 di Jerman Meledak, Catat Rekor Kenaikan 50.196 Kasus

3. Kasus kematian bervariasi di berbagai negara

Lonjakan COVID-19 di Eropa Jadi Peringatan buat ASIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun terjadi lonjakan, tingkat kematian harian di ketiga negara itu tetap relatif stabil dibandingkan dengan lonjakan sebelumnya. Para ahli pun telah memuji keberhasilan vaksinasi yang tinggi untuk mengurangi risiko rawat inap dan kematian.

“Untungnya, cakupan vaksinasi yang tinggi membatasi jumlah kematian dan rawat inap di sana untuk sebagian besar,” kata Tom Weseleers, ahli biologi evolusi dan biostatistik di universitas KU Leuven di Belgia, kepada NBC News melalui email pada Rabu.

Sayangnya, hal itu tidak berlaku di beberapa negara Eropa Timur. Selama tiga minggu terakhir, Rumania melaporkan 591 kasus kematian, Bulgaria sebanyak 334 kematian dan Latvia dengan 64 kematian. Semua negara ini melaporkan rekor kematian harian yang tinggi, menurut data Johns Hopkins. Selain itu, jumlah kasus juga melonjak.

“Ini mengkhawatirkan,” kata Weseleers. Ia menambahkan dirinya yakin penyerapan vaksin yang rendah dan keraguan akan vaksin yang tinggi menjadi penyebab terbesar kondisi ini.

“Ini bukan karena kekurangan vaksin,” tambahnya. “Meskipun memiliki akses ke vaksin, negara-negara itu tidak berhasil meyakinkan penduduknya untuk divaksinasi".

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya