Taliban Tunjuk Kepala Bank Sentral Baru, Kualifikasinya Dipertanyakan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Taliban telah menunjuk seorang pejabat bernama Mohammad Idris sebagai penjabat gubernur bank sentral Afghanistan. Penunjukan ini menjadi perhatian dunia karena kualifikasi pendidikan dan profesional Idris, maupun pengalamannya dalam menangani kebijakan moneter, mata uang dan perbankan masih belum diketahui.
Meski demikian, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahed mengatakan Idris akan mampu menangani masalah ekonomi yang dihadapi Afghanistan.
“Idris akan mengatasi masalah perbankan yang menjulang dan masalah rakyat,” katanya di Twitter, menurut Al-Jazeera, Senin (23/8/2021).
Baca Juga: Afghanistan Kacau Balau, Mata Uang Jatuh ke Rekor Terendah
1. Latar belakang Idris
Muhammad Jalal, anggota komisi kebudayaan Taliban, mengatakan bahwa Idris pernah mengepalai komisi ekonomi Taliban.
Namun, komisi ekonomi itu sendiri telah beroperasi dalam bayang-bayang selama 20 tahun terakhir. Kegiatannya diduga termasuk mengumpulkan pajak ilegal dari bisnis dan petani untuk mendanai pertempuran kelompok militan itu.
2. Afghanistan dalam krisis
Penunjukkan Idris sebagai penjabat gubernur bank sentral Afghanistan itu dilakukan ketika tanda-tanda krisis keuangan muncul, di mana mesin-mesin ATM negara itu kehabisan uang tunai dan harga barang-barang penting melonjak.
Editor’s picks
Harga bahan makanan pokok seperti tepung dan minyak telah naik sebanyak 35 persen selama seminggu terakhir. Bank, apotek, dan toko obat di seluruh Kabul juga sebagian besar tutup. Di sebagian besar ibu kota, jalanan sekarang kosong.
“Pejuang Taliban berpatroli di seluruh kota untuk memastikan keamanan,” kata Mujahed.
Baca Juga: Daftar Kekayaan Mineral Afghanistan yang Kini di Tangan Taliban
3. Komentar kepala bank sentral Afghanistan
Kepala bank sentral Afghanistan Ajmal Ahmady, yang kini berada di pengasingan, mengatakan dalam sebuah wawancara untuk podcast Odd Lots Bloomberg bahwa Afghanistan yang dipimpin Taliban menghadapi serangkaian guncangan yang mungkin akan menyebabkan mata uang makin melemah, inflasi yang lebih cepat, dan keterbatasan modal.
Lulusan Harvard itu melarikan diri dari negara itu mengikuti kepergian beberapa pejabat lain, termasuk mantan Presiden Ashraf Ghani. Pejabat-pejabat negara itu melarikan diri ketika Taliban masuk ke Kabul pada 15 Agustus.
Bank-bank tutup segera setelah militan mengambil alih negara dan ATM terus kehabisan uang tunai sejak saat itu. Mata uang negara itu, Afgani, mencapai rekor terendah pekan lalu.
Namun juru bicara kementerian keuangan, Mohammad Rafi Tabe, mengatakan bahwa bank-bank akan mulai beroperasi dengan normal mulai segera. Tabe juga mengatakan bahwa menteri keuangan sebenarnya telah meninggalkan Afghanistan sebelum jatuhnya Kabul, namun kementerian tersebut telah kembali bekerja dan semua stafnya akan tetap pada posisi yang sama seperti sebelum Taliban mengambil alih.
“Bank akan mulai beroperasi besok atau lusa,” katanya dalam sebuah wawancara telepon.
Baca Juga: Disambut Taliban, Tiongkok Leluasa Urus Proyek Pembangunan Afghanistan