17 Hari Tanpa Kasus, Selandia Baru Klaim Sebagai Negara Bebas COVID-19

Pasien COVID-19 terakhir sudah sembuh

Wellington, IDN Times - Pemerintah Selandia Baru mengklaim sebagai negara bebas COVID-19 pada Senin (8/6). Ini karena negara tersebut melaporkan nol kasus baru selama 17 hari berturut-turut. Pasien yang tertular virus corona dan dirawat di rumah sakit pun semuanya sudah sembuh. 

Berdasarkan data yang dihimpun oleh John Hopkins University, Selandia Baru terakhir kali mengonfirmasi ada satu kasus COVID-19 yakni pada 22 Mei lalu. Sebelum itu, sejak 17 April hingga 21 Mei, jumlah pasien yang terinfeksi virus corona per hari hanya satu digit, bahkan beberapa kali tak ada laporan kasus baru.

Baca Juga: PM Selandia Baru Usulkan Persingkat Waktu Kerja dan Perbanyak Liburan

1. Selandia Baru pertama kali mengonfirmasi kasus COVID-19 pada 28 Februari, sedangkan kurva mencapai puncak antara Maret sampai April

17 Hari Tanpa Kasus, Selandia Baru Klaim Sebagai Negara Bebas COVID-19Ilustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

"Ini benar-benar berita bagus bagi orang yang bersangkutan, dan ini juga merupakan sesuatu yang seluruh warga Selandia Baru syukuri," kata Direktur Jenderal Kesehatan Dr Ashley Bloomfield, merujuk pada kesembuhan pasien COVID-19 terakhir, seperti dikutip Stuff.co.nz.

Selandia Baru sendiri pertama kali mengonfirmasi kasus COVID-19 pada 28 Februari. Jumlah kasus di awal kurang dari 20, tetapi secara gradual bertambah. Negara itu mencapai puncak pandemik antara Maret hingga April dengan angka penularan harian tertinggi adalah 89 kasus. Sampai kini, total ada 1.504 kasus dan 22 kematian.

"Tak ada kasus aktif untuk pertama kali sejak 28 Februari jelas merupakan tanda signifikan dalam perjalanan kami, tapi seperti kami pernah katakan, kewaspadaan melawan COVID-19 terus menjadi hal yang mendasar," tambahnya.

2. Pakar kesehatan mengingatkan tetap ada potensi muncul kasus lagi

17 Hari Tanpa Kasus, Selandia Baru Klaim Sebagai Negara Bebas COVID-19Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, ketika bertemu dengan para petani di negaranya pada 11 Agustus 2019. Foto diambil dari media sosial. instagram.com/jacindaardern

Kasus COVID-19 terakhir yang dikonfirmasi sempat tidak memperlihatkan gejala selama dua hari, sehingga diizinkan keluar dari isolasi. Hasil tes awal juga menunjukkan negatif COVID-19. Sayangnya ketika mengikuti tes berikutnya, hasilnya positif.

Pakar kesehatan masyarakat Profesor Michael Baker mengatakan, fakta tak ada lagi kasus COVID-19 mengindikasikan Selandia Baru sudah keluar dari pandemik. Namun, ia terus mengingatkan situasi baik ini bisa saja tak bertahan lama jika tak berhati-hati. Menurutnya, masih ada rantai transmisi yang belum diketahui.

"Kasus-kasus aktif...seharusnya diisolasi dengan aman di rumah agar mereka takkan menularkan kepada siapa pun," ujarnya.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengaku "sedikit berdansa" ketika mengetahui kabar baik tersebut. Dalam konferensi pers, ia mengucapkan terima kasih kepada masyarakat.

"Meski kita berada di posisi lebih aman, lebih kuat, masih tidak ada jalan mudah untuk kembali ke kehidupan sebelum COVID-19. Tapi determinasi dan fokus yang kita miliki terhadap respons kesehatan kita akan dimasukkan ke dalam pembangunan perekonomian kembali," kata Ardern, seperti dikutip BBC.

"Walau pekerjaan belum berakhir, tak ada yang bisa mengelak ini adalah suatu tahapan perkembangan. Jadi, saya bisa mengakhirinya dengan ucapan yang sangat sederhana, 'Terima kasih, Selandia Baru'," tambahnya.

3. Hampir semua aturan pembatasan berakhir

17 Hari Tanpa Kasus, Selandia Baru Klaim Sebagai Negara Bebas COVID-19Penumpang tiba di Bandara Heathrow saat Inggris mengumumkan karantina selama 14 hari untuk kedatangan internasional untuk menekan penyebaran virus corona di London, Britain, pada 8 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tobuy Melville

Begitu Senin tengah malam, Pemerintah Selandia Baru mengubah status siaga empat ke siaga satu yang merupakan terendah. Dalam transisi ini, masyarakat tak lagi diwajibkan untuk melakukan jaga jarak fisik serta perkumpulan publik boleh kembali dilakukan tanpa batasan jumlah orang. Hanya saja, perbatasan masih ditutup bagi warga asing.

Ardern sendiri mengumumkan negaranya memberlakukan lockdown pada 25 Maret ketika kurva kasus COVID-19 menunjukkan tren menanjak. Pada level siaga empat, seluruh bisnis dan sekolah ditutup sementara. Warga juga diwajibkan tinggal di rumah. Penerbangan internasional pun mulai ditangguhkan.

Dalam lima minggu, yaitu pada akhir April dan memasuki awal Mei, jumlah kasus terus menurun. Level siaga diubah ke level tiga yang membuat restoran dan kafe boleh melayani pesanan dibawa pulang. Sejumlah usaha yang dianggap tidak mendasar pun diizinkan beroperasi lagi.

Pada Mei, kasus harian terus berada di bawah angka lima sehingga ada penurunan ke level siaga dua. Pemerintah berencana memasuki level satu pada 22 Juni. Tetapi, rencana itu terwujud lebih cepat dengan tidak adanya kasus baru selama lebih dari dua minggu terakhir.

Baca Juga: [UPDATE] Lebih dari 7 Juta Orang di Dunia Positif COVID-19

Topik:

  • Sunariyah
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya