Buruh Migran Perempuan Asal Indonesia di Singapura Belajar Coding

Agar tak kalah dengan millennials

Pekerjaan sebagai buruh migran, apalagi yang bekerja di sektor informal, di luar negeri kerap disepelekan banyak orang karena dinilai tak membutuhan kemampuan khusus. Pemerintah Indonesia sendiri tampaknya ingin mengubah persepsi ini melalui salah satu badan milik negara, yaitu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Bekraf membuat kursus coding untuk para buruh migran perempuan di Singapura.

Buruh Migran Perempuan Asal Indonesia di Singapura Belajar CodingCoding Mum via Mashable

Dengan nama Coding Mum, Bekraf mengajak para buruh migran perempuan asal Indonesia di Singapura untuk ikut serta belajar coding ketika hari libur tiba. Program tersebut berjalan selama dua bulan dengan tujuan membekali para perempuan -- yang rata-rata telah menjadi ibu -- dengan kemampuan yang relevan dengan perkembangan zaman mengingat saat ini internet dan teknologi sudah menjadi hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Baca Juga: Baru 12 Tahun, Gadis Ini Sudah Mahir Coding dan Mengajari Anak Lain. Kamu Iri Gak?

Kursus pemrograman ini banyak diminati.

Buruh Migran Perempuan Asal Indonesia di Singapura Belajar CodingCoding Mum via Mashable

Karena sangat terkenal, kursus coding tersebut juga digelar di Hong Kong. Lebih dari 160 buruh migran perempuan yang menjadi peserta baik dari Singapura maupun Hong Kong. Sementara itu, 10 buruh migran berhasil lulus dari program Coding Mum di Singapura.

Untuk memenuhi minat para buruh migran, Bekraf akan mengadakan 40 kursus coding lagi di Hong Kong pada minggu ini. Bahkan, kursus tersebut juga akan diselenggarakan Taiwan, Malaysia, dan Arab Saudi yang merupakan negara-negara tujuan buruh migran Indonesia.

Bekraf ingin agar ketika mereka kembali ke Indonesia bisa membuka bisnis sendiri.

Buruh Migran Perempuan Asal Indonesia di Singapura Belajar CodingBekraf

Karena bisnis berbasis internet telah merajalela, maka Bekraf ingin agar para buruh migran perempuan itu juga mengantongi keahlian yang membuat mereka bisa turut serta dalam pola bisnis tersebut. Selain untuk meningkatkan martabat mereka, dengan bisa coding harapannya mereka akan mendapat penghasilan tambahan.

Dikutip dari situs resmi Bekraf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, berkata:

Kegiatan ini merupakan bagian dari skenario besar Bekraf dalam mencapai sasaran strategis penyerapan tenaga kerja dari sektor industri ekonomi kreatif dengan jumlah hingga 17 juta di tahun 2019. Buruh migran wanita itu angkatan kerja yang sangat potensial.

Saya harapkan pelatihan ini semakin mempercepat efek bola salju pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dan pada akhirnya, Coding Mum dapat menjadi sebuah gerakan nasional yang mampu mengatasi permasalahan tingginya kebutuhan tenaga programmer di Indonesia.

Salah satu contoh nyata betapa kebutuhan programmer itu besar di Indonesia adalah ketika Go-Jek, salah startup besar Indonesia, menyatakan berencana untuk merekrut 100 teknisi, programmer, dan pakar data terbaik dari India untuk bisa memenuhi kebutuhan bisnis mereka yang berkembang pesat. Siapa tahu para perempuan ini menjadi Alamanda Santoso berikutnya?

Baca Juga: Alamanda Shantika Santoso: Tinggalkan Go-Jek Demi Bantu Anak Bangsa Lahirkan Startup!

Topik:

Berita Terkini Lainnya