Di Selandia Baru Siswa Laki-laki Boleh Pakai Rok, Kok Bisa?

Siswa perempuan juga boleh pakai celana

Pada umumnya di berbagai sekolah di dunia yang mengharuskan para siswa untuk mengenakan seragam aturan mainnya adalah siswa laki-laki wajib memakai celana, sedangkan siswa perempuan menggunakan rok. Namun, sekolah di Selandia Baru ini punya aturan yang bisa jadi adalah terobosan baru dalam dunia pendidikan.

Siswa laki-laki boleh memakai rok dan siswa perempuan bisa memakai celana.

Di Selandia Baru Siswa Laki-laki Boleh Pakai Rok, Kok Bisa?Heidi Hayward via The Guardian

Sebuah sekolah bernama Dunedin North Intermediate yang berlokasi di Selandia Baru melakukan sebuah revolusi terhadap peraturan tradisional tentang pemakaian seragam. Sejak 2016, para siswa di Dunedin North Intermediate, baik laki-laki maupun perempuan, dibebaskan untuk memilih bentuk seragam mereka.

Dikutip dari media lokal Otago Daily Times, kepala sekolah Dunedin North Intermediate, Heidi Hayward, meresmikan empat bentuk seragam yang bisa dipakai siswa-siswanya tanpa terikat jenis kelamin. Keempat seragam itu adalah celana pendek, celana panjang, kulot, dan rok.

"Kami tak berkata bahwa ada seragam untuk perempuan dan seragam untuk laki-laki. Selama para siswa memakainya secara keseluruhan, siswa bisa memakai bentuk seragam mana saja," tutur Hayward. Siswa Dunedin North Intermediate pun menyambut baik inisiatif tersebut.

Baca Juga: 10 Seragam Sekolah Terbaik di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Kebijakan tersebut diawali oleh protes siswa yang menganggap seragam sekolah itu menunjukan stereoype jender.

Di Selandia Baru Siswa Laki-laki Boleh Pakai Rok, Kok Bisa?Peter McIntosh/New Zealand Herald

Hayward mengaku bahwa ia memberlakukan kebijakan itu karena ada protes siswa perempuan yang meminta memakai seragam selain rok. "Tahun lalu beberapa siswa menantang saya. Mereka bertanya: 'Mengapa kami harus memakai rok? Anda bisa memakai celana, kenapa kami tidak?'"

Hayward pun menilai protes tersebut masuk akal sebab ia juga meyakini seragam sekolah selama ini menunjukan stereotype jender. "Jika kamu seorang siswa perempuan yang tak ingin memakai rok, kamu seharusnya punya sebuah pilihan lain. Itulah kenapa ide tentang celana muncul," ujarnya.

Meski para siswa sangat senang dengan kebijakan tersebut, Hayward mengaku orangtua lah yang masih ragu-ragu untuk menerimanya. "Anak-anak tak keberatan. Orangtua yang butuh waktu untuk memahami kebijakan ini. Mereka mengajukan banyak pertanyaan," tandas Hayward.

Baca Juga: Caleg Ini Dipermasalahkan karena Pernah Jadi Model Majalah Dewasa

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya