Di Balik Mahalnya Pakaian Bermerek, Ada Anak-anak Pengungsi Suriah yang Tereksploitasi

Investigasi BBC juga mengungkapkan mereka digaji rendah...

Pada tanggal 24 Oktober 2016 waktu Inggris, BBC Panorama menunjukkan hasil investigasi yang dilakukan di beberapa pabrik pakaian di Istanbul, Turki, yang menyuplai merek-merek internasional seperti Marks and Spencer, Asos, Zara, dan Mango.

Berdasarkan laporan wartawan BBC Panorama di lapangan, pabrik-pabrik tersebut memperkerjakan pengungsi Suriah dengan gaji rendah. Bahkan, BBC juga menemukan pengungsi anak-anak bekerja disana.

Pabrik penyuplai Marks and Spencer dan Asos mengeksploitasi pengungsi anak-anak.

Di Balik Mahalnya Pakaian Bermerek, Ada Anak-anak Pengungsi Suriah yang TereksploitasiChris McGrath/Getty Images via huffingtonpost.ca

Wartawan BBC Panorama sempat menyamar untuk bisa masuk ke dalam pabrik dengan kamera tersembunyi. Pemandangan yang mengejutkan pun terlihat dari video yang diunggah BBC pada Senin malam (24/10/2016) waktu Inggris. Beberapa anak-anak terlihat sedang mengerjakan pakaian untuk merek ternama Marks and Spencer dan online retailer Asos. Keduanya berasal dari Inggris.

Perwakilan Marks and Spencer sempat menyangkal bahwa ada pengungsi anak-anak yang bekerja di pabrik-pabrik mereka di Turki. Namun, BBC Panorama menemukan tujuh anak-anak asal Suriah di dalam pabrik mereka. Dari video tersebut pun terlihat beberapa anak bersiap duduk di depan mesin jahit.

BBC juga mendapati kenyataan bahwa mereka hanya dibayar kurang dari 15.000 rupiah per jam. Jumlah ini berada jauh di bawah upah minimum di Turki. Seorang anak berusia 15 tahun yang bekerja di pabrik itu juga mengaku harus menyetrika pakaian selama lebih dari 12 jam sehari sebelum dikirim ke Inggris.

Asos juga sempat mengelak tuduhan mengizinkan eksploitasi pengungsi anak-anak di pabrik penyuplai mereka di Istanbul. Kemudian kepada BBC mereka menyebut bahwa pabrik yang dikunjungi tim BBC Panorama tidak memperoleh persetujuan dari manajemen Asos di Inggris. 

Meski begitu, perwakilan Asos mengakui bahwa pakaian mereka diproduksi disana. Tidak lama kemudian, Asos menginspeksi pabrik itu dan menemukan 11 pengungsi dewasa dan tiga pengungsi anak-anak asal Suriah bekerja di lokasi tersebut.

Baca Juga: 20 Foto Anak yang Dipekerjakan Secara Ilegal Ini Akan Mengubah Caramu Memandang Hidup

Pengungsi Suriah juga bekerja di pabrik penyuplai Zara dan Mango di Istanbul dengan bayaran di bawah upah minimum.

Di Balik Mahalnya Pakaian Bermerek, Ada Anak-anak Pengungsi Suriah yang TereksploitasiJodi Hilton via dailymail.co.uk

BBC juga menemukan pengungsi Suriah bekerja 12 jam sehari di pabrik Mango dan Zara. Mereka bertugas mencuci pakaian denim sebelum dibawa ke gerai-gerai di berbagai lokasi. Perwakilan Mango berkata bahwa pabrik itu adalah subkontraktor yang tidak memperoleh izin mereka. Mango sendiri menyebut dari hasil investigasi internal tidak ditemukan pengungsi sama sekali.

Sedangkan Inditex, perusahaan yang menaungi merek Zara, berkata kepada BBC bahwa berdasarkan audit pada bulan Juni terdapat beberapa persoalan di satu pabrik. Inditex pun memberi kesempatan pabrik tersebut hingga bulan Desember untuk melakukan perbaikan kondisi.

Pengungsi menyadari mereka sedang dieksploitasi, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Di Balik Mahalnya Pakaian Bermerek, Ada Anak-anak Pengungsi Suriah yang Tereksploitasireuters.com

Reporter Darragh MacIntyre berkata para pengungsi Suriah itu mengeluhkan betapa rendah gaji yang mereka terima. Selain itu, kondisi tempat kerja juga buruk. Mereka sadar sedang dieksploitasi dan bekerja secara ilegal. Jika terjadi sesuatu, mereka tidak punya kontrak untuk mengajukan komplain.

Sayangnya, tidak ada yang mereka bisa perbuat karena mereka membutuhkan uang. Mereka pun rela bekerja tanpa masker pelindung wajah padahal sehari-hari terkena kontak bahan-bahan kimia berbahaya secara langsung.

BBC Panorama juga menilai manajemen pusat dari merek-merek tersebut sulit untuk mengontrol pabrik-pabrik penyuplai mereka. Tidak hanya di Turki, tapi juga di negara-negara lain. Untuk memenuhi tenggat waktu, pemilik pabrik bisa mengambil jalan pintas dengan memperkerjakan pengungsi karena bisa dibayar murah dan mau bekerja lebih dari waktu yang seharusnya.

Dari hasil investigasi ini diharapkan tidak hanya pemilik merek-merek busana yang lebih ketat dalam mengawasi semua lini produksi di negara-negara tempat mereka beroperasi. Masyarakat juga harus punya kesadaran ketika memilih sebuah merek, apakah mereka terlibat dalam praktek-praktek ilegal (dalam bentuk apapun) atau tidak.

Baca Juga: Kesehatan Anak-anak Ini Terancam Karena Bertani Tembakau Sejak Muda, Tegakah Kamu?

Topik:

Berita Terkini Lainnya