Dimakamkan Hari Ini, Wali Kota Seoul Jadi Sosok Kontroversial
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seoul, IDN Times - Jenazah Wali Kota Seoul Park Won-soon dimakamkan pada hari ini, Senin (13/7/2020), dengan dihadiri oleh keluarga, kerabat, rekan hingga para pendukungnya. Park, yang sebelum masuk ke dunia politik dikenal sebagai pengacara HAM dan aktivis hak-hak sipil, ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa pada Jumat 10 Juli 2020.
Seperti dilaporkan Yonhap, pemakaman Park diwarnai hujan deras pada pagi hari. Untuk menekan laju penularan COVID-19, pihak keluarga pun sepakat untuk mengadakan pemakaman secara virtual melalui online streaming, agar para pendukung Park tidak berkerumun di rumah duka.
Baca Juga: Wali Kota Seoul Ditemukan Meninggal Usai Dilaporkan Hilang
1. Park sempat dilaporkan hilang sebelum ditemukan tak bernyawa
Jenazah Park ditemukan oleh kepolisian Korea Selatan di Gunung Bukak, setelah beberapa jam sebelumnya dilaporkan menghilang. Polisi sendiri mulai mencari tahu keberadaan Park setelah anak perempuannya melaporkan, ayahnya menghilang pada pukul 17.17.
Penyebab kematian laki-laki 64 tahun tersebut masih belum diketahui dan menjadi subyek penyelidikan berikutnya. Menurut sang anak, "Park pergi dari rumah empat atau lima jam sebelumnya setelah meninggalkan beberapa kata seperti sebuah wasiat, dengan telepon genggamnya dalam kondisi mati".
2. Pencarian melibatkan ratusan petugas keamanan
Begitu laporan diterima polisi, ada lebih dari 770 aparat, truk pemadam kebakaran dan sebuah ambulans yang dikerahkan untuk mencari keberadaan Park. Mereka menelusuri sejumlah area di dekat tempat tinggalnya dan sekitar kawasan Kuil Gilangsa yang berlokasi di ibu kota Korea Selatan tersebut.
Ini lantaran polisi mendeteksi di situlah sinyal telepon genggamnya terakhir terlacak.
Editor’s picks
Pemerintah Metropolitan Seoul mengungkapkan, Park terakhir muncul di depan publik pada Rabu 8 Juli 2020. Kemudian, pada Kamis 9 Juli 2020, Park tidak masuk kantor karena mengaku sedang tidak enak badan.
Pemerintah Seoul juga mengatakan bahwa semua agenda dan jadwal pertemuan yang semestinya dihadiri Park pada hari itu terpaksa dibatalkan, karena "alasan-alasan yang tidak bisa dihindari".
3. Park dituding melakukan pelecehan seksual
Kematian Park memang ditangisi oleh ratusan pendukungnya, begitu juga sekitar 10 juta warga Seoul yang terkejut. Namun, sosoknya melahirkan kontroversi sebab sebelum ajal menjemput, Park sempat dituding melakukan pelecehan seksual.
Mantan sekretaris Park yang bekerja dengannya pada 2017, mengajukan gugatan resmi dua hari sebelum kematian politisi yang digadang-gadang sebagai pengganti Presiden Moon Jae-in itu.
Menurut gugatan yang diterima polisi, mantan sekretaris Park mengaku kerap menerima pesan-pesan lewat Telegram dari bosnya itu. Ia juga mengaku bahwa masih ada perempuan-perempuan lain yang menjadi korban pelecehan Park.
Terungkapnya informasi itu membuat adanya petisi online yang sudah ditandatangani oleh lebih dari 500.000 orang. Mereka meminta agar pemakaman Park tidak diselenggarakan layaknya seorang Wali Kota.
Beberapa bahkan memasukkan petisi resmi ke Pengadilan Administratif Seoul untuk mencegah kota itu mengadakan lima hari berkabung. Namun, pihak pengadilan memutuskan untuk menolak petisi itu dan pemakaman berlangsung sesuai tata cara yang berlaku.
Park terpilih sebagai Wali Kota Seoul pada 2011 dan telah menjabat selama tiga periode. Ini merupakan masa jabatan terakhirnya. Publik memilihnya untuk memimpin Seoul mengingat perjuangannya untuk mewujudkan kebijakan yang berpusat pada manusia dan kesetaraan, termasuk menekan harga rumah dan memperkuat program kesejahteraan bagi penduduk.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Wali Kota Seoul Ditemukan Tak Bernyawa