Dinilai Tak Mendidik, Tiongkok Larang Drama Sejarah dan Idol

Pemerintah komunis sensitif soal hiburan masyarakat

Beijing, IDN Times - Regulator penyiaran Tiongkok melarang penayangan sejumlah drama bergenre sejarah dan idol karena dianggap tidak mendidik. Pengumuman ini disampaikan kepada publik pada Kamis (1/7). 

Drama sejarah yang dilarang ada sebanyak lima judul. Kelimanya dianggap terlalu menonjolkan kemewahan dan keglamoran sehingga tidak pantas menjadi tontonan masyarakat. Sebelumnya, salah satu judul ternama yang turut dipersoalkan oleh pemerintah adalah Empresses in the Palace yang tayang di Netflix.

1. Pemerintah ingin televisi menayangkan konten patriotik

Dinilai Tak Mendidik, Tiongkok Larang Drama Sejarah dan IdolIMDb

Tiongkok semakin memperketat izin penyiaran drama-drama produksi negaranya yang dianggap "didorong oleh hiburan semata". Melalui pengumuman yang diperoleh Reuters, Komite Penyiaran Tiongkok meminta stasiun-stasiun televisi untuk lebih sering menayangkan konten-konten bermuatan pesan-pesan patriotik.

Apalagi negara tersebut akan merayakan ulang tahun ke-70 pada 1 Oktober mendatang sehingga memiliki keinginan untuk membangun suasana nasionalis yang lebih kuat. Drama-drama yang pemerintah nilai tidak mengandung muatan tersebut pun akhirnya dilarang tayang lagi.

Baca Juga: Tiongkok Klaim Mayoritas Warga Uighur di Kamp Kembali ke Masyarakat

2. Pemerintah mengeluarkan daftar program yang sebaiknya ditayangkan

Dinilai Tak Mendidik, Tiongkok Larang Drama Sejarah dan IdolANTARA FOTO/REUTERS/Evgenia Novozhenina

Regulator penyiaran Tiongkok pun memiliki daftar berisi 86 program yang sebaiknya ditayangkan oleh stasiun televisi di negara tersebut. Program-program yang dipilih itu fokus terhadap "beragam aspek sejarah berbeda yang menunjukkan perjuangan hebat dari bangsa Tiongkok ketika masyarakatnya berdiri serta menjadi lebih kaya dan kuat".

Tentu sudah bukan rahasia lagi bahwa pemerintah Tiongkok mengontrol mayoritas media dan distribusi informasi di sana. Penyensoran pun bertambah ketat setelah Xi Jinping menjadi presiden. Tingkatnya pun semakin tinggi pada tahun ini saat otoritas terkait menunda pemberian izin penayangan sedikitnya tiga film besar pada musim panas ini.

3. Sejumlah drama sudah jadi target sejak awal tahun

Dinilai Tak Mendidik, Tiongkok Larang Drama Sejarah dan Idolunsplash.com/Peiheng Yang

Sementara itu, menurut laporan South China Morning Post, pada Januari lalu pemerintah Tiongkok sudah bergerak untuk melarang penyiaran beberapa drama sejarah yang sangat populer di negara itu. Menurut pemerintah, drama-drama dengan judul seperti Ruyi's Royal Love in the Palace itu memberikan "pengaruh negatif kepada masyarakat".

Ini karena pemerintah melihat drama-drama tersebut sangat menonjolkan kemewahan serta bagaimana kebanyakan karakter di dalamnya merencanakan sesuatu untuk menjegal satu sama lain. Salah satu drama yang tak lagi bisa ditonton mayoritas publik Tiongkok digantikan oleh acara reality show atas persetujuan pemerintah.

4. Media Tiongkok mempublikasikan apa yang mereka sebut "dosa-dosa" dari drama-drama itu

Dinilai Tak Mendidik, Tiongkok Larang Drama Sejarah dan Idolunsplash.com/Zhang Kaiyv

Dalam sebuah pemberitaan yang dikutip South China Morning Post, majalah bernama Theory Weekly menuding drama-drama sejarah itu memiliki "dosa-dosa" yaitu mendorong penonton untuk mengejar gaya hidup glamor seperti monarki-monarki Tiongkok di masa lalu.

Padahal seharusnya tayangan-tayangan yang ada di televisi semestinya mengedepankan pesan soal "kebaikan hidup sederhana dan kerja keras". Pembuat drama-drama itu juga dituding lebih mementingkan keuntungan komersial dibandingkan memberi bimbingan spiritual kepada publik.

5. Media juga menyerang drama remaja dengan nada seksis

Dinilai Tak Mendidik, Tiongkok Larang Drama Sejarah dan Idolunsplash.com/Kirill Sharkovski

Pada 2018, kantor berita Xinhua mempublikasikan kolom yang isinya menyerang idol-idol pop Tiongkok setelah mereka tampil dalam sejumlah judul drama remaja. Menurut media tersebut, para idol mengembangkan generasi "laki-laki kemayu" dan menilai bahwa mereka seharusnya bersikap maskulin.

Ketika drama remaja jelas ditonton oleh anak-anak muda, survei yang dilakukan Yicai menemukan bahwa drama bergenre sejarah dengan cerita perempuan-perempuan yang jadi istri kedua atau ketiga seorang raja dinikmati oleh kaum hawa, termasuk ibu-ibu.

Baca Juga: Jadi Bahan Meme, Pemerintah Tiongkok Blokir Winnie The Pooh

Topik:

Berita Terkini Lainnya