Drone AS Bunuh 30 Petani Afghanistan yang Sedang Beristirahat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabul, IDN Times - Sebuah drone milik angkatan bersenjata Amerika Serikat membunuh setidaknya 30 petani yang sedang beristirahat usai bekerja di perkebunan pada Rabu malam (18/9). Informasi ini diungkap oleh tiga pejabat Afghanistan kepada Reuters.
Keesokan harinya, yaitu pada Kamis (19/9), Amerika Serikat mengonfirmasi kejadian ini dan mengaku bahwa target drone sejatinya adalah tempat persembunyian ISIS di Afghanistan.
Serangan salah sasaran tersebut terjadi di Provinsi Nangarhar yang berjarak kurang lebih 197 kilometer sebelah timur ibu kota Kabul. Selain korban tewas, drone itu juga membuat sekurang-kurangnya 40 warga sipil lainnya mengalami luka.
1. Militer Amerika Serikat belum mengakui soal jatuhnya korban
Meski pejabat Afghanistan sudah mengumumkan banyaknya korban tewas dan luka, tapi militer Amerika Serikat belum menyinggung perihal ini dalam pernyataan resmi mereka. Dilansir dari The Guardian, Kolonel Sonny Leggett, juru bicara koalisi pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan, menilai informasi itu belum pasti.
"Kami sadar atas adanya dugaan meninggalnya non-kombatan dan sedang bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk menetapkan fakta-faktanya," kata Leggett. Ada kurang lebih 14.000 tentara Amerika Serikat di Afghanistan yang bertugas melatih dan membimbing pasukan keamanan setempat, serta melakukan operasi serangan terhadap ISIS dan Taliban.
Baca Juga: Cerita Pencari Suaka Asal Afganistan yang Hidup Mengandalkan Bantuan
2. Para petani yang meninggal sedang bersantai ketika drone menyerang
Kepala suku setempat, Malik Rahat Gut, mengatakan dalam sambungan teleponnya dengan Reuters bahwa para petani "sedang menyalakan api unggun dan duduk bersama ketika drone menyerang mereka". Para korban merupakan petani kacang pinus di area pegunungan tersebut.
Kementerian Pertahanan Afghanistan juga membenarkan serangan telah terjadi, tapi menolak untuk memberitahu berapa jumlah korban yang tewas atau terluka. "Pemerintah sedang menyelidiki insiden tersebut. Sejauh ini, sembilan jenazah sudah dikumpulkan dari lokasi serangan," kata juru bicara Gubernur Nangarhar, Attaulah Khogyani.
3. Ada ratusan petani yang berada di lokasi tersebut
Editor’s picks
Menurut penuturan pemilik kebun, Haidar Khan, saat serangan terjadi ada 150 pekerjanya yang berada di sana. Beberapa di antaranya masih belum ditemukan. Lainnya sudah dikonfirmasi meninggal atau terluka.
Sementara seorang petani yang selamat, Juma Gul, berkata sekitar 200 pekerja sedang tidur di lima tenda berbeda dekat kebun ketika drone itu menyerang. "Beberapa di antara kami berhasil kabur, beberapa lainnya terluka, tapi banyak yang terbunuh," kata Juma.
4. Warga setempat marah dan menuntut ganti rugi
Insiden ini pun menimbulkan rasa marah di kalangan warga Provinsi Nangarhar. Mereka menuntut ada permintaan maaf dan kompensasi uang dari pemerintah Amerika Serikat sebagai pemilik dan pihak yang mengotorisasi serangan drone itu.
"Kesalahan-kesalahan seperti itu tak bisa dibenarkan. Pasukan Amerika seharusnya sadar [mereka] takkan pernah memenangkan peperangan dengan membunuh warga-warga sipil yang tak berdosa," ujar salah satu penduduk bernama Javed Mansur.
5. Ini bukan pertama kalinya drone Amerika Serikat salah sasaran dan mengakibatkan warga sipil meninggal
Salah serang dengan menggunakan drone ini sudah pernah terjadi di beberapa lokasi seperti di Pakistan dan Yaman. Akan tetapi, sangat sulit untuk mengetahui berapa korban meninggal secara pasti.
Misalnya, Columbia Human Rights Clinic menyebut ada 72 sampai 155 warga sipil Pakistan yang tewas akibat serangan drone Amerika Serikat pada 2011. Sedangkan New America Foundation mengatakan korban tewas dalam periode yang sama tiga sampai sembilan orang.
Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa perdebatan tentang etis atau tidaknya penggunaan drone dalam konflik sempat memanas. Menurut The Bureau of Investigative Journalism, hingga kini ada 6.786 serangan drone oleh Amerika Serikat yang menewaskan setidaknya 8.459 warga sipil di Pakistan, Yaman, Afghanistan dan Somalia.
Baca Juga: Anak Kecil Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri di Afganistan