Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independen

Partai Demokrat kalang kabut karena pengumuman ini

Washington DC, IDN Times - Nama Howard Schultz mungkin belum familiar di dunia, terutama bagi orang awam. Ia adalah mantan CEO jaringan gerai kopi raksasa Starbucks. Usai mengundurkan diri sebagai CEO dan anggota dewan direksi pada Juni 2018, spekulasi bahwa ia akan nyapres kian menguat.

Dalam wawancara dengan New York Times, Schultz saat itu berkata, "Aku berniat untuk memikirkan serangkaian pilihan, dan itu bisa termasuk pelayanan publik. Tapi aku masih jauh dari membuat keputusan apapun tentang masa depan." Pada Januari 2019, Schultz mengumumkan mencalonkan diri sebagai presiden dari jalur independen.

1. Schultz adalah miliarder Amerika Serikat yang mentransformasi Starbucks

Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independenunsplash.com/Kevin Laminto

Starbucks yang kini memiliki puluhan ribu gerai di lebih dari 28.000 lokasi di seluruh dunia memiliki sejarah sederhana. Gerai kopi pertama berdiri pada 1971 di Seattle, Amerika Serikat. Pendirinya adalah tiga orang: Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker. Dalam 15 tahun, ketiganya mengoperasikan enam toko di Seattle.

Pada 1987, Baldwin, Siegl dan Bowker menjual Starbucks kepada Schultz yang saat itu adalah mantan manajer mereka. Di bawah komando Schultz, Starbucks berkembang pesat. Ia sempat berhenti menjadi CEO pada 2000, tapi kembali lagi delapan tahun kemudian. Dilansir dari Forbes, per 2019, nilai kekayaan Schultz adalah USD 3,6 miliar.

Baca Juga: Dalam 24 Jam, Bernie Sanders Dapat Donasi Rp83 Miliar untuk Pilpres

2. Secara finansial, latar belakang keluarga Schultz tidak menonjol, bahkan bisa dikatakan miskin

Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independeninstagram.com/howard.schultz

Meski kini kaya raya, tapi Schultz berasal dari keluarga sederhana. Ia besar di perumahan bersubsidi di Brooklyn, New York. Dalam bukunya yang berjudul Pour Your Heart Into It: How Starbucks Built a Company One Cup at a Time, Schultz menceritakan ayahnya tak pernah lulus sekolah dan bekerja serabutan, termasuk jadi sopir truk serta buruh pabrik.

Selain Schultz, keluarga itu memiliki dua anak lagi. Saat wawancara dengan program 60 Minutes yang ditayangkan di stasiun televisi CBS, ia mengatakan ayahnya suka melakukan kekerasan secara fisik. Namun, Schultz tetap menilai ayahnya adalah orang jujur dan menjadi inspirasinya.

Kemiskinan yang dialami keluarganya pun menguatkan tekadnya. Ia sendiri tidak mengira akan menjadi bos yang akan menyediakan lapangan pekerjaan. "Aku tahu di dalam hati jika aku ada di posisi di mana aku bisa membuat perubahan, aku takkan meninggalkan orang-orang," tulisnya.

3. Sepanjang hidupnya, Schultz mendukung Partai Demokrat, termasuk pencalonan Barack Obama dan Hillary Clinton

Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independeninstagram.com/hillaryclinton

Sejak memimpin Starbucks, laki-laki berusia 65 tahun tersebut tak pernah menutupi pilihan politiknya. Ia dikenal sebagai pendukung loyal Partai Demokrat. Bahkan, ketika Pilpres 2016, Schultz secara terang-terangan menjadi suporter Hillary Clinton. 

"Saya kira sudah jelas bahwa Hillary Clinton harus menjadi presiden berikutnya," kata Schultz kepada reporter CNNMoney. Ini karena dirinya menilai Clinton punya "pengalaman hidup" dan "pengalaman profesional" yang ideal untuk memimpin Amerika Serikat.

Di periode sebelumnya, ia juga mendukung kandidat Partai Demokrat yaitu Barack Obama pada 2008 dan 2012. Uangnya pun hanya didonasikan kepada politisi-politisi partai tersebut, kecuali sekali waktu di akhir 1990-an kepada mendiang Senator John McCain yang berasal di Partai Republik.

4. Schultz mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis

Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independenunsplash.com/Arseny Togulev

Tak sedikit yang melabeli Schultz sebagai orang progresif. Ketika memimpin Starbucks, ia secara terbuka menyatakan dukungan kepada kelompok LGBT dan pernikahan sesama jenis. Dukungan tersebut pun melahirkan beberapa protes, tak terkecuali di Indonesia di mana seruan memboikot perusahaan pendukung LGBT viral di media sosial.

Pada 2018, ada lebih dari 8.000 gerai Starbucks yang sengaja ditutup dalam sehari. Dalam surat terbukanya kepada pelanggan, Schultz mengatakan ini supaya 175.000 karyawan bisa berpartisipasi dalam pelatihan bias rasial.

Langkah itu diambil Starbucks menyusul insiden pelaporan terhadap dua laki-laki berkulit hitam oleh karyawannya di Philadelphia. Menurut si karyawan, keduanya hanya duduk tanpa memesan apapun. Dalam video yang beredar luas, dua pria tersebut digiring keluar dengan borgol oleh polisi.

5. Pencalonan diri dari jalur independen membuat Demokrat ketar-ketir

Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independeninstagram.com/howard.schultz

Pada akhirnya, Schultz cukup mengejutkan berbagai pihak usai mengonfirmasi dirinya "secara serius memikirkan mencalonkan diri sebagai presiden". Pengumuman yang disampaikan ketika wawancara dengan program 60 Minutes itu pun mendapat respons dari Donald Trump.

Dalam cuitannya, Trump mengatakan Schultz "tak memiliki keberanian" untuk menjadi presiden. Respons lain datang dari Partai Demokrat maupun para pendukungnya. Ini karena Schultz menegaskan "akan mencalonkan diri sebagai independen tengah, di luar sistem dua partai".

Lebih lanjut, Schultz tak hanya mengkritik Republik, tapi juga Demokrat, dengan menyebut keduanya "secara konsisten tak melakukan apa yang penting untuk rakyat Amerika dan terlibat, setiap hari, di dalam politik balas dendam". Keputusan Schultz itu dikhawatirkan akan melukai kandidat manapun yang berasal dari Demokrat.

6. Banyak orang Amerika Serikat tak mengenal Schultz

Howard Schultz, Mantan CEO Starbucks yang Jadi Capres Independeninstagram.com/howard.schultz

Salah satu orang yang bersuara keras menentang pencalonan lewat jalur independen itu adalah pengusaha Warren Buffet. Ia sendiri mendukung kandidat dari Demokrat, Mike Bloomberg.

"Jika dia mencalonkan diri sebagai independen, saya pikir dia akan mengambil suara dari siapapun kandidat Demokrat, termasuk Bloomberg kalau dia juga nyapres. Jadi, saya kira itu akan jadi sebuah kesalahan nyata baginya," kata Buffet seperti dikutip dari CNBC.

Kandidat Demokrat, Julián Castro, juga mengkhawatirkan yang sama. Dalam wawancara dengan CNN, Castro mengatakan,"Aku khawatir kalau dia nyapres, itu secara esensial, akan membuat Donald Trump punya harapan besar untuk terpilih kembali."

Walau begitu, menurut survei INSIDER terhadap 1.093 responden, lebih dari separuh mengaku "sama sekali tak familiar" dengan nama Schultz. Sebanyak 20,6 persen mengatakan "tak terlalu familiar". Hanya 10,3 persen yang berkata "sangat" familiar. Dengan kata lain, bila tetap ingin menjadi capres independen, Schultz punya pekerjaan rumah yang sangat berat.

Baca Juga: Ini Anggota Kongres Termuda dalam Sejarah Amerika Serikat

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya