Kampus di Hong Kong Tak Aman, Mahasiswa Tiongkok Pilih Pulang Kampung

Mereka mengaku jadi target diskriminasi di Hong Kong

Hong Kong, IDN Times - Kampus di Hong Kong kembali memanas pada Kamis (14/11). Ratusan mahasiswa mengorganisir diri untuk membentuk barikade di area kampus, membuat bom molotov, mengumpulkan batu bata serta mengumpulkan berbagai makanan dan minuman untuk bersiap menghadapi pasukan polisi anti-huru-hara.

Berbagai universitas, mulai dari Chinese University of Hong Kong (CHKU) sampai Hong Kong Baptist University (HKBU) pun menghentikan seluruh kegiatan belajar setelah sehari sebelumnya polisi masuk ke wilayah kampus dan bertikai dengan demonstran. Situasi ini menjadi dilema tersendiri bagi para mahasiswa asal Tiongkok daratan.

1. Mereka meninggalkan Hong Kong untuk kembali ke kota asal

Kampus di Hong Kong Tak Aman, Mahasiswa Tiongkok Pilih Pulang KampungSeorang mahasiswa berlari dari polisi anti-huru-hara di Chinese University of Hong Kong, di Hong Kong, pada 12 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Puluhan anak-anak muda yang berniat belajar di Hong Kong pun memilih kembali ke tempat asal mereka, salah satunya Shenzhen, karena khawatir dengan keamanan. Apalagi sentimen terhadap Tiongkok semakin memburuk. 

"Benar-benar sudah tidak aman lagi dan saya tak melihat situasinya membaik," ujar salah satu mahasiswa kepada Reuters. Akibatnya, mereka juga tidak tahu kapan bisa kembali lagi ke Hong Kong untuk menyelesaikan pendidikan.

2. Ada yang mengaku diskriminasi terhadap mereka meningkat

Kampus di Hong Kong Tak Aman, Mahasiswa Tiongkok Pilih Pulang KampungSeorang pengunjuk rasa membawa payung saat mahasiswa berhadapan dengan polisi huru-hara di Chinese University of Hong Kong, Hong Kong, pada 12 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Beredarnya video di media sosial, yang dikabarkan memperlihatkan seorang mahasiswa asal Tiongkok daratan sedang digebuk oleh pengunjuk rasa di Hong Kong University of Science and Technology pun, tidak membantu mengurangi rasa takut. Sebaliknya, yang lain mengaku diskriminasi terhadap mereka semakin meningkat.

"Diskriminasi terhadap orang dari Tiongkok daratan tambah buruk," kata seorang mahasiswa pascasarjana yang baru tiba di Shenzhen kepada Reuters. "Mereka sangat berprasangka terhadap kami yang berasal dari Tiongkok daratan dan ini takkan berubah. Jadi mengapa harus kembali ke sana?"

Baca Juga: Kampus di Hong Kong Jadi Pusat Bentrokan Polisi dan Demonstran

3. Shenzhen menjadi tempat mereka ditampung sementara

Kampus di Hong Kong Tak Aman, Mahasiswa Tiongkok Pilih Pulang KampungPolisi huru-hara saling berhadapan dengan mahasiswa di Chinese University of Hong Kong, Hong Kong, pada 12 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Shenzhen, kota yang berlokasi di seberang Hong Kong, menerima aliran mahasiswa dari Tiongkok daratan untuk sementara waktu. Sejumlah komunitas dan organisasi anak muda pun mengaku ada lebih dari 300-an permintaan untuk penampungan usai mereka membantu para mahasiswa yang baru keluar dari Hong Kong.

Misalnya, komunitas anak muda Shenzhen yang dijalankan Liga Komunis Anak Muda. Komunitas ini menyiapkan akomodasi gratis bagi mahasiswa yang memerlukan. Begitu juga dengan asosiasi pelajar dari Peking University yang menggratiskan tempat tinggal maksimal selama seminggu.

4. Aparat menyebut kampus jadi "pabrik" pembuatan senjata untuk melawan otoritas

Kampus di Hong Kong Tak Aman, Mahasiswa Tiongkok Pilih Pulang KampungSeorang pria dipukuli oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah saat protes di Central, Hong Kong, pada 14 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha

Sementara itu, kepolisian mengatakan, alasan awal mereka menyerbu kampus karena dugaan para perusuh bersembunyi di sana. Ini menambah rumit situasi yang sebelumnya sudah panas karena kematian seorang mahasiswa yang jatuh dari garasi kendaraan pada Jumat (8/11).

Ia disebut sebagai korban pertama yang tewas akibat tindakan polisi ketika berniat membubarkan massa. Mahasiswa Hong Kong pun menolak masuknya polisi ke dalam tempat mereka belajar dan mulai menyusun strategi untuk melawan, termasuk dengan mengubah kampus menjadi benteng.

Salah seorang pejabat kepolisian, John Tse, mengatakan CUHK digunakan sebagai "pabrik" untuk membuat persenjataan untuk menyerang aparat. "Para perusuh sudah melangkah satu kali lebih dekat dengan terorisme," tudingnya, seperti dilansir dari The New York Times.

5. Mahasiswa mengaku hanya melindungi diri dari serangan polisi

Kampus di Hong Kong Tak Aman, Mahasiswa Tiongkok Pilih Pulang KampungPolisi huru-hara menahan seorang pengunjuk rasa saat mereka berhadapan dengan mahasiswa di Chinese University of Hong Kong, Hong Kong, pada 12 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Seperti yang diperlihatkan oleh Vice News dalam rangkaian Instagram Stories mereka langsung dari Hong Kong Polytechnic University, para mahasiswa yang seluruhnya memakai penutup wajah tidak berhenti mempersiapkan diri. Mereka seakan siaga untuk berperang. Bahkan, beberapa berlatih melempar bom molotov dengan ketapel besar di kawasan kampus.

Ketua serikat mahasiswa CUHK, Jacky So, mengatakan kepada AP bahwa dirinya telah mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk melarang polisi masuk ke kampus tanpa surat izin maupun persetujuan universitas. Mahasiswa lainnya menegaskan apa yang mereka lakukan hanya respons dari sikap kepolisian. 

Ia menuturkan,"Kami takut polisi akan datang untuk menyerang rumah dan sekolah kami, dan kami harus melindungi rumah dan sekolah kami."

Baca Juga: Dari Penembakan Sampai Pembakaran Diri, Demo Hong Kong Kian Rusuh

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya