Mahasiswa Hindu India Tetap Tolak Profesor Sansekerta Beragama Islam

Sansekerta dianggap bahasa eksklusif umat Hindu

New Delhi, IDN Times - Sekelompok mahasiswa jurusan Bahasa Sansekerta di Banaras Hindu University, India, masih memprotes penunjukkan Firoze Khan sebagai asisten profesor karena ia beragama Islam.

Mereka sendiri tergabung dalam sebuah organisasi mahasiswa Hindu sayap kanan yang menganggap Khan tak layak mengajar di sana.

Salah satu bentuk protes mereka adalah memboikot kelas dan melakukan aksi duduk sejak 7 November. Seperti dilaporkan Times of India, meski mereka mengakhiri aksi tersebut pada Jumat (22/11), tetapi tetap melanjutkan penolakan sampai pihak kampus memenuhi tuntutan.

1. Mereka memberi waktu sampai 10 hari bagi universitas untuk berhentikan Dr. Khan

Mahasiswa Hindu India Tetap Tolak Profesor Sansekerta Beragama IslamSekelompok mahasiswa di Banaras Hindu University, India, menggelar aksi dukungan kepada Dr. Firoze Khan, seorang profesor Bahasa Sansekerta, yang diprotes karena tidak beragama Hindu. NDTV

Sesuai rencana awal, aksi duduk diam itu berlangsung selama 16 hari. Walau sudah selesai, tapi manajemen kampus menolak untuk memenuhi tuntutan mereka agar memberhentikan Khan dari jurusan tersebut.

Akhirnya, pemimpin kelompok bernama Chakrapani Ojha mengatakan bahwa mereka memberi tenggat waktu 10 hari kepada universitas.

Jika tidak, Ojha menjanjikan gelombang protes lebih besar. "Kami sudah mengakhiri dharna (aksi duduk diam yang menjadi bagian dari tradisi protes di India), tapi agitasi kami masih terus berlanjut sampai masalah ini selesai," kata dia.

"Pihak administrasi universitas meminta waktu 10 hari untuk memberikan jawaban. Kami akan memulai agitasi lebih intens jika mereka gagal melakukannya."

Sansekerta sendiri menjadi bahasa klasik agama Hindu, seperti Latin dalam agama Kristen.

2. Kelompok mahasiswa itu mempertanyakan proses dipilihnya Khan

Mahasiswa Hindu India Tetap Tolak Profesor Sansekerta Beragama IslamSeorang perempuan Muslim berjilbab berjalan melewati polisi yang sedang melakukan pawai bendera di jalan di luar Masjid Jama, sebelum putusan Mahkamah Agung tentang sengketa tempat relijius yang diklaim oleh umat Hindu dan Muslim di Ayodhya, kota tua Delhi, India, pada 9 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Walau aksi duduk yang dilakukan di depan kantor dan kediaman Wakil Rektor BHU itu berakhir, media setempat melaporkan bahwa mereka tetap tidak mau masuk kelas.

Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh manajemen kampus, di antaranya terkait proses seleksi Khan dan mengapa ia yang dipilih menjabat sebagai asisten profesor jurusan Bahasa Sansekerta.

Sementara itu, sekelompok mahasiswa BHU lainnya turun ke jalan untuk menunjukkan dukungan kepada Khan. Sejak diangkat pada 5 November, ia sama sekali belum bisa mengajar. Bahkan, dikutip dari The Guardian, Khan dilaporkan pulang kampung tapi ternyata keluarganya mengaku sama sekali tidak tahu soal keberadaannya.

Baca Juga: Ditolak Mengajar karena Muslim, Profesor Sansekerta India Hilang

3. Kampus mengatakan Khan paling memenuhi persyaratan

Mahasiswa Hindu India Tetap Tolak Profesor Sansekerta Beragama IslamSeorang pria Muslim mengendarai skuter saat polisi melakukan pawai bendera di luar Masjid Jama, sebelum putusan Mahkamah Agung tentang sengketa tempat relijius yang diklaim oleh umat Hindu dan Muslim di Ayodhya, di kota tua Delhi, India, pada 9 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Universitas tempat Khan mengajar pun sempat menegaskan tidak akan tunduk kepada tuntutan mereka yang menolaknya. Dalam sebuah pernyataan, kampus menyatakan pemilihan Khan sudah tidak bisa diganggu gugat dan merupakan bagian dari "pemberian kesempatan setara kepada setiap orang tanpa peduli agama, kasta, komunitas atau jenis kelamin" mereka.

Salah satu anggota panel yang menyeleksi Khan, Profesor Radhavallabh Tripathi, mengatakan berkali-kali bahwa dirinya dipilih karena paling memenuhi persyaratan.

"Dia sudah berlatih 'pathshala padhyati' yang merupakan cara tradisional dalam mengajar Sansekerta," kata Tripathi kepada NDTV.

"Penolakan itu karena ada kepentingan tersembunyi dan tidak seharusnya diperbolehkan terjadi," tambahnya. Vikas Singh, mahasiswa PhD Ilmu Politik, menuturkan kepada Indian Express bahwa para penolak Khan tidak mewakili mahasiswa BHU, terutama karena jumlah mereka sedikit.

"Sebuah pesan yang salah telah keluar bahwa semua pelajar di BHU menolak Firoze Khan. 10 sampai 20 mahasiswa tidak mewakili BHU dan ini yang ingin kami katakan kepada orang-orang."

Baca Juga: 36 Siswi India Dianiaya Usai Protes Soal Pelecehan Seksual

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya