Miris, PBB Sebut Perempuan Korut Alami Malnutrisi dan Pemerkosaan

Ada yang berhenti menstruasi karena kekurangan gizi

Jenewa, IDN Times - Panel hak asasi manusia di PBB mengingatkan bahwa para perempuan Korea Utara sengaja tidak diberi kesempatan untuk mengakses pendidikan dan lapangan pekerjaan. Komite PBB Untuk Eliminasi Diskriminasi Terhadap Perempuan (UN CEDAW) juga menyebutkan bahwa mereka menjadi subyek kekerasan, pemerkosaan dan malnutrisi. Kondisi terburuk dialami oleh para perempuan yang berusaha kabur dari Korea Utara.

PBB mengingatkan jangan sampai masalah tersebut dianggap wajar oleh publik.

Miris, PBB Sebut Perempuan Korut Alami Malnutrisi dan Pemerkosaan ANTARA FOTO/KCNA via REUTERS

Sebagai negara yang paling tertutup di dunia, sudah bukan rahasia lagi jika penegakan hak asasi manusia di Korea Utara sangat buruk. Publik pun merasa itu menjadi sesuatu yang wajar. UN CEDAW pun menyuarakan keprihatinan bahwa sangat sedikit kesadaran publik tentang isu tersebut.

Para korban pun kesulitan mendapatkan bantuan hukum atau dukungan psiko-sosial karena pemerintah pun tidak melihat persoalan ini sebagai urusan mendesak. Perempuan Korea Utara pun tidak punya representasi yang cukup di berbagai lini, termasuk di level manajerial.

Laporan UN CEDAW juga mengungkap bahwa pelaku pemerkosaan terhadap perempuan dan anak-anak Korea Utara seringkali tidak memperoleh hukuman setimpal, bahkan tak jarang juga mereka bebas dari hukuman. Pemerintah Korea Utara meringankan hukuman bagi mereka yang tadinya penjara empat tahun menjadi hanya tiga tahun.

Sementara itu, nasib yang tak kalah menyedihkan juga menimpa para perempuan yang diperdagangkan ke luar negeri dan kembali ke Korea Utara. Mereka dilaporkan dikirim ke penjara dengan tuduhan melintasi perbatasan secara ilegal. 

Baca Juga: Diperkenalkan Kim Jong-un, Inilah Perempuan Paling Berpengaruh di Korut

Sanksi ekonomi terhadap Korea Utara juga sangat berdampak kepada perempuan.

Miris, PBB Sebut Perempuan Korut Alami Malnutrisi dan Pemerkosaan ANTARA FOTO/KCNA via REUTERS

Duta Besar Korea Utara, Han Tae Song, berkata kepada UN CEDAW bahwa pihaknya telah berupaya untuk menegakkan hak perempuan dan kesetaraan gender. Hanya saja, menurut mereka, sanksi ekonomi yang diberikan oleh negara-negara besar karena program nuklir dan rudal Korea Utara memakan korban yakni perempuan dan anak-anak.

Mereka menyebutkan bahwa perempuan Korea Utara menderita malnutrisi tingkat tinggi di mana 28 persen di antaranya tengah hamil atau menyusui. 

"Sanksi terhadap kemanusiaan yang memblokir bantuan medis dan obat-obatan untuk ibu hamil dan anak-anak dan kebutuhan sehari-hari termasuk sepeda anak-anak mengancam perlindungan dan peningkatan hak perempuan dan bahkan hak anak-anak," ujar Han, seperti dikutip dari Reuters.

Laporan UN CEDAW juga cukup mengonfirmasi pengakuan seorang perempuan yang merupakan mantan tentara Korea Utara. Seperti dilaporkan BBC, perempuan bernama Lee So Yeon menceritakan pengalaman pribadinya saat masih di angkatan bersenjata terbesar keempat di dunia itu pada sepuluh tahun lalu.

Ia mengatakan bahwa para tentara perempuan menghadapi kehidupan sulit di barak. "Matras yang kami tiduri terbuat dari bulir padi. Jadi bau tubuh kami meresap ke matras. Itu tak terbuat dari katun. Karena bulir padi, semua odor dari keringat kami dan bau-bau lain ada di situ. Sungguh tak enak," ucapnya.

Mereka pun tak bisa mandi dengan baik dan tak ada air panas yang tentu menyiksa saat musim dingin. Lee juga menambahkan bahwa malnutrisi yang mereka alami sangat parah. Ia berkata, "Setelah enam bulan hingga setahun menjalani wajib militer, kami tak lagi mengalami menstruasi karena malnutrisi dan lingkungan yang sangat menyiksa."

Baca juga: 2 Juta Orang Diprediksi Akan Tewas Akibat Nuklir Korea Utara

Topik:

Berita Terkini Lainnya