Presiden Kolombia Sumbangkan Rp 12 Miliar Hadiah Nobel Perdamaian ke Korban Konflik

Konflik terjadi selama lebih dari 50 tahun

Hari Jumat lalu (7/10/2016) Komite Nobel Perdamaian di Norwegia mengumumkan untuk menganugerahkan Nobel Perdamaian tahun 2016 kepada Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos. 

Keputusan tersebut didasarkan pada kinerja Presiden Santos untuk mengusahakan perdamaian antara milisi Kolombia dan kelompok pemberontak FARC.

Presiden Kolombia Sumbangkan Rp 12 Miliar Hadiah Nobel Perdamaian ke Korban KonflikDesmond Boylan/Associated Press via nytimes.com

Negosiasi terjadi selama empat tahun oleh Presiden Santos dengan FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia) di Havana, Kuba. Sayangnya, hasil referendum pada tanggal 3 Oktober 2016 yang diikuti masyarakat Kolombia menunjukkan sebesar 50,2% menolak perdamaian, sehingga perjanjian tidak bisa diterapkan.

Dilansir The Guardian, Komite Nobel Perdamaian di Oslo menyebutkan bahwa tujuan Nobel Perdamaian adalah untuk mengajarkan masyarakat akan sesuatu, dalam hal ini adalah kerja keras Presiden Santos untuk menghentikan permusuhan dan konflik dengan FARC.

Menurut Ketua Komite Nobel, meski gagal, namun upaya Presiden Santos mampu melahirkan harapan bahwa perdamaian adalah hal yang bisa diusahakan.

Baca Juga: PrayForHaiti: Korban Tewas Badai Matthew Kini Sudah Mencapai 339 Orang

Presiden Santos memutuskan untuk mendonasikan hadiah Nobel Perdamaian kepada korban konflik.

Presiden Kolombia Sumbangkan Rp 12 Miliar Hadiah Nobel Perdamaian ke Korban KonflikAssociated Press via washingtontimes.com

Dikutip dari BBC Indonesia, sebagai pemenang Nobel, Presiden berusia 65 tahun ini berhak atas uang senilai Rp 12 miliar. Dia memutuskan untuk mendonasikan semua uang tersebut kepada korban konflik yang terjadi selama lebih dari setengah dekade antara militer Kolombia dengan FARC.

Hal ini disampaikan Presiden Santos pada hari Minggu (9/10/2016) saat berkunjung ke kota Bojaya, sebuah kawasan dimana banyak orang terbunuh akibat konflik antara kedua faksi. Pada tahun 2002, pemboman oleh FARC terjadi di sebuah gereja di Bojaya yang membunuh 119 orang. Presiden Santos berkata bahwa ia mendedikasikan penghargaan tersebut kepada seluruh korban konflik. 

Selama 52 tahun, konflik antara pemberontak sayap kiri dan milisi sayap kanan Kolombia telah memakan korban 260.000 korban tewas dan lebih dari enam juta orang menjadi pengungsi.

Banyak pemimpin dunia berharap perundingan damai akan terus berlanjut meski sekarang mendapat penolakan.

Presiden Kolombia Sumbangkan Rp 12 Miliar Hadiah Nobel Perdamaian ke Korban KonflikAssociated Press via standard.co.uk

The Guardian melaporkan bahwa ulai dari Sekjen PBB Ban Ki-moon, Menlu AS John Kerry, Presiden AS Barrack Obama, hingga Paus Francis memuji kegigihan Presiden Santos dan FARC atas terjadinya negosiasi damai.  Pujian juga datang karena Presiden Santos berhasil melibatkan pejabat senior dari militer Kolombia ke dalam negosiasi.

Petinggi-petinggi FARC pun menyebutkan ini adalah sinyal positif bahwa Presiden Santos benar-benar menginginkan perdamaian. Ini adalah hal yang diinginkan FARC sejak dulu dan baru terwujud setelah Presiden Santos menyetujuinya. Banyak pihak berharap Kolombia tidak akan menyerah untuk terus melakukan negosiasi dan mengakhiri konflik yang telah memakan banyak korban tersebut.

Baca Juga: Relawan Suriah Ini Menangis Setelah Berhasil Menyelamatkan Seorang Bayi dari Reruntuhan

Topik:

Berita Terkini Lainnya