Pujian WHO kepada Tiongkok di Tengah Tudingan Sikap Tidak Netral

WHO galau dalam menyebut COVID-19 sebagai pandemik

Jenewa, IDN Times - Badan kesehatan dunia (WHO) memuji Tiongkok dalam merespons wabah virus corona baru atau COVID-19. "Di hadapan virus yang sebelumnya tidak diketahui, Tiongkok memberlakukan barangkali usaha pengurungan penyakit yang paling ambisius, gesit dan agresif dalam sejarah," tulis WHO dalam laporan yang diunggah di situs resminya.

Pujian tersebut disampaikan di tengah tudingan bahwa pengaruh Tiongkok sangat besar terhadap WHO sehingga memengaruhi penilaian lembaga tersebut di tengah penyebaran virus kini menewaskan lebih dari 3.000 orang. Tudingan itu muncul terutama setelah Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berkunjung ke Beijing untuk bertemu Presiden Xi Jinping pada 28 Januari lalu.

1. WHO menilai Tiongkok fokus pada pencegahan dan penyebaran lebih lanjut saat wabah mulai melanda

Pujian WHO kepada Tiongkok di Tengah Tudingan Sikap Tidak NetralWarga memakai masker pelindung berjalan di samping pagar pelindung di daerah pemukiman di Wuhan, pusat terjadinya penularan wabah virus corona baru, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 28 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Laporan WHO yang baru dipublikasikan dibuat berdasarkan kunjungan Misi Gabungan berisi para pakar dari sejumlah negara ke Tiongkok selama sembilan hari sejak 16 sampai 24 Februari. Observasi WHO dibagi ke dalam tiga fase. Menurut WHO, pada fase pertama ketika wabah mulai terjadi, "strategi utama Tiongkok fokus pada pencegahan ekspor kasus dari Wuhan dan sejumlah area prioritas lain di Provinsi Hubei".

Tiongkok juga dikatakan berusaha "mencegah impor kasus dari provinsi lain dengan tujuan keseluruhan untuk mengontrol sumber infeksi, menghalangi transmisi dan mencegah penyebaran lebih lanjut". Data WHO menunjukkan laporan kasus COVID-19 di Wuhan meroket dari 10 sampai 22 Januari. Pada 23 hingga 27 Januari, kasusnya memuncak, lalu pelan-pelan menurun hingga meningkat lagi pada 1 Februari.

2. Tiongkok masih mengadakan berbagai agenda publik pada fase awal

Pujian WHO kepada Tiongkok di Tengah Tudingan Sikap Tidak NetralWisatawan memakai masker pelindung saat berjalan di wilayah Venesia, saat negara tersebut berjuang melawan virus corona di Venesia, Italia, pada 27 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Manuel Silvestri

COVID-19 di Wuhan sendiri dilaporkan pertama kali terjadi pada akhir tahun 2019. Melalui tes, satu orang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 pada minggu pertama Januari dan tiga lainnya di minggu berikutnya. Pada 12 Januari, ada satu pasien meninggal yang termasuk dalam 41 kasus yang dilaporkan. Seminggu kemudian, tiga meninggal dan jumlah kasus meningkat menjadi 201.

Antara 5 sampai 20 Januari, pemerintah Wuhan masih menyelenggarakan makan bersama untuk merayakan Tahun Baru dan dihadiri oleh 40.000 keluarga. Pemerintah juga melangsungkan pertemuan Kongres Rakyat ke-14 serta Konferensi Komite Konsultatif Politik Partai Komunis. Pemeriksaan kesehatan penumpang baru dilakukan pada 14 Januari, sedangkan penutupan Wuhan diberlakukan pada 23 Januari.

Baca Juga: Gubernur BI: Tiongkok Sudah Lewati Puncak Dampak Kasus Virus Corona

3. Menurut WHO, masyarakat Tiongkok menghadapi wabah dengan "keberanian dan keyakinan"

Pujian WHO kepada Tiongkok di Tengah Tudingan Sikap Tidak NetralWarga dengan masker pelindung akibat mewabahnya virus corona, berada di depan cincin Olimpiade Raksasa di area tepi laut Taman Marina Odaiba, Tokyo, Jepang, Kamis (27/2/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha

Pada fase kedua dan ketiga, WHO menyebut Tiongkok bagus dalam melakukan karantina penyakit, pemeriksaan suhu badan hingga penguatan layanan kesehatan bagi yang harus dirawat secara medis. Selain itu, Tiongkok juga memuji warga Tiongkok yang pada fase ketiga disebut menerima langkah-langkah pengurungan oleh pemerintah.

"Di level individual, warga Tiongkok bereaksi dengan keberanian dan keyakinan terhadap wabah ini. Mereka menerima dan mengikuti langkah-langkah pengurungan paling parah -- entah penundaan acara publik, imbauan 'tinggal di rumah' selama sebulan atau pelarangan bepergian," tulis WHO.

"Sepanjang kunjungan intensif selama sembilan hari di berbagai penjuru Tiongkok, dalam diskusi buka-bukaan dari penggerak tingkat komunitas dan penyedia layanan kesehatan di garis depan sampai ilmuwan top, Gubernur dan Wali Kota, Misi Gabungan terkejut dengan ketulusan dan dedikasi yang masing-masing berikan untuk merespons COVID-19."

Baca Juga: Khawatir Ancaman Virus Corona, Avril Lavigne Batalkan Konser di Asia 

4. Kematian Li Wenliang dan penyensoran di media sosial oleh pemerintah menunjukkan kondisi berbeda

Pujian WHO kepada Tiongkok di Tengah Tudingan Sikap Tidak NetralSeorang pekerja komunitas memeriksa suhu badan seorang pria saat polisi memeriksa dokumennya di pos pemeriksaan yang dibuat di jalur masuk ke jalan di Wuhan, pusat terjadinya penularan virus corona baru, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 20 Februari 2020. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

WHO sendiri tidak menyinggung upaya pemerintah Tiongkok dalam membungkam kebebasan berekspresi warga. Contoh paling kentara adalah kematian Li Wenliang pada 7 Februari. Li adalah satu dari delapan dokter yang mengungkap tentang adanya virus corona baru pada 30 Desember 2019

Otoritas Tiongkok justru menudingnya menyebarkan hoaks sampai memaksanya menandatangani surat berisi pengakuan bahwa ia telah memberikan pernyataan keliru. Ironisnya, laki-laki yang belum genap berusia 34 tahun itu malah terinfeksi COVID-19 hingga tak bisa diselamatkan.

Kematian Li membuat publik semakin menyoroti sikap represif Beijing terhadap kritik. Salah satunya menyatakan kepada The New York Times ada ratusan orang yang membangkang dengan membuat arsip berisi foto, video, dan informasi virus corona yang diunggah warganet, kemudian dihapus pemerintah.

“Kami tak tahu apa informasi dan kapan otoritas akan menyensornya, jadi kami berusaha lebih cepat dari mereka,” ujar seorang warga dalam kondisi anonim karena alasan keamanan. Video amatir yang mereka simpan di Github, misalnya, memperlihatkan warga frustrasi karena kotanya ditutup. Video lain menunjukkan warga berdesak-desakan di dalam rumah sakit.

5. WHO galau untuk menentukan apakah COVID-19 adalah pandemik

Pujian WHO kepada Tiongkok di Tengah Tudingan Sikap Tidak NetralUmat Katolik Filipina memakai masker pelindung menghadiri misa pada Rabu Abu di tengah kekhawatiran akan virus corona baru, di National Shrine of Our Mother of Perpetual Help, Paranaque City, Metro Manila, Filipina, pada 26 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez

Walau WHO mengakui dalam laporannya bahwa COVID-19 "adalah patogen yang sangat menular dan harus dipertimbangkan mampu menyebabkan dampak besar terhadap kesehatan, ekonomi dan sosial" serta "harus diasumsikan bahwa populasi dunia rentan terhadap virus itu", tapi lembaga tersebut masih gamang dalam bersikap.

WHO memuji "kembalinya konektivitas penuh Tiongkok dengan dunia" dan "produktivitas penuh serta hasil ekonomi" dari negara tersebut yang dianggap "vital untuk Tiongkok dan dunia". WHO pun menolak mengumumkan situasi saat ini sebagai pandemik. Juru bicara WHO mengatakan pihaknya tak lagi memakai istilah pandemik, tapi para petingginya belum yakin apakah wabah ini sudah masuk kriteria pandemik.

"Keputusan kami soal apakah menggunakan kata 'pandemik' untuk mendeskripsikan sebuah epidemok berdasarkan asesmen yang berlangsung dari penyebaran virus secara geografis, tingkat keparahan penyakit yang disebabkan dan dampaknya kepada masyarakat," kata Tedros, dikutip Fortune.

"Apakah virus ini punya potensi pandemik? Tentu saja. Apakah kita sudah ada di situasi itu? Dari asesmen kami, belum," tambahnya. Sebelumnya, WHO sempat menunda mengeluarkan status darurat kesehatan global. Seminggu setelahnya, Tedros mengubah keputusan tersebut dengan menyebut wabah kali ini sudah masuk ke dalam status darurat.

Terakhir kali WHO mendeklarasikan pandemik global adalah saat wabah H1N1 pada 2009. Waktu itu, ada hampir 30.000 orang di 74 negara yang hampir terinfeksi. Sedangkan dalam dua bulan, COVID-19 menewaskan lebih dari 3.000 orang, mayoritas di Tiongkok, dan menginfeksi hampir 90.000 orang di lebih dari 28 negara.

Baca Juga: Virus Corona: Apa Itu Virus? Ini Asal Muasal dan Cara Terbentuknya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya