Rusia dan Amerika Serikat Tolak Pelarangan Robot Pembunuh

Tesla dan Alphabet justru menyatakan sebaliknya.

Jenewa, IDN Times - Perwakilan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Rusia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menolak pelarangan terhadap pengembangan dan penggunaan robot pembunuh. Dalam rapat di markas PBB di Jenewa pada Sabtu lalu (1/9), mayoritas negara sepakat untuk mengatur robot pembunuh dikategorikan sebagai sistem persenjataan otonom mematikan (LAWS).

1. Sikap AS dan Rusia itu menghentikan PBB dalam membuat keputusan

Rusia dan Amerika Serikat Tolak Pelarangan Robot Pembunuhstopkillerrobots.org

Sebagian besar negara anggota PBB sebenarnya sepakat bahwa perjanjian internasional mengenai robot pembunuh adalah hal yang sangat penting. Namun, PBB menganut sistem konsensus dalam membuat sebuah resolusi.

Akibatnya, ketika AS dan Rusia menyatakan tidak setuju dengan usulan itu, PBB tidak bisa menuruti suara mayoritas anggota. Dikutip dari The Independent, negara-negara anggota PBB pun akhirnya harus puas dengan terus melanjutkan eksplorasi "pilihan-pilihan demi pekerjaan di masa depan".

Baca Juga: Bawa Serpihan Drone, Netanyahu Mengaku Siap Lawan Iran

2. Masih banyak negara belum sepakat mengenai definisi senjata otonom yang mematikan

Rusia dan Amerika Serikat Tolak Pelarangan Robot Pembunuhstopkillerrobots.org

Sekjen PBB, Antonio Guterres menyatakan dukungan terhadap adanya perjanjian yang mengikat dan berisi aturan terkait robot pembunuh. Menurutnya, semakin banyak pihak yang setuju bahwa "setidaknya pengawasan manusia terhadap penggunaan senjata itu penting". 

PBB meluncurkan agenda tentang pelucutan senjata pada 24 Mei 2018. Di dalamnya, PBB mengakui bahwa para "pakar robot, pengusaha teknologi, pekerja kemanusiaan, masyarakat sipil dan pemerintah menyuarakan kekhawatiran mengenai implikasi yang mungkin terjadi akibat dari pengembangan sistem senjata otonom yang mematikan". 

Meski demikian, belum ada kesepakatan antara berbagai aktor pembuat keputusan mengenai definisi sistem senjata otonom yang mematikan. Dengan perkembangan terbaru di mana dua negara Dewan Keamanan PBB menolak kemajuan dalam pembahasan robot pembunuh, maka bisa diprediksi masalah definisi ini juga akan lama untuk diselesaikan.

Baca Juga: Bukan Sekadar Mobil Listrik, Inilah 4 Sisi Lain Tesla

3. Tesla dan Alphabet adalah dua perusahaan teknologi yang sepakat tentang pelarangan robot pembunuh

Rusia dan Amerika Serikat Tolak Pelarangan Robot Pembunuhstopkillerrobots.org

Selain pemerintah, aktor non-negara seperti para petinggi perusahaan teknologi Amerika menunjukkan dukungan agar PBB melarang penggunaan robot pembunuh. Dilansir dari The Guardian, pada 2017 lalu Elon Musk dari Tesla dan Mustafa Suleyman dari Alphabet menjadi dua dari 114 pionir di bidang kecerdasan artifisial yang mengirimkan surat terbuka kepada PBB.

Mereka merupakan pakar-pakar teknologi dari 26 negara dan menilai bahwa sistem senjata otonom tanpa pengawasan manusia dalam proses penggunaannya adalah benda berbahaya. Menurut mereka, pengembangan dan pemanfaatan senjata otonom seperti "membuka kotak pandora".

"Begitu dikembangkan, senjata otonom mematikan itu akan memungkinkan konflik bersenjata dilakukan dalam skala lebih besar dari yang pernah ada, dan dalam jangka waktu lebih cepat dari yang manusia bisa bayangkan. Ini bisa jadi senjata teror, senjata yang digunakan oleh diktator dan teroris terhadap warga tak berdosa, dan senjata yang bisa diretas agar berperilaku dengan cara-cara tak baik," tulis mereka.

Bagaimana menurut kalian, guys?

Baca Juga: Benarkah Robot Akan Gantikan Manusia di Masa Depan? Ini 6 Prediksinya!

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya