Relawan Suriah Ini Menangis Setelah Berhasil Menyelamatkan Seorang Bayi dari Reruntuhan

"Dia seperti putriku sendiri"

Video tersebut diunggah oleh Syrian Civil Defense pada Jumat malam (30/9/2016) dan beredar di beberapa media sosial sebelum para jurnalis memberitakannya. Dalam video tersebut sukarelawan bernama Abu-Khifah menangis sambil menggendong seorang bayi bernama Hamida.

Hamida adalah bayi yang baru saja Abu-Khifah dan timnya selamatkan dari reruntuhan di kota Idlib, Suriah Utara, hari Kamis lalu (29/9/2016) setelah terjadi serangan oleh pemerintah Bashar al-Assad. Abu-Khifah memperkirakan bayi itu baru berusia 30 hari. Selain menyelamatkan Hamida, Abu-Khifah dan tim juga menyelamatkan ibu serta kakaknya.

"Saat pertama aku melihatnya, aku merasa dia seperti putriku sendiri", ujar Abu-Khifah sambil tersedu-sedu. Ia pun mengaku merasa sakit seakan-akan putrinya sendiri yang menjadi korban meski pria berusia 29 tahun itu tidak memiliki anak.

Abu-Khifah dan empat orang temannya adalah sukarelawan dari organisasi Syrian Civil Defense. Mereka menghabiskan waktu dua jam tanpa lelah untuk menyelamatkan Hamida dan keluarganya sebab rumah yang mereka huni ambruk terkena serangan udara pemerintah Suriah.

Syrian Civil Defense juga mendapat julukan White Helmets. Reporter CNN International yang berada di tempat kejadian melaporkan bahwa White Helmets adalah orang-orang pertama yang selalu datang ke lokasi ketika peristiwa seperti itu terjadi.

Baca Juga: Foto Balita Ini Akan Mengingatkanmu Setiap Hari Banyak Korban Jatuh di Suriah

White Helmets masuk daftar calon penerima penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2016 atas dedikasi mereka selama lima tahun terakhir sejak pecahnya konflik Suriah.

Relawan Suriah Ini Menangis Setelah Berhasil Menyelamatkan Seorang Bayi dari Reruntuhanyourgeorgiacountry.com

Orang-orang seperti Abu-Khifah dan teman-temannya di White Helmets sudah terkenal sebagai tim sukarelawan yang selalu bertindak cepat di lapangan. Tahun ini mereka adalah kandidat kuat penerima Nobel Perdamaian, terutama setelah beredarnya video Abu-Khifah.

Selama ini khalayak luas mungkin tidak banyak mengetahui apa yang dirasakan oleh sukarelawan perang seperti White Helmets ketika mereka berusaha menyelamatkan korban dan akhirnya berhasil melakukannya. Sukarelawan perang dituntut untuk menjadi pribadi-pribadi yang tangguh.

Tapi, dari video tersebut kita bisa tahu betapa menyakitannya melihat langsung korban tidak berdosa, terutama anak-anak, berjatuhan akibat pemerintah yang semena-mena. Para sukarelawan yang tergabung di White Helmets adalah pahlawan tanpa lagu puja-puji sebagai tanda terima kasih atas keberanian dan ketulusan yang mereka berikan kepada pekerjaan mereka.

Selama seminggu terakhir ada 338 korban meninggal dan 100 diantaranya adalah anak-anak. Penyebabnya adalah eskalasi serangan oleh pemerintah Suriah dan Rusia.

Relawan Suriah Ini Menangis Setelah Berhasil Menyelamatkan Seorang Bayi dari Reruntuhanedition.cnn.com

Serangan di Idlib adalah bagian dari kampanye militer pemerintah Suriah untuk menyerang kelompok-kelompok pemberontak. Selain di Idlib, serangan yang paling gencar dilakukan pemerintah Bashar al-Assad selama seminggu terakhir terjadi di Aleppo, Suriah Timur.

Dikutip dari New York Times, dalam seminggu ini World Health Organization mencatat ada 338 korban meninggal akibat dibombardir oleh pemerintah Suriah dan Rusia. 100 diantaranya adalah anak-anak.
Konflik di Suriah sudah memasuki tahun kelima tanpa adanya tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat. Ribuan korban jiwa berjatuhan, jutaan lainnya harus menjadi pengungsi untuk menyelamatkan diri dari pemerintah mereka sendiri.

PBB, terutama Dewan Keamanan, punya tanggungjawab untuk melakukan invervensi kemanusiaan ketika konflik di suatu negara sudah berada di level genting seperti yang terjadi di Suriah. Pada 2005, PBB mengadopsi Responsibility to Protect sebagai bentuk tanggungjawab dan komitmen sebagai anggota komunitas internasional yang wajib ikut menjaga perdamaian dunia.

Berbicara di depan Majelis Umum PBB pada 28 September 2016 lalu, Presiden Doctors Without Borders, salah satu organisasi non-pemerintah yang cukup aktif di Suriah menyebut kegagalan PBB untuk menjalankan kewajiban mereka melakukan intervensi kemanusiaan di Suriah adalah karena tidak adanya keinginan politik dari negara-negara anggota PBB.

Baca Juga: Kisah Imigran Suriah di Kanada Ini Membuatmu Yakin Masih Ada Kebaikan dalam Diri Manusia

Topik:

Berita Terkini Lainnya