Wapres Amerika Serikat dan Eks Direktur FBI Perang Opini di Media

Pemilu Amerika Serikat tengah memanas

Washington DC, IDN Times - Wakil Presiden Mike Pence dan mantan Direktur FBI James Comey saling adu opini di media massa. Keduanya sama-sama menggunakan momentum pemilu yang berlangsung Selasa waktu setempat (6/11) untuk mempengaruhi masyarakat Amerika Serikat yang sedang terpolarisasi.

1. Comey menilai Donald Trump sebagai pembohong dan rasis

Wapres Amerika Serikat dan Eks Direktur FBI Perang Opini di Mediainstagram.com/comey

Dalam opini yang ia tulis dan dimuat di New York Times tepat pada hari pemilu, Comey dengan gamblang menyebut nama Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang sengaja memecah belah bangsa. 

Ia pun menggunakan beberapa contoh untuk mendukung pendapatnya itu, misalnya soal memisahkan anak-anak imigran dari orangtua mereka di perbatasan dan protes kelompok supremasi kulit putih di Charlottesville yang sangat rasis, bahkan menghasilkan korban jiwa.

"Aku merasa si raksasa yang menyetir. Kesadaran muncul dengan pelan, tapi sedang terjadi. Obor dan kematian di Charlottesville. Anak-anak di kurungan di perbatasan. Kebohongan, misogini, rasisme dan serangan terhadap penegakan hukum dari presiden," tulisnya.

"Hal-hal ini mengganggu si raksasa. Memang butuh waktu, tapi warga Amerika Serikat sedang mengendalikan. Mereka selalu mengendalikan. Dan ketika mereka bangun, demam akan menyebar dengan cepat," lanjutnya, merujuk pada gelombang aksi dari berbagai kalangan untuk mengajak masyarakat menggunakan hak pilih.

Baca Juga: 5 Hal yang Perlu Kamu Tahu Soal Pemilu Amerika Serikat

2. Pence mencoba meyakinkan masyarakat bahwa kondisi saat ini lebih baik dari empat tahun lalu

Wapres Amerika Serikat dan Eks Direktur FBI Perang Opini di MediaInstagram.com/vp

Sementara itu, USA Today mempublikasikan tulisan Pence di hari yang sama. Isi dari opininya pun sangat kontras dengan apa yang disampaikan oleh Comey. Misalnya, Pence menyebut bahwa kondisi ekonomi di Amerika Serikat dalam dua tahun masa pemerintahannya dan Trump mengalami kemajuan berarti.

"Hari-hari terakhir kampanye Pilpres 1980 dibingkai dengan pertanyaan sederhana: 'Apakah kamu merasa lebih baik dibandingkan empat tahun lalu?' Jawabannya adalah 'tidak' yang tegas. Presiden Donald Trump bisa bertanya hal yang sama saat ini, dan jawabannya adalah 'ya' yang meyakinkan," tulisnya dalam paragraf pembuka.

Selain menyebut "ada hampir 4,5 juta lapangan pekerjaan tercipta" dan "tingkat pengangguran menjadi yang terendah dalam 49 tahun terakhir", Pence juga menulis "kelas menengah tak pernah setinggi ini". 

Ia melanjutkan, "Setelah 10 tahun, Amerika kembali menjadi ekonomi paling kompetitif. Perbaikan ini adalah hasil dari kebijakan yang baik dan kepemimpinan Partai Republik yang kuat di Gedung Putih dan Kongres."

3. Perang opini berlanjut dengan masing-masing mengimbau warga agar memilih

Wapres Amerika Serikat dan Eks Direktur FBI Perang Opini di MediaPixabay

Comey meyakinkan warga bahwa mereka tidak seharusnya putus asa atau berpuas diri dengan situasi sekarang. Ia ingin mereka memilih nilai-nilai yang mempersatukan. "Setiap warga Amerika Serikat harus berbicara soal nilai bangsa kita. Setiap warga Amerika Serikat harus memilih nilai-nilai itu yang jauh lebih penting dari perbedaan kebijakan paling besar sekalipun."

Sedangkan Pence juga tak kalah berusaha dari Comey. Ia tak menginginkan Kongres yang kini dikuasai Partai Republik harus diserahkan kepada Partai Demokrat. "Negara ini tak boleh membiarkan Partai Demokrat mengambil kontrol Washington. Kondisi baik ini terjadi di kotak suara pada November 2016, tapi kemajuan bisa juga berakhir di kotak suara pada November 2018."

Baca Juga: Demi Raih Suara, Trump 'Mainkan' Isu Imigrasi

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya