Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bulan (pexels.com/Bruno Scramgnon)
ilustrasi bulan (pexels.com/Bruno Scramgnon)

Intinya sih...

  • Roscosmos menempatkan pembangkit sebagai tulang punggung misi Bulan

  • Amerika Serikat dan China ikut masuk perlombaan energi Bulan

  • Tantangan teknis dan potensi sumber daya Bulan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Rusia tengah menyiapkan rencana pembangunan pembangkit listrik berbasis nuklir di permukaan Bulan dalam kurun sepuluh tahun ke depan. Fasilitas ini disiapkan untuk menopang program eksplorasi Bulan Rusia sekaligus mendukung stasiun riset bersama China. Di saat bersamaan, persaingan global untuk memperluas kehadiran di satelit alami Bumi kian menguat.

Badan antariksa Rusia, Roscosmos, menyatakan target penyelesaian proyek tersebut dipatok pada 2036. Untuk merealisasikannya, Roscosmos telah menandatangani kerja sama dengan perusahaan dirgantara Lavochkin Association. Walau tak secara eksplisit menyebut kata nuklir, keterlibatan Rosatom dan Institut Kurchatov menunjukkan arah teknologi yang digunakan.

Keberadaan manusia maupun robot di Bulan menuntut pasokan energi yang stabil dalam jangka panjang. Energi surya dinilai belum mencukupi karena malam Bulan berlangsung hingga dua pekan dengan suhu ekstrem dan debu abrasif. Dalam skema basis permanen yang beroperasi tanpa henti, tenaga nuklir saat ini dipandang sebagai satu-satunya pilihan yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

1. Roscosmos menempatkan pembangkit sebagai tulang punggung misi Bulan

ilustrasi berangkat ke bulan (pexels.com/Pixabay)

Roscosmos menjelaskan bahwa fasilitas ini akan menjadi sumber daya utama bagi seluruh aktivitas Rusia di Bulan. Pasokan listrik tersebut mencakup pengoperasian penjelajah, teleskop observasi, hingga infrastruktur Stasiun Penelitian Bulan Internasional (ILRS) yang digarap bersama China.

Pernyataan resmi Roscosmos menegaskan arti strategis proyek tersebut bagi arah eksplorasi jangka panjang Rusia di Bulan.

“Proyek ini merupakan langkah penting menuju penciptaan stasiun ilmiah bulan yang berfungsi secara permanen dan transisi dari misi satu kali ke program eksplorasi bulan jangka panjang,” kata Roscosmos, dikutip dari CNA.

Keberadaan fasilitas nuklir juga mencerminkan komitmen kehadiran dalam jangka panjang. Komitmen itu membawa dampak pada posisi Rusia dalam perumusan aturan serta standar politik antariksa global.

Pada Juni lalu, kepala Roscosmos Dmitry Bakanov menyebut pembangunan pembangkit nuklir di Bulan sebagai prioritas utama lembaganya. Dalam kesempatan yang sama, ia turut menyinggung rencana eksplorasi lanjutan ke Venus. Penetapan tenggat satu dekade dimaksudkan untuk menekankan urgensi, kapasitas teknis, dan konsistensi strategi.

Di tengah tekanan yang membayangi program antariksa sipil Rusia, narasi tersebut mengalihkan sorotan publik ke visi pembangunan infrastruktur masa depan. Fokus ini menempatkan Bulan sebagai simbol keberlanjutan ambisi teknologi Rusia.

Penguasaan teknologi pembangkitan daya menjadi fondasi utama bagi rencana pemukiman di Bulan. Jika hambatan tersebut teratasi, peluang seperti hunian permanen, pengolahan sumber daya lokal, riset ilmiah skala besar, dan sistem logistik berkelanjutan dapat diwujudkan.

2. Amerika Serikat dan China ikut masuk perlombaan energi Bulan

ilustrasi mendarat di bulan (pexels.com/Pixabay)

Rusia tak berjalan sendiri dalam ambisi tersebut. Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) juga mengumumkan rencana menempatkan reaktor nuklir di Bulan. Targetnya dipasang paling lambat kuartal pertama tahun fiskal 2030.

Pejabat AS menilai pasokan energi sebagai syarat utama keberhasilan basis Bulan.

“Kita sedang dalam perlombaan ke bulan, dalam perlombaan dengan China ke bulan. Dan untuk memiliki basis di bulan, kita memerlukan energi,” ujar Menteri Transportasi AS Sean Duffy.

Ia menyebut ketersediaan energi sebagai prasyarat keberlangsungan hidup di Bulan. Fondasi energi tersebut juga dipandang penting bagi misi manusia ke Mars di masa depan.

Aturan internasional secara tegas melarang penempatan senjata nuklir di luar angkasa. Namun, penggunaan sumber energi nuklir diperbolehkan selama seluruh prosedur keselamatan dipenuhi.

Walau bersifat sipil, pemanfaatan nuklir di ruang angkasa tetap memicu sensitivitas politik tinggi. Isu keselamatan peluncuran, risiko kecelakaan, pencemaran radioaktif, dan transparansi informasi menjadi sorotan tanpa adanya kerangka aturan global yang jelas.

3. Tantangan teknis dan potensi sumber daya Bulan

ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)

Dilansir dari Caspian Post, dari sisi rekayasa, pembangunan reaktor nuklir di Bulan dinilai memungkinkan. Namun, toleransi terhadap kesalahan nyaris tak ada karena perangkat harus ringkas, memiliki sistem pengaman pasif, serta perlindungan radiasi memadai.

Keberhasilan proyek sangat bergantung pada kesiapan roket pengangkut, presisi pendaratan, kemampuan robot permukaan, dan kesinambungan pendanaan. Oleh karena itu, target satu dekade lebih sering dipandang sebagai sasaran ambisius.

Sejumlah pakar antariksa memperkirakan potensi lonjakan aktivitas ekonomi di Bulan. NASA menaksir terdapat sekitar satu juta ton Helium-3, isotop helium yang sangat langka di Bumi, di lapisan regolit Bulan.

Selain itu, Bulan juga diyakini kaya logam tanah jarang yang dibutuhkan industri teknologi modern. Temuan riset perusahaan Boeing menyebut keberadaan skandium, yttrium, serta kelompok 15 unsur lantanida di permukaan Bulan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team