Rusia Akan Rampungkan Pembangunan PLTN di Bulan pada 2036

- Roscosmos akan merampungkan pembangunan PLTN di bulan pada 2036.
- Amerika Serikat juga ingin membangun PLTN di bulan.
- Rusia ingin menyaingi Amerika Serikat dalam hal eksplorasi ruang angkasa.
Jakarta, IDN Times - Rusia dikabarkan akan merampungkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Bulan pada 2036. PLTN ini dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi proyek ruang angkasa dan stasiun penelitian milik Rusia dan China yang ada di Bulan.
Proyek ambisius ini akan digarap oleh perusahaan antariksa Rusia bernama Roscosmos. Menurut pernyataan resmi Roscosmos yang disampaikan pada pekan ini, mereka akan bekerja sama dengan perusahaan dirgantara besar Rusia bernama Lavochkin Association untuk menyelesaikan pembangunan PLTN pada 2036.
"Proyek ini merupakan langkah penting menuju terciptanya stasiun Bulan ilmiah yang berfungsi secara permanen dan transisi dari misi satu waktu ke program eksplorasi Bulan jangka panjang," kata Roscosmos.
1. Roscosmos tidak menyebut secara eksplisit akan membangun PLTN di bulan

Roscosmos sebetulnya tidak menyebut secara eksplisit bahwa pembangkit listrik yang bakal dibangun Rusia di Bulan akan ditenagai nuklir. Namun, kabar pembangunan PLTN ini mencuat karena Roscosmos juga menggandeng Rosatom dan Kurchatov Institute untuk menyukseskan proyek ini.
Rosatom merupakan perusahaan nuklir ternama Rusia, sedangkan Kurchatov Institute merupakan pusat penelitian nuklir Rusia. Kehadiran dua institusi ini menjadi sinyal kuat bahwa Rusia benar-benar akan menyelesaikan pembangunan PLTN di Bulan pada 2036 mendatang.
Anggapan ini juga dipertegas oleh pernyataan bos Roscosmos pada Juni 2025 lalu. Saat itu, ia mengatakan tujuan perusahaannya didirikan adalah memang untuk membangun PLTN di Bulan dan untuk menjelajahi Planet Venus.
2. Amerika Serikat juga ingin membangun PLTN di bulan

Negara yang berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan sebetulnya bukan hanya Rusia. Pada Agustus 2025 lalu, Amerika Serikat melalui NASA juga berencana membangun reaktor nuklir di Bulan pada 2030.
Menurut keterangan para pejabat AS, reaktor nuklir ini dibangun untuk menyaingi kekuatan antariksa China. Sebab, kekuatan antariksa China sedang mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir.
"Kita sedang berlomba dengan China untuk menuju Bulan. Untuk memiliki pangkalan di bulan, kita membutuhkan energi," kata Menteri Transportasi AS, Sean Duffy, pada Agustus 2025 lalu menanggapi rencana pembangunan reaktor nuklir di Bulan pada 2030 dilansir Reuters.
3. Rusia ingin menyaingi Amerika Serikat dalam hal eksplorasi ruang angkasa

Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan ini ditengarai merupakan upaya Rusia untuk menyaingi Amerika Serikat dalam hal eksplorasi ruang angkasa. Mereka disebut ingin kembali jadi kekuatan antariksa terbesar di dunia.
Apalagi, Rusia juga sedang mengalami kemunduran dalam hal eksplorasi ruang angkasa selama beberapa tahun terakhir. Kemunduran terbesar eksplorasi ruang angkasa yang dilakukan Rusia terjadi pada 2023 lalu.
Saat itu, pesawat ruang angkasa nirawak milik Rusia bernama Luna-25 jatuh ketika mencoba mendarat di Bulan. Ini menjadi hal yang memalukan bagi sejarah antariksa Rusia, mengingat negara tersebut pernah berhasil mendaratkan astronot mereka, Yuri Gagarin, di Bulan pada 1961 silam.
Ketertarikan negara-negara di dunia terhadap Bulan, seperti yang terlihat pada Rusia dan Amerika Serikat memang sedang meningkat. Negara-negara tersebut saling berlomba untuk menjelajahi Bulan dalam beberapa tahun terakhir. Sebab, menurut NASA, Bulan diduga menyimpan banyak sumberdaya yang dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi energi di masa depan.


















