Banjir Libya Renggut Ribuan Nyawa, Warga Kecewa Bakar Rumah Wali Kota

Pemerintah dinilai gagal menghadapi krisis

Jakarta, IDN Times - Ratusan orang di Kota Derna, Libya melakukan aksi unjuk rasa pada Senin (18/9/2023). Aksi ini dilakukan untuk melampiaskan kemarahan mereka terhadap pihak berwenang dan menuntut pertanggungjawaban karena banjir selama seminggu telah menewaskan ribuan warga dan menghancurkan seluruh lingkungan.

Pada malam harinya, para pengunjuk rasa yang marah membakar rumah Abdulmenam al-Ghaithi, Wali Kota Derna yang menjabat ketika banjir terjadi. Hichem Abu Chkiouat, selaku menteri di pemerintahan Libya timur, mengatakan Ghaithi telah diberhentikan dari jabatannya sebagai wali kota.

Baca Juga: Sepekan Usai Dilanda Banjir, Bantuan Mulai Datang ke Libya

1. Pemerintah berusaha mengalihkan kesalahan mereka

Melansir The Guardian, jumlah korban tewas hingga saat ini belum bisa dipastikan jumlahnya. Para pejabat memberikan angka kematian yang bervariasi. Bulan Sabit Merah Libya mengatakan setidaknya 11.300 orang tewas dan lebih dari 10 ribu orang hilang. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengonfirmasi ada 3.922 kematian akibat bencana banjir ini.

Pekan lalu, Aguila Saleh selaku kepala parlemen Libya berusaha mengalihkan kesalahan dari pihak berwenang, dengan menggambarkan banjir tersebut sebagai bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saleh juga mengatakan masyarakat seharusnya fokus pada apa yang bisa mereka lakukan dan bukannya menyalahkan pemerintah.

Namun, para pengamat malah menyebut Kota Derna dari dulu memang memiliki kerentanan terhadap bencana banjir dan pemerintah seharusnya menggunakan bendungan sebagai upaya untuk melindungi kota.

Baca Juga: Libya Diminta Setop Penguburan Massal Korban Banjir

2. Aksi unjuk rasa menjadi tanda pemerintah gagal menghadapi krisis

Mansour, seorang mahasiswa yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa ini, mengatakan bahwa dia menginginkan adanya investigasi segera atas runtuhnya bendungan sehingga membuat masyarakat kehilangan orang-orang yang mereka cintai.

Melansir Reuters, pengunjuk rasa lainnya, Taha Miftah, mengatakan bahwa demonstrasi tersebut merupakan pesan bahwa pemerintah telah gagal mengelola krisis dan parlemen adalah pihak yang harus disalahkan. Miftah juga menyerukan penyelidikan internasional atas bencana banjir ini dan rekonstruksi di bawah pengawasan internasional.

3. Perdana menteri telah menghentikan semua anggota dewan Kota Derna

Aksi unjuk rasa pada Senin (18/9/2023) menandai demonstrasi besar pertama sejak banjir, yang melanda Derna ketika dua bendungan di perbukitan luar kota jebol akibat badai yang kuat dan melepaskan air bah yang dahsyat. Para pengunjuk rasa juga membidik para pejabat ketika melakukan demonstrasi di luar masjid Sahaba. Beberapa orang duduk di atap di depan kubah emas, yang merupakan landmark kota Derna, dikutip dari The Canberra Times.

Pemerintah di Libya timur mengatakan bahwa Perdana Menteri Usama Hamad telah memberhentikan semua anggota dewan kota Derna dan menyerahkan mereka untuk diselidiki.

Baca Juga: Ratusan Mayat Korban Banjir Libya Terdampar di Pantai

Sanggar Sukma Photo Verified Writer Sanggar Sukma

Mahasiswi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya