Selain AS, negara-negara Uni Eropa juga berencana meluncurkan paket sanksi baru bagi Rusia. Namun, pembicaraan mengenai sanksi baru ini berjalan panas akibat munculnya perdebatan menganai pemblokiran terhadap impor batu bara dari Rusia.
Wacana pemblokiran terhadap impor batu bara dari Rusia ini menjadi perdebatan, dikarenakan ada beberapa negara Uni Eropa yang sumber energinya yang masih bergantung dari impor batubara Rusia, seperti Jerman, dan Italia.
Jerman, yang 55 persen gasnya berasal dari Rusia, khawatir akan terjadi peningkatan penagguran dan kenaikan harga BBM jika menyetop impor dari Rusia. Jerman dan Italia sebelumnya telah menolak untuk membayar impor Rusia dengan rubel.
Namun, Berlin kemudian menawarkan solusi yang memungkinkannya membayar gas dalam euro, yang kemudian akan diubah menjadi rubel oleh Gazprombank Rusia.
Belarus juga menolak untuk menyetop impor batu bara dari Rusia dan menyatakan bahwa negaranya akan tetap melakukan pembayaran impor dengan menggunakan rubel.
Paket sanksi dari Uni Eropa ini direncanakan meliputi pemblokiran 4 bank asal Rusia dari sistem perbankan internasional, SWIFT.
Selain itu, Belanda sebagai negara eropa dengan pelabuhan terbesarnya di Kota Rotterdam juga menyetujui pelarangan kapal Rusia untuk berlabuh.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, juga mengajukan agar perusahaan transportasi Rusia dan Belarus dilarang masuk ke Uni Eropa. Dalam hal perdagangan, komisi mengajukan pelarangan bagi negara-negara Uni Eropa mengekspor barang-barang teknologi tinggi ke Rusia, seperti komputer kuantum dan juga semikonduktor.
Rusia juga dilarang mengimpor produk-produk seperti, kayu, semen, makanan laut, dan alkohol yang diperkirakan bernilai 5,5 miliar euro ke Rusia setiap tahun.