AS Sentil Rusia: Ini Bukan Perlombaan Siapa Duluan Temukan Vaksin 

Rusia klaim sudah temukan vaksin COVID-19

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar menyentil Rusia soal klaim mereka sebagai negara pertama di dunia yang telah menemukan vaksin COVID-19. Menurut Azar, ini bukan perlombaan siapa yang lebih dulu menemukan vaksin untuk mencegah penyebaran virus corona yang semakin meluas. 

"Yang paling penting kita bisa memberikan keselamatan, vaksin yang manjur dan datanya disampaikan secara transparan ke publik. Ini bukan perlombaan untuk menjadi negara yang pertama (temukan vaksin COVID-19)," ungkap Azar dalam keterangan pers virtual di tengah akhir kunjungannya ke Taiwan yang dikutip IDN Times, Rabu (12/8/2020). 

Azar jelas meragukan kemanjuran dari vaksin yang diberi nama Sputnik V oleh Rusia itu. Sebab, ketika dua dari enam bakal vaksin yang dibuat oleh Amerika Serikat sudah memasuki tahap uji klinis ketiga, vaksin buatan Rusia justru baru di tahap awal. 

"Sejak awal uji klinis, Rusia tidak pernah mengungkap data-datanya. Mereka tidak transparan," tutur dia lagi. 

Lalu apa tanggapan Rusia ketika banyak negara meragukan kemanjuran vaksin Sputnik V?

1. Menkes Jerman juga khawatir vaksin COVID-19 Rusia belum diuji klinis secara benar

AS Sentil Rusia: Ini Bukan Perlombaan Siapa Duluan Temukan Vaksin Lacak perkembangan vaksin di dunia (IDN Times/Sukma Shakti)

Keraguan terhadap kemanjuran vaksin COVID-19 buatan Rusia juga disampaikan oleh Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn. Ia khawatir vaksin COVID-19 itu belum diuji secara benar. 

"Bisa membahayakan bila mulai melakukan imunisasi massal dalam jumlah jutaan. Bila terlalu awal, maka ada kemungkinan bisa membunuh orang yang menerima vaksin. Apalagi bila keliru," ungkap Spahn seperti dikutip dari stasiun berita BBC

"Berdasarkan data yang kami peroleh, vaksin ini belum diuji coba secara benar. Ini bukan siapa yang pertama (menemukan vaksin), tetapi yang terpenting memiliki vaksin yang aman," kata dia lagi. 

Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh seorang peneliti di Pusat Nasional Prancis untuk Penelitian Saintifik di Marseille, Isabelle Imbert. Ia mengatakan, vaksin yang diklaim bisa mencegah penyakit COVID-19 yang terlalu dini bisa berbahaya. 

"Kita tidak tahu metodologi atau hasil uji klinis yang mereka lakukan," kata Imbert kepada harian Le Parisien

Sementara, ahli penyakit menular ternama asal Amerika Serikat, Dr Anthony Fauci, sejak awal sudah ragu vaksin COVID-19 Rusia itu ampuh untuk meningkatkan imunitas tubuh manusia melawan virus corona. 

"Saya justru berharap Rusia telah menunjukkan bukti bahwa vaksin itu benar-benar aman dan efektif," kata Fauci. 

Baca Juga: Rusia Umumkan Sudah Punya Vaksin COVID-19, Siap Imunisasi Massal

2. Rusia bantah vaksin Sputnik V tidak aman untuk diberikan ke manusia

AS Sentil Rusia: Ini Bukan Perlombaan Siapa Duluan Temukan Vaksin Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Namun Menteri Kesehatan Rusia, Mikhail Murashko, menepis kekhawatiran bahwa vaksin Sputnik V tidak aman. Ia mengatakan, opini yang disampaikan oleh para ahli kesehatan dari negara lain tidak didasari alasan yang kuat. 

"Sepertinya kolega kami dari negara lain merasakan adanya keuntungan kompetitif dari obat-obat Rusia, lalu membentuk opini seperti itu. Padahal, opini itu tidak didasari alasan saintifik," tutur Murashko seperti dikutip kantor berita Interfax news

Laman Hindustimes melaporkan, untuk membuktikan bahwa vaksin Sputnik V aman, Presiden Vladimir Putin membiarkan salah satu putrinya ikut uji coba klinis. Tidak diketahui apakah yang ikut uji coba klinis putrinya bernama Maria atau Katerina. 

Kepada media, Putin mengatakan, tak lama usai disuntikkan vaksin, putrinya sempat mengalami demam 38 derajat celcius. Tapi kemudian di hari selanjutnya, demamnya turun menjadi 37 derajat celcius. Lalu, ia kembali demam usai disuntikkan dosis kedua vaksin tersebut, namun kondisinya membaik di hari selanjutnya. 

"Ia merasa baik dan memiliki antibodi yang tinggi," kata Putin. 

Otoritas di Rusia menyebut, selanjutnya kelompok yang akan menerima vaksinasi massal lebih awal adalah tenaga medis, guru, dan kelompok rentan. Wakil Perdana Menteri Tatyana Golikova mengatakan, proses imunisasi massal terhadap kelompok tersebut sudah bisa dilakukan pada awal Agustus 2020. 

3. Vaksin Sputnik V akan diproduksi massal pada September dan diberikan ke warga Oktober 2020

AS Sentil Rusia: Ini Bukan Perlombaan Siapa Duluan Temukan Vaksin Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Presiden Putin menjelaskan, vaksin COVID-19 ini dikembangkan oleh Institut Gamaleya. Vaksin tersebut diklaim bisa menimbulkan imunitas dalam jangka waktu lama. Sementara, Kementerian Kesehatan Rusia menyebut, vaksin itu bisa mencegah agar tidak terpapar COVID-19 hingga dua tahun ke depan. 

Pejabat berwenang Rusia mengatakan, vaksin itu akan diproduksi massal pada September mendatang. Sedangkan, imunisasi massal dimulai Oktober 2020. 

Sementara, ilmuwan menduga Rusia sudah bisa mengklaim menemukan vaksin, lantaran Putin memerintahkan untuk mempersingkat waktu uji klinis bakal vaksin COVID-19.

Baca Juga: Dubes Wahid: Rencana Pembelian Jet Tempur Sukhoi Masih On Process

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya