Pandemik Belum Usai di AS, Trump Akan Bubarkan Satgas COVID-19

Trump ingin perekonomian AS segera kembali normal

Jakarta, IDN Times - Di saat pandemik COVID-19 belum usai di Amerika Serikat, Presiden Donald J. Trump justru berencana untuk membubarkan satuan tugas yang fokus untuk mengatasi penyakit itu. Hal itu disampaikan oleh Trump ketika tengah berkunjung ke pabrik pembuatan masker di Arizona pada Selasa (5/5). Dengan bangga, Trump mengatakan berencana untuk membawa kembali perekonomian Negeri Paman Sam ke tingkat normal. 

Padahal, AS masih menjadi episentrum COVID-19. Berdasarkan data dari pemerintah ada lebih dari 20 ribu kasus penyebaran COVID-19 setiap harinya di sana. Di mana, lebih dari 1.000 orang dilaporkan meninggal dunia. 

Lalu, kapan satgas itu akan dibubarkan? Apakah dengan dibubarkannya satgas COVID-19, Trump merasa AS telah mencapai misinya mengalahkan COVID-19?

1. Satgas COVID-19 yang dipimpin oleh Wapres Mike Pence akan dibubarkan pada awal Juni

Pandemik Belum Usai di AS, Trump Akan Bubarkan Satgas COVID-19Wakil Presiden AS Mike Pence memberikan keterangan media soal COVID-19 di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 10 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst

Satuan tugas yang dipimpin oleh Wakil Presiden AS, Mike Pence itu rencananya akan dibubarkan pada akhir Mei atau awal Juni. Ia mengatakan pada periode itu Pemerintah AS ingin memulai melakukan transisi dan membangun lagi perekonomian. 

"Ketika melihat lagi ke belakang, saya memikirkan betapa besarnya kemajuan yang sudah dicapai oleh negara ini," ungkap Pence dan dikutip stasiun berita BBC pada (5/5). 

Selama memimpin satgas, Pence melapor perkembangan dan temuan informasi mengenai COVID-19 ke presiden. Selain itu, ia juga diwajibkan berkoordinasi dengan institut medis, staf di bidang politik dan gubernur negara bagian. Satgas itu juga berkoordinasi dengan para ahli di bidang medis untuk membuat panduan nasional mengenai kebijakan jaga jarak. 

Sementara, menurut juru bicara baru Gedung Putih Kayleigh McEnany menyampaikan di media sosial bahwa Presiden Trump akan tetap menggunakan kebijakan berbasis pendekatan data. Tetapi, tidak dalam bentuan satuan tugas COVID-19. 

Ketika masih aktif, satgas rutin melakukan briefing mengenai kasus positif COVID-19. Tetapi, sejak bulan lalu, pemberian keterangan pers semakin jarang dilakukan. Penyebabnya, Trump dikecam oleh komunitas medis karena menyarankan agar pasien positif COVID-19 disuntik cairan disinfektan. 

Baca Juga: Ahli Geram dengan Ide Trump Suntik Disinfektan Agar Mematikan COVID-19

2. Kebijakan pembubaran satgas COVID-19 dikritik dan Trump lebih mementingkan kebijakan ekonomi

Pandemik Belum Usai di AS, Trump Akan Bubarkan Satgas COVID-19ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Kebijakan Trump yang berniat segera membubarkan satgas COVID-19 dikritik oleh banyak pihak. Mogul properti itu dinilai mengorbankan kesehatan warga demi bisa membuka kembali perekonomian AS. Apalagi pada November mendatang, Trump akan kembali berlaga di pemilu AS. 

Bahkan, Trump pun menyadari akan jatuh korban lantaran hingga kini obat COVID-19 belum ditemukan. 

"Saya tidak mengatakan ada semuanya telah sempurna. Apakah akan ada orang yang terkena imbasnya? Tentu ada. Apakah ada sebagian orang yang terdampak begitu parah dengan kebijakan ini (dibuka kembali ekonomi), tetapi kita harus segera membuka negara kita, harus kita buka segera," ungkap Trump. 

Bagi negara bagian yang dipimpin oleh gubernur dari Partai Demokrat, maka mereka memilih untuk membuka wilayahnya dengan hati-hati. Mereka menyerukan untuk tetap dilakukan tes COVID-19 dan melakukan upaya perlindungan. 

Sedangkan, negara bagian lain yang dipimpin oleh kader Partai Republik sudah lebih dulu mencabut kebijakan jaga jarak. 

3. 1,2 juta orang terinfeksi COVID-19 di Amerika Serikat

Pandemik Belum Usai di AS, Trump Akan Bubarkan Satgas COVID-19(Ilustrasi warga AS tengah ikut pemilihan primer di Illinois) ANTARA FOTO/REUTERS/Daniel Acker

Sementara, berdasarkan data yang dikutip dari situs World O Meter per (6/5), saat ini masih ada 1,2 juta kasus positif COVID-19. Sementara, angka kematian akibat COVID-19 di Negeri Paman Sam mencapai 72.275. Pasien yang berhasil sembuh berjumlah 200.669. 

New York masih menjadi negara bagian yang memiliki kasus positif COVID-19. Angkanya mencapai 330.139. Sementara, 25.204 orang dilaporkan meninggal. Di bawah New York, ada New Jersey yang memiliki 131.705 kasus positif COVID-19. Sebanyak 8.292 orang meninggal dunia. 

Dari data statistik ini tak heran bila para ahli khawatir dengan dibukanya perekonomian, maka AS akan diserang gelombang kedua COVID-19. 

https://www.youtube.com/embed/tjxHELqn72E

Baca Juga: Presiden Trump Akan Minta Ganti Rugi ke Tiongkok Gegara COVID-19

Topik:

Berita Terkini Lainnya