Jacinda Ardern Diprediksi Menang Pemilu dan Kembali Jadi PM

Pemilu sempat ditunda satu bulan karena pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Jacinda Ardern diprediksi akan terpilih kembali sebagai Perdana Menteri dalam pemilu yang digelar pada Sabtu (17/10/2020). Ardern berpeluang memenangkan pemilu lantaran sukses membawa Selandia Baru keluar dari pandemik COVID-19. 

Harian Hong Kong, South China Morning Post (SCMP) melaporkan meski TPS akan ditutup pada hari ini, tetapi Ardern sudah menggunakan hak suaranya pada Sabtu, 3 Oktober 2020 lalu di wilayah pinggiran Auckland. Lantaran tidak ingin menimbulkan antrean panjang, maka pemerintah memutuskan untuk memberikan waktu selama dua pekan bagi rakyat Selandia Baru menggunakan hak suaranya. Sehingga, TPS sudah dibuka sejak tanggal 3 Oktober 2020 lalu. 

Menurut laporan stasiun berita BBC, sebanyak 3 juta warga Selandia Baru sudah menggunakan hak pilihnya dalam pemilu awal. Pemilu semula digelar pada 17 Agustus 2020 lalu, namun ditunda karena angka kasus COVID-19 di Selandia Baru kembali naik. 

Kini, yang menjadi pertanyaan apakah Partai Buruh yang dipimpin oleh Ardern bisa mendominasi di parlemen?

1. Sulit memprediksi Partai Buruh bisa mendominasi parlemen di Selandia Baru

Jacinda Ardern Diprediksi Menang Pemilu dan Kembali Jadi PMinstagram.com/jacindaardern

Pengajar di Universitas Auckland, Jennifer Curtin, peluang Partai Buruh untuk memperoleh suara mayoritas di parlemen masih jauh. Situasi serupa pernah terjadi ketika PM Selandia Baru dijabat oleh John Key. Pada kenyataannya, di saat pemilu, partai buruh gagal menguasai suara mayoritas. 

"Pemilik suara di Selandia Baru berpikir cukup taktis sehingga suara mereka bisa terpecah. Bahkan, nyaris 30 persen suara mereka diberikan ke partai yang lebih kecil. Artinya, masih sangat jauh bagi Partai Buruh memenangkan lebih dari 50 persen suara," ungkap Curtin. 

Analis politik lainnya, Josh Van Veen, mengatakan kemungkinan yang terjadi adalah dalam membentuk pemerintahan, Partai Buruh harus berkoalisi dengan Partai Hijau. Sebelumnya, Partai Hijau juga ikut berkoalisi ketika Ardern terpilih pada 2017 lalu. 

Menurut Veen, Ardern diuntungkan dengan adanya pandemik COVID-19. Sebab, bila ia tidak sukses menangani pandemik, maka sudah bisa dipastikan Ardern akan kalah dalam pemilu. 

"Usai awal tahun, ada persepsi yang muncul bahwa ia telah gagal mewujudkan janji-janjinya. Ia sempat berjanji ingin mengakhiri kemiskinan pada anak dan menuntaskan krisis perumahan. Tapi, tidak ada satu pun yang terrealisasi," ujar Veen lagi. 

Ia memprediksi popularitas Ardern akan menurun begitu pemilu berlalu. Sementara, menurut komentator politik yang fokus terhadap isu Suku Maori, Morgan Godfrey, yang menjadi fokus publik hanya peristiwa yang terjadi selama 8 bulan terakhir. Artinya, ketika pandemik COVID-19 terjadi. 

"Satu-satunya yang akan memperoleh suara dari publik hanya yang terjadi selama 8 bulan terakhir dan partai apa yang akan menjadi terkuat dan paling aman dalam tiga tahun ke depan," ujar Godfrey yang dikutip dari harian The New York Times. 

Baca Juga: Selandia Baru Berhasil Kalahkan COVID-19 Dua Kali, Apa Rahasianya?

2. Pesaing terberat Jacinda Ardern adalah Judith Collins

Jacinda Ardern Diprediksi Menang Pemilu dan Kembali Jadi PMPemimpin Partai Nasional Selandia Baru, Judith Collins (RNZ/Dom Thomas)

Pesaing terberat Jacinda Ardern dalam pemilu adalah pemimpin Partai Nasional, Judith Collins atau yang kerap disebut "crusher". Dalam kampanyenya, Partai Nasional berjanji akan meningkatkan investasi di bidang infrastruktur, membayarkan utang publik dan sementara waktu mengurangi nominal pajak. 

Sedangkan, Partai Buruh tetap fokus untuk membuat kebijakan yang ramah terhadap iklim meningkatkan bantuan untuk sekolah, dan meningkatkan pajak penghasilan bagi yang memiliki penghasilan tinggi di atas dua persen. 

Menurut Josh Van Veen, ada satu hal yang membedakan Ardern dengan Collins yakni gaya kepemimpinan. 

"Ardern memiliki gaya kepemimpinan yang baik dan empati. Fokusnya adalah bagaimana membuat warga Selandia Baru merasa aman. Sedangkan, Collins menawarkan hal lain yaitu memimpin rakyatnya dengan cara yang keras," tutur Veen. 

3. Selandia Baru menggelar pemilu tiap tiga tahun sekali dan menggunakan sistem campuran proporsional

Jacinda Ardern Diprediksi Menang Pemilu dan Kembali Jadi PMIlustrasi pemilu (apparelresources.com)

Selandia Baru menggelar pemilu setiap tiga tahun sekali. Mereka menerapkan sistem proporsional anggota campuran. 

Warga akan diminta untuk menggunakan hak suaranya sebanyak dua kali yaitu untuk partai yang mereka pilih dan kandidat anggota parlemen. Sebuah partai harus meraih 5 persen suara pemilih atau memperoleh suara bagi kandidatnya masuk anggota parlemen. 

Sebagai contoh, bila sebuah partai meraup 4 persen suara pemilih tetapi tidak ada kandidatnya yang terpilih di anggota parlemen, maka partai tersebut gagal melenggang ke parlemen. Ada pula kursi di parlemen yang diperuntukkan khusus bagi kandidat dari suku asli Maori. 

Untuk membentuk pemerintahan, maka sebuah partai harus berhasil memperoleh 61 dari 121 kursi di parlemen. Namun, sejak sistem proporsional anggota campuran diterapkan, tidak ada satu pun partai yang meraih suara mayoritas dan membentuk pemerintahan sendiri. 

Sejak kebijakan baru diterapkan, belum pernah ada partai yang meraih 50 persen suara pemilih, karena ada begitu banyak partai politik yang ada di Selandia Baru. Meski, partai terbesar adalah buruh dan nasional. Selain itu, tidak ada satu pun partai yang begitu populer di Selandia Baru. 

TPS di Selandia Baru akan ditutup pukul 19:00 waktu setempat pada hari ini. Hasil penghitungan suara akan diketahui di hari yang sama. 

Baca Juga: Selandia Baru Resmi Masuk ke Jurang Resesi Terburuk Sejak 1987

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya