Tiongkok Sudah Suntikkan Calon Vaksin COVID-19 ke Tenaga Medis

Imunisasi dilakukan ke petugas medis sejak Juli lalu

Jakarta, IDN Times - Tiongkok telah menyuntikan bakal vaksin COVID-19 ke sejumlah pekerja penting di negaranya seperti petugas di wilayah perbatasan atau imigrasi dan tenaga medis. Bahkan, proses imunisasi sudah dilakukan sejak Juli lalu. 

Direktur Komisi Kesehatan Nasional (NHC), Zheng Zhongwei mengatakan pemberian vaksin itu dilakukan pada 22 Juli 2020 lalu. Harian Hong Kong, South China Morning Post (SCMP), mengutip hasil wawancara Zheng dengan stasiun televisi Pemerintah Tiongkok, CCTV, yang menyebut penggunaan bakal vaksin ini merupakan langkah darurat. Sebab, pekerja di bidang tersebut rentan terhadap COVID-19. Sementara, mayoritas kini kasus COVID-19 yang ditemukan di Tiongkok adalah kasus-kasus impor. 

Zheng tidak bersedia menjelaskan vaksin dari perusahaan farmasi mana yang sudah diberikan bagi pekerja terbatas itu. Termasuk, apakah vaksin yang diberikan berasal dari satu perusahaan farmasi atau lebih. Namun, Zheng menegaskan kendati proses pemberian vaksin belum memperoleh lampu hijau dari pemerintah, tetapi langkah mereka diklaim sudah sesuai aturan hukum. 

Saat ini, ada empat vaksin buatan Tiongkok yang sedang menjalani uji klinis tahap ketiga. Dua di antaranya termasuk yang dikembangkan oleh Sinovac dan Sinopharm. Menurut pandangan epidemiolog, apakah langkah Tiongkok ini tidak membahayakan kesehatan para tenaga medis?

1. Tiongkok akan memberikan vaksin ke pekerja di bidang transportasi dan pasar basah

Tiongkok Sudah Suntikkan Calon Vaksin COVID-19 ke Tenaga MedisLacak perkembangan vaksin di dunia (IDN Times/Sukma Shakti)

Direktur Komisi Kesehatan Nasional (NHC), Zheng Zhongwei mengatakan setelah tenaga kesehatan, maka individu selanjutnya yang diimunisasi adalah pekerja di bidang transportasi, industri jasa dan pasar basah. 

"Tujuannya untuk menciptakan daya tahan tubuh," kata Zheng dan dikutip harian SCMP

Sayang, NHC tidak bersedia mengungkap berapa banyak orang yang telah diberikan imunisasi di fase darurat ini. Namun, langkah selanjutnya yaitu memperluas skema pemberian imunisasi sebelum tiba musim gugur dan dingin. Sebab, diprediksi pada periode itu akan terjadi lonjakan penularan COVID-19. 

NHC mengaku sudah berencana untuk melakukan imunisasi darurat sejak April lalu. Tetapi, izin baru mereka kantongi pada 24 Juni 2020. 

Baca Juga: Ini Perbedaan Vaksin Merah Putih vs Vaksin Sinovac

2. Pemberian vaksin seharusnya dilakukan ke negara yang belum mampu mengendalikan pandemik

Tiongkok Sudah Suntikkan Calon Vaksin COVID-19 ke Tenaga MedisIlustrasi Tes Usap/PCR Test (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Sementara, dalam pandangan pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hong Kong, Ben Cowling, pemberian imunisasi darurat ke warganya sendiri dinilai sebuah ironi. Sebab, untuk pengujian vaksin seharusnya dilakukan ke negara lain yang belum bisa mengendalikan pandemik. Sedangkan, Negeri Tirai Bambu dianggap sukses membendung penyebaran COVID-19. 

"Semua produsen vaksin kini tengah mencari lokasi untuk uji fase klinis ketiga (di mana vaksin diberikan ke ribuan orang), di lokasi tingkat penularan COVID-19 nya masih tinggi," ungkap Cowling dan dikutip stasiun berita BBC

Ia mengaku optimistis semua vaksin buatan Tiongkok yang kini sedang dalam tahap uji klinis tahap ketiga akan efektif ketika disuntikkan ke manusia. Namun, ia mewanti-wanti agar tidak terburu-buru dan mengejar predikat menjadi yang pertama sukses menghasilkan vaksin COVID-19. Kemampuan untuk menggenjot ketersediaan pasokan justru yang lebih dibutuhkan. 

"Saya prediksi sudah ada beberapa vaksin yang dipasarkan pada Desember mendatang. Tetapi, saya tidak yakin apakah vaksin itu akan tersedia dalam jumlah banyak," tutur dia lagi. 

Dia memprediksi pada musim panas 2021 semua individu baru bisa diberikan vaksin COVID-19. 

3. Tiongkok memastikan harga vaksin COVID-19 bisa dijangkau oleh publik

Tiongkok Sudah Suntikkan Calon Vaksin COVID-19 ke Tenaga MedisPetugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020) (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Pada kesempatan itu, Zheng membantah pemberitaan perusahaan farmasi Tiongkok akan menjual vaksin COVID-19 dengan harga mahal. Bos China National Biotec Group (CNBG), r Liu Jingzhen, dalam wawancaranya dengan harian Shanghai, Guangming Daily, menyebut harga vaksin COVID-19 buatan perusahaannya akan dijual senilai 1.000 Yuan atau setara Rp2,1 juta (1 yuan = Rp2.135). Harga itu untuk dua dosis vaksin dari virus yang telah dimatikan. 

"Presiden Xi (Xi Jinping) mengatakan vaksin COVID-19 adalah komoditas publik. Satu prinsip bagi produk kesehatan publik yaitu harganya tidak ditetapkan berdasarkan hukum pasokan dan permintaan, melainkan dihitung berdasarkan biaya pembuatan ditambah keuntungan yang masih masuk ke dalam logika," kata Zheng. 

"Saya bisa pastikan, harga (vaksin COVID-19) akan jauh lebih rendah dari yang disampaikan oleh Bos Liu," tuturnya lagi. 

Baca Juga: Ridwan Kamil Siap Jalani Empat Tes Lanjutan Uji Klinis Vaksin COVID-19

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya