WHO: Dunia Masuki Fase Baru dan Berbahaya Dalam Pandemik COVID-19

Dunia cetak rekor baru 150 kasus baru dalam 24 jam

Jakarta, IDN Times - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pandemik COVID-19 justru semakin meningkat dan tidak menurun. Bahkan, pada (18/6) lalu dunia mencatatkan rekor kasus baru COVID-19 dalam waktu satu hari ada 150 ribu kasus. Ini merupakan kasus tertinggi yang pernah dicatat oleh WHO sejak COVID-19 menyebar pada Desember 2019 lalu. 

"Kita tengah berada dalam fase baru dan membahayakan," ungkap Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus ketika memberikan keterangan pers pada Jumat (19/6) dan dikutip dari laman VOA News

Ia mewanti-wanti kebijakan lockdown masih diperlukan untuk menghentikan penyebaran virus corona. Dalam catatan WHO, kata Tedros, angka kenaikan terbesar COVID-19 ada di kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah. 

"Saya memahami banyak orang yang mengaku bosan berada di rumah. Bisa dipahami bila negara-negara ingin membuka kembali masyarakat dan perekonomiannya. Tetapi, virus ini masih menyebar dengan cepat dan mematikan," tutur Tedros lagi dikutip dari akun resmi Twitter WHO.  

Data yang dicatat oleh laman World O Meter per Sabtu (20/6), sudah ada 8,7 juta orang di seluruh dunia yang terpapar COVID-19. Kasus positif COVID-19 terbanyak ditemukan di Amerika Serikat dengan angka 2,2 juta. Sedangkan di bawah Negeri Paman Sam, mencengangkan Brasil sudah mencatat kasus positif COVID-19 1 juta. Angka kematian di negeri samba itu mencapai 49 ribu. Di peringkat ketiga ada Rusia dengan angka kasus positif 576.952. 

Lalu, bagaimana dengan penyebaran COVID-19 di Indonesia sendiri? Apakah kita sudah siap bila menghadapi gelombang kedua wabah ini?

1. Brasil cetak rekor lebih dari 54 ribu kasus COVID-19 dalam waktu 24 jam

WHO: Dunia Masuki Fase Baru dan Berbahaya Dalam Pandemik COVID-19(Presiden Brasil, Jair Bolsonaro berbicara ke media sambil mengenakan masker) ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Machado

Kenaikan kasus COVID-19 yang siginifikan di Brasil sesungguhnya sudah bisa diprediksi. Sebab, sejak awal Presiden Brasil Jair Bolsonaro sudah meremehkan virus corona. Bolsonaro menilai COVID-19 sekedar flu biasa yang bisa disembuhkan. Bahkan, Bolsonaro menyebut orang yang khawatir terhadap penyebaran virus Sars-CoV-2 itu terlalu berlebihan. 

Alhasil, ia menolak diberlakukan lockdown. Bolsonaro juga mendorong para pengusaha untuk kembali membuka usahanya kendati angka kasus COVID-19 terus meningkat di negeri samba itu. 

Berdasarkan catatan stasiun berita BBC, Sabtu (20/6), Brasil mencetak rekor baru dengan menemukan lebih dari 54 ribu kasus baru COVID-19. Selama empat hari berturut-turut sekitar 1.200 orang di Brasil meninggal. Akibatnya angka kematian pasien COVID-19 melonjak menjadi 49 ribu orang. 

Boslonaro berdalih bila pembatasan pergerakan manusia dibatasi terlalu lama justru bisa membahayakan perekonomian negara itu. Menurut Bolsonaro dan sebagian pejabat di Brasil dampak kerusakan perekonomian yang anjlok jauh lebih besar dari infeksi virus corona itu sendiri. Dalam mengatasi pandemik COVID-19, Bolsonaro harus kehilangan dua menteri kesehatan dalam waktu berdekatan. 

Baca Juga: [Infografis] 6 Langkah Cuci Tangan yang Benar, yuk Basmi Virus Corona

2. Presiden Honduras Juan Hernandez dirawat di rumah sakit akibat COVID-19

WHO: Dunia Masuki Fase Baru dan Berbahaya Dalam Pandemik COVID-19(Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez) www.twitter.com/@JuanOrlandoH

Sementara, pemimpin dunia yang baru-baru ini dilaporkan terpapar COVID-19 adalah Presiden Honduras, Juan Orlando Hernandez. Laman Time (17/6) melaporkan pemimpin negara itu dilarikan ke rumah sakit dengan gejala pneumonia. Juan dan istrinya dirawat di rumah sakit beberapa jam usai keduanya mengumumkan ke publik bahwa mereka telah terpapar COVID-19. 

Menurut juru bicara Sistem Nasional untuk Risiko Manajemen Honduras, Francis Contreras, pemimpin dunia dan istrinya diputuskan untuk dirawat usai melihat hasil laboratorium dan pemindaian paru-paru. Namun, Francis mengatakan Juan dan istrinya dalam kondisi stabil. 

Juan menyampaikan ke publik bahwa ia dan istri terpapar COVID-19 melalui siaran televisi yang disiarkan nasional pada (17/6) lalu. Ia mengaku sudah merasakan tidak enak badan sejak Sabtu pekan lalu. Lalu, ia melakukan tes dan diketahui terpapar COVID-19. 

Juan mengatakan sudah menjadi risiko bahwa selaku presiden ia tidak bisa terus menerus berada di rumah. Ia mengatakan gejala yang ia alami tergolong ringan. 

3. Indonesia belum memasuki puncak gelombang pertama pandemik COVID-19

WHO: Dunia Masuki Fase Baru dan Berbahaya Dalam Pandemik COVID-19(WNI tiba dari India mengenakan APD di Bandara Soekarno Hatta) www.twitter.com/@suryodipuro

Sementara, dalam bincang bersama epidemiolog Universitas Indonesia, Dr. Pandu Riono, di program Ngobrol Seru by IDN Times dengan tajuk "100 Hari Pandemik Global - Workshop Meliput COVID-19" pada Sabtu (20/6), diketahui RI belum mencapai puncak gelombang pertama pandemik COVID-19. Sehingga, target yang diberikan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi supaya COVID-19 selesai di bulan September terdengar tidak masuk akal. 

"Kita ini masih di puncak naik turun tadi kan. Bisa saja gunung (kurva) panjang banget, bisa-bisa situasi seperti ini terus di bulan September hingga Desember. Bisa juga puncak gelombang pertama tidak pernah tercapai. Kita itu sudah di peak lalu turun dan naik lagi," tutur Pandu secara blak-blakan. 

Kendati kondisi pandemik COVID-19 di Indonesia tidak juga membaik, namun Pandu tetap berharap situasi seperti ini tidak berlarut-larut. 

"Tapi, ya itu tadi, kita satu gelombang saja belum kok," katanya lagi. 

Di forum itu pula Pandu sempat berguyon mengenai keyakinan Budi bahwa Indonesia mampu melewati pandemik COVID-19 pada September mendatang. 

"Tanyakan saja ke Beliau, are you sure Pak Budi?" tutur Pandu sambil melepas canda. 

https://www.youtube.com/embed/CLcqcOR1I6Q

Baca Juga: Juru Wabah UI: RI Belum Masuki Puncak Gelombang Pertama COVID-19

Topik:

  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya