Menurut rencana, Seoul akan memulai upacara grounbreaking pada akhir tahun ini. Upaya ini merupakan proyek awalan dalam rangka untuk membangun dan juga memperbaiki jalur kereta dan juga jalan-jalan strategis penghubung kedua Negara.
Meski Korea Selatan memandang upaya ini merupakan salah satu langkah yang positif, namun mega proyek penghubung kedua negara ini pun tak lepas dari kritikan dunia luar.
Tidak sedikit yang menganggap bahwa upaya ini merupakan sebuah langkah simbolis yang akan mengalami banyak hambatan. Salah satu hambatan yang masih menjadi bayang-bayang terhadap upaya strategis unifikasi duo-Korea ini adalah fakta bahwa Korea Utara masih hidup dalam bayang-bayang sanksi yang dijatuhkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kondisi tersebut masih 'diperburuk' dengan hubungan perundingan antara Korea Utara dan Amerika Serikat yang sering mengalami hambatan dan terkesan stagnan.
Meski begitu, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Korea Selatan untuk mengupayakan rekonsiliasi dan hubungan bilateral yang lebih baik dengan Pyongyang. Menurut rencana kerja yang telah dipaparkan oleh Menteri Cho, pada 8 - 17 Desember mendatang mereka akan mulai melakukan pengecekan terhadap 800 km jalur kereta disepanjang Pantai Timur yang membentang dari Pegunungan Diamond hingga menuju Perbatasan Korea Utara dengan Rusia, demikian seperti dilansir dari lamanan The Telegraph.