Wellington, IDN Times - Setahun lebih setelah tragedi pembunuhan massal yang terjadi di Christchurch, Selandia Baru membuat Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, meminta maaf atas tragedi buruk ini. Seperti yang diketahui, tragedi ini sendiri terjadi pada tanggal 15 Maret 2019 lalu. Bagaimana awal ceritanya?
Setahun Lebih Tragedi Christchurch, PM Selandia Baru Minta Maaf
1. Pernyataan tersebut diungkapkan setelah adanya laporan dari pihak kepolisian Christchurch
Dilansir dari The Guardian, sebuah laporan dari pihak kepolisian Christchurch mengatakan pihak kepolisian gagal menegakkan pemeriksaan yang tepat pada lisensi senjata api setelah berkonsultasi selama 20 bulan lamanya sejak tragedi itu terjadi. Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, meminta maaf kepada publik Selandia Baru atas kegagalan tersebut meski mengatakan tidak adanya temuan bahwa masalah ini akan menghentikan serangan. Ia juga menambahkan ke depannya pihaknya perlu memastikan fokus yang memadai dari berbagai ancaman yang dihadapi Selandia Baru serta meningkatkan keamanan di negaranya.
Ardern sendiri mengungkapkan akan menerima semua dari 44 rekomendasi yang terdapat dalam dokumen dengan setebal 792 halaman itu. Langkah-langkah awal yang diambil oleh pihak pemerintah Selandia Baru adalah membentuk Kementerian Komunitas Etnis, perbaikan untuk membantu kepolisian dalam mengidentifikasi serta mengelola kejahatan kebencian dan lebih cepat tanggap terhadap korban, perbaikan Undang-Undang Ujaran Kebencian dan penelitian tentang ekstremisme, serta membentuk sebuah program intervensi dini bagi masyarakat yang menunjukkan tanda-tanda awal radikalisasi.
2. Berbagai reaksi yang diungkapkan oleh pihak komunitas Muslim Selandia Baru atas laporan yang telah dirilis
Komunitas muslim Selandia Baru bereaksi atas dirilisnya laporan tersebut. Imam dari Masjid Al Noor, salah satu tempat kejadian tragedi Christchurch, mengatakan laporan itu menegaskan bahwa pihak berwenang terlalu curiga terhadap komunitas Muslim alih-alih melindunginya. Ia juga menekankan bahwa perubahan yang direkomendasikan dalam laporan tersebut sekarang harus digunakan untuk membangun kembali kepercayaan antara pihak komunitas Muslim dengan pihak kepolisian.
Seorang perempuan sekaligus saudara korban tewas pada tragedi itu, Aya Al-Umari, mengatakan bahwa rekomendasi laporan tersebut menyoroti semua area yang benar. Ia juga menambahkan telah berharap pengalaman tragedi itu membuat Selandia Baru akan memberikan pelajaran kepada negara-negara lain serta mencatat bahwa tanggapannya juga harus pada tingkat individu. Lain halnya dengan Dewan Wanita Islam Selandia Baru yang justru mengkritik laporan tersebut karena apa yang mereka nilai sebagai kurangnya transparansi.
3. Kilas balik tragedi Christchurch pada bulan Maret 2019 lalu
Tragedi Christchurch sendiri terjadi pada tanggal 15 Maret 2019 lalu, di mana seorang pelaku yang berasal dari Australia ini tiba-tiba menembaki para jamaah di dalam Masjid Al Noor yang juga sekaligus melakukan live streaming di Facebook saat pelaku melakukan tindakan kejahatannya ini. Setelah dari sana, pelaku bernama Brenton Tarrant langsung pergi ke Linwood Islamic Center di mana dia menembaki orang-orang di luar dan kemudian menembak ke arah jendela.
Salah seorang pria bergegas keluar dan mengambil salah satu senapan penyerang sebelum mengejarnya. Salah satu petugas polisi kemudian mengejar dan menangkap pria bersenjata itu dan setelah ditangkap, pelaku mengatakan kepada polisi bahwa rencananya adalah membakar masjid setelah serangan pertama dan dia berharap bisa melakukannya. Pada akhirnya, pelaku telah dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa adanya pembebasan bersyarat karena hakim yang menangani kasus menilai tindakan pelaku dinilai tidak manusiawi.