Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Belarusia Alexander Lukashensko yang ditemani Presiden Austria Alexander Van der Bellen dalam kunjungan kenegaraan ke Austria, pada tahun 2019 lalu. instagram.com/vanderbellen/

Minsk, IDN Times - Presiden Republik Belarusia, Alexander Lukashenko, pada hari Senin (17/08), mengumumkan jika dirinya siap berbagi kekuasaan dalam mengatur dan memerintah Belarusia.

Pengumuman ini mengejutkan dunia internasional dikarenakan Presiden Lukashenko yang sudah berkuasa sejak tahun 1994 untuk pertama kalinya memberikan lampu hijau agar dilaksanakan sebuah pembagian kekuasaan di dalam Pemerintahan Belarusia dan kebijakan tersebut sedang dalam proses amandemen Konstitusi Belarusia, seperti yang dilansir Reuters

1. Tidak boleh di bawah tekanan

Presiden Lukashenko meninggalkan podium setelah menyampaikan pidato kepada para pendungkungnya di Lapangan Kemerdekaan Minsk, pada tanggal 16 Agustus 2020. instagram.com/arakhouskaya/

Lukashenko yang sudah berkuasa dengan tangan besi di Belarusia selama 26 tahun, akhirnya siap melepaskan sebagian kekuasaan kepada lawan politiknya. Dikutip dari AlJazeera, walaupun Alexander Lukashenko siap berbagi, ia menegaskan bahwa semua hal itu hanya dapat terjadi bila tidak di bawah tekanan. 

Tekanan yang Presiden Lukashenko maksud adalah serangkaian aksi protes di Belarusia dimana mereka meminta Lukashenko untuk turun dari jabatannya atau mengadakan pilpres ulang. Lukashenko merasa terdesak dikarenakan Masyarakat Belarusia sudah mulai berani menentang dirinya melalui aksi protes dan demonstrasi yang biasanya sangat sulit untuk dilakukan.  

2. Pilpres ulang hanya boleh dilakukan jika Lukashenko terbunuh

Presiden Belarus Alexander Lukashenko bersama anaknya Nikolai Lukashenko. instagram.com/lukashenko_nikolay/

Pilpres Belarusia pada tahun 2020 yang dimenangkan kembali oleh Alexander Lukashenko, membuat pihak oposisi dan pendukungnya mendesak Pemerintah Belarusia untuk mengadakan pemilihan ulang. Permintaan ini tidak disambut baik oleh Presiden Lukashenko dikarenakan ia mengakui sudah dinyatakan terpilih secara sah dan pilpres ulang hanya bisa terjadi apabila dirinya terbunuh, dilansir Reuters.

Pernyataan tersebut ia sampaikan di depan para buruh pabrik traktor di Kota Minsk dimana Presiden Lukashenko menitikberatkan bahwa setelah Pilpres Belarusia pada 9 Agustus 2020 kemarin, tidak akan ada pengulangan. Dalam kehadirannya di sana, Alexander Lukashenko juga memberikan kesempatan kepada masyarakat yang ingin bertanya, namun situasi juga diikuti dengan teriakan "Pergi!" yang diarahkan ke Lukashenko oleh sekelompok buruh.

3. Belarusia terus bergejolak

Seorang demonstran tengah mengikat bendera Nasional Belarusia yang menjadi simbol perlawanan terhadap Pemerintah Belarusia di Monumen Ibu Pertiwi Memanggil terletak di Kota Minsk, pada 16 Agustus 2020. instagram.com/burnashevgleb/

Belarusia sempat menjadi salah satu negara dengan kondisi perpolitikan yang stabil karena sistem tangan besi yang diterapkan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko. Dilaporkan AlJazeera, bergejolaknya Belarusia dengan aksi protes dan demonstrasi yang tersebar di hampir seluruh wilayah, setidaknya membuat 5.000 buruh turun ke jalanan guna mendesak Lukashenko melepas jabatan dan menyerahkannya kepada Svetlana Tikhanovskaya yang dipercaya sebagai pemenang Pilpres Belarusia 2020. 

Tikhanovskaya yang melarikan diri ke Lithuania karena takut menjadi target politik Lukashenko, mendukung penuh aksi protes yang dilaksanakan oleh pihak oposisi dan Masyarakat Belarusia yang merasa sudah "cukup" di bawah kepemimpinan presiden mereka. Kemenangan Alexander Lukashenko yang dipertanyakan dalam Pilpres Belarusia 2020 membuat dirinya berhasil memegang kekuasaan untuk ke-enam kalinya tepat setelah Republik Belarusia menyetujui sistem presidensil pada tahun 1994.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team