Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Bendera Korea Utara (freepik.com/leoaltman)
Ilustrasi Bendera Korea Utara (freepik.com/leoaltman)

Intinya sih...

  • Serangan AS ke Iran saat Korea Utara kembangkan program rudal.

  • Denuklirisasi Korea Utara merujuk pada upaya untuk menghilangkan program senjata nuklir negara tersebut.

  • Korea Utara tak lagi tertarik denuklirisasi,

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali komitmen pemerintahan Presiden Donald Trump untuk denuklirisasi penuh Korea Utara. Pyongyang sepertinya menjadi target Washington selanjutnya. Pernyataan itu dikeluarkan usai Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir utama di Iran selama akhir pekan.

Tammy Bruce, juru bicara tersebut, menyampaikan pernyataan itu sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai apakah ada pelajaran yang dapat dipelajari Pyongyang dari serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

"Presiden Trump, dalam masa jabatan pertamanya, melakukan pendekatan yang signifikan terhadap Korea Utara. Dan yang dapat saya katakan, tentu saja, mereka memiliki program nuklir mereka sendiri di Korea Utara, bahwa kami tetap berkomitmen untuk denuklirisasi penuh Korea Utara, itu tetap merupakan komitmen," kata Bruce, dikutip dari Yonhap, Rabu (25/6/2025).

Ia tidak ingin berspekulasi terkait serangan. "Jika masalah nuklir Korea Utara tidak dapat diselesaikan melalui dialog ... saya tidak akan berspekulasi tentang hipotesis pada saat ini,” lanjut dia.

1. Serangan AS ke Iran saat Korea Utara kembangkan program rudal

Serangan rudal. (X.com/@IranMilitary)

Pada Sabtu lalu, Presiden Donald Trump mengumumkan AS melakukan serangan presisi terhadap tiga lokasi nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan. Serangan dilakukan dalam operasi militer yang ia klaim telah menghancurkan fasilitas pengayaan nuklir Republik Islam tersebut.

Langkah tersebut dilakukan saat Pyongyang terus meningkatkan program rudal balistik dan nuklirnya meskipun pemerintahan Trump berupaya untuk denuklirisasi.

2. Kesepakatan yang gagal

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) saat bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam (27/2/2019). (instagram.com/whitehouse45)

Denuklirisasi Korea Utara merujuk pada upaya untuk menghilangkan program senjata nuklir negara tersebut. Upaya ini telah menjadi tujuan utama diplomasi internasional selama beberapa dekade, namun hingga kini belum berhasil mencapai kesepakatan yang mengikat.

Korea Utara bergabung dengan NPT (Non-Proliferation Treaty) pada 1985, namun menarik diri pada 2003, dan sejak itu terus mengembangkan senjata nuklirnya.

Pada masa jabatan pertama Trump, ia sempat bertemu dengan Kim Jong Un dan membahas mengenai denuklirisasi. Pada pertemuan kedua mereka di Vietnam 2019, berakhir tanpa kesepakatan apa pun. Sejak itu, Korea Utara kembali meningkatkan program nuklir mereka.

3. Korea Utara tak lagi tertarik denuklirisasi

Potret Kim Yo Jong, adik perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (dok.KCNA via twitter @nknewsorg)

Kim Yo Jong, adik perempuan dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengecam Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Asia karena masih berupaya menekan negaranya untuk melakukan denuklirisasi atau melepaskan program senjata nuklir. Ia menyebut upaya tersebut sebagai "mimpi di siang bolong" yang tidak akan pernah terwujud.

Dalam pernyataan resmi yang disiarkan media pemerintah Korea Utara, Kim Yo Jong menegaskan, negaranya tidak akan pernah meninggalkan program nuklirnya.

Pernyataan Kim Yo Jong merupakan tanggapan atas pertemuan tingkat tinggi antara diplomat Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang, di mana mereka menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendorong denuklirisasi Korea Utara.

Merespons hal itu, Kim Yo Jong menegaskan, tujuan Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir sudah tertulis dalam konstitusi negara, sehingga setiap upaya eksternal yang mendorong denuklirisasi dianggap sebagai tindakan paling bermusuhan serta penyangkalan terhadap kedaulatan negara.

"Jika AS dan para sekutunya terus bersikeras dengan retorika denuklirisasi yang sudah ketinggalan zaman, maka hal itu hanya akan semakin memperkuat alasan dan pembenaran bagi Korea Utara untuk membangun kekuatan nuklir terkuat demi pertahanan diri," ujar dia.

Editorial Team